276. Istana Megah

Wita memasuki jalanan kampung yang Alvin sama sekali tidak ketahui. Tiga buah motor mengejar mereka. Jarak mereka lumayan dekat. Alvin menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya melalui mulut seperti ibu yang hendak melahirkan.

Tangan Wita yang berdarah mencengkeram setir mobil dan memutarnya dengan sadis. Alvin baru menyadari jika kini mereka telah berada di jalan raya aspal. Jalanan sudah tidak berbatu-batu seperti tadi. Hanya saja ada jurang di sebelah kiri mereka.

Motor menyusul dengan cepat. Salah satu motor menabrak-nabrak bagian badan kanan mobil, membuatnya bergeser sedikit ke kiri. Segera Wita membalikkan setir kanan hendak membalas motor itu, tapi motor itu dengan lincah menjauh. Dengan sulit Wita menahan setirnya agar tetap lurus.