186. Lampu Blitz Yang Membutakan

"Oh ya, Gladys. Tadi kamu bicara apa?" tanya Charlos yang baru saja menyimpan ponselnya ke saku jas.

Gladys memberenggut. "Aku tidak bisa membicarakannya di sini. Aku ingin kita bicara di tempat yang sepi dan aman."

Charlos menatapnya sejenak. Mendadak ia merasa takut akan apa yang akan Gladys katakan. Apakah benar ada sesuatu yang serius?

"Ya sudah terserah padamu saja. Tapi berjanjilah setelah itu kamu harus langsung pulang."

"Oke." Gladys berjanji.

Tak berapa lama kemudian Rendra datang sambil napasnya terengah-engah. Sekertarisnya itu pasti habis berlari. Ia tersenyum ramah pada Gladys. "Halo, Bu Gladys."

"Hai, Rendra."

"Ibu Gladys tampak sangat cantik," puji Rendra.

"Terima kasih. Tapi aku tidak butuh pujianmu," ucap Gladys sambil kemudian memalingkan wajahnya dengan sombong.

Charlos memutar bola mata. Ia memberi isyarat pada Rendra untuk tutup mulut saja. Rendra mengangguk canggung sambil tersenyum setengah hati.