13.

[ Juno, aku ingin kita bertemu]

[ Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan padamu, aku tunggu di caffe depan kantormu]

isi pesan dari Sandra.

Juno mendapat pesan itu pagi hari. sebelum dia beraktifitas dan hendak menyusul embun untuk menemaninya tidur. Pintu kamar sudah terbuka dan Lily sudah siap dengan baju seragamnya yang tengah memasak sarapan.

Sekilas Juno melihat Lily yang tengah sibuk dari pintu kamarnya.

Sesekali Lily meringis kesakitan saat menggerakkan tangan kanannya. Juno tau hal itu dan hanya membiarkannya saja.

"Benerkan, pasti masih sakit. Tapi kenapa ngeyel banget sih." Gerutu Juno sambil merebahkan diri ke ranjang.

"Bu Bu.." oceh embun yang baru saja membuka mata.

" Ini papa nak. bukan bubu. Bubu Embun masih masak sayang" ucap Juno sambil menciumi wajah putri kecilnya.

"Eh, kita jalan jalan yuk nak. Sambil nunggu sarapan siap" Ajak Juno pada Embun yang masih menarik narik kupingnya.

"Ly, kita mau jalan jalan pagi ya. da da bubu!" ucap Juno sambil melambaikan tangan embun ke arah Lily.

"Oh, iya embun sayang mau jalan jalan ya? Sebentar, pakai jaket ya sayang yuk di luar masih dingin."

"Sini tuan saya ganti dulu bajunya non embun, kasian di luar dingin semalam habis hujan."

Lily menggendong embun memasuki kamar dan mengganti baju Embun, bayi kecil itu hanya tertawa riang gembira di gendongan Lily. karena Lily terus saja mengajak embun berbicara positif.

Sesaat kemudian..

" Dada sayang!" ucap Lily sambil melambaikan tangan pada Embun.

Juno yang menggendong embun juga membalas lambaian tangan Lily dengan menggerakkan tangan Embun. Kebahagiaan itu asli dan tanpa rekayasa, Juno belum menyadari akan hal seperti itu.

*Kenapa akunya bahagia banget saat dia bilang sayang. Padahal tau gitu, maksud dia sayang kan ke Embun bukan ke aku* Batin Juno sambil berjalan dan mendorong kereta bayi embun.

Pagi itu Juno mengajak Embun untuk menjenguk makam mamanya ( Namira). Juno merasa harus membiasakan Embun agar tau jika dia juga punya Mama bukan cuma Bubu. Bahasa sederhana yang di pakai Juno untuk menjelaskan kepada bayi yang belum mampu menangkap secara sempurna itu nyatanya mampu menambah kosa katanya.

" Sayang, ini Ma ma. Mama." ucap Juno berulang ulang pada Embun sambil menepuk nepuk batu nisan Namira.

"Mam... mam..."

"Bukan, mam. tapi Ma ma" Juno mengajari lagi.

"Mama mam" Ucap Embun tiba tiba-tiba sambil menepuk nepuk tanah kuburan Mamanya.

Juno menangis haru mendengar itu. Ini kali pertama embun menyebut Mama di dekat makam Mamanya.

"Sayang, dengar. Dia sudah bisa memanggilmu Mama" ucap Juno yang bercucuran air mata.

"Mam ma ma bubu" celoteh Embun sambil memainkan mainan yang di gigit gigitnya.

💮💮🌸

"Ini, kopimu dan ini sarapanmu. Kenapa enggak kasih tau kalau sudah mau pulang?" tanya Lily pada Bimo yang duduk di depannya.

"Biar supriz" jawab Bimo sambil meringis di hadapan Lily.

"Supriz? wow emejing! aku terkenyut!" cletuk Lily sambil mengunyah sarapanya dan duduk di samping Bimo di teras belakang.

"Omegot, aku tetkejood!" sambung putri yang juga duduk di samping Bimo sambil memakan sarapan paginya.

"Kamfret, kalian ini. Gimana kabar kamu ly?" tanya Bimo sambil memakan nasi gorengnya.

"Sudah lumayan baik Bim. Tinggal nunggu sebentar lagi lukanya udah bisa buat angkat angkat"

"Kami turut berduka atas kepulangan ibumu ya" ucap Lily sedih.

"iya kak, kami ikut berbelasungkawa ya" sahut putri yang mengusap pundak Bimo.

" Makasih ya, kalian udah kasih aku dukungan. " jawab Bimo sambil tersenyum simpul.

lily, putri dan Bimo tengah berbincang hangat di teras belakang. Seperti sebuah keluarga, sesekali tawa riang pun hadir di tengah percakapan mereka. Juno yang melihat itu lantas berjalan menghampiri dan ikut bergabung.

"Eh, Bapak sudah datang" ucap Lily yang seketika berdiri menyambut tuanya.

Putri dan Bimo juga mengikuti.

"Aku, turut berduka atas kepergian ibumu ya Bim." ucap Juno menyampaikan ungkapan belasungkawa.

"iya tuan, terimakasih atas perhatian dan dukungannya" jawab Bimo dengan semburat kesedihan di wajahnya.

"Sudah, ikhlaskan. Dan juga doamu jangan putus" ucap Juno sambil menyerahkan embun pada Lily.

🦋🦋🦜

"Bagai mana kabarmu?" tanya Sandra sambil menjabat tangan Juno.

"Baik" jawab Juno singkat.

"Aku turut berduka atas kepergian Namira. Aku mendengar kabar ini dari pak Budi saat tidak sengaja bertemu di resto kemarin"

"Hemm" sahut Juno cuek.

"Aku secara pribadi meminta maaf kepadamu dan almarhumah istrimu. Karena semasa hidupnya aku selalu mengganggunya."

"Sudah 9 bulan semenjak kematian istrimu. Ini berarti aku bisa berkesempatan menyandingmu" Ucap Sandra sambil menatap Juno penuh hasrat.

"Cih! Hentikan. Ternyata aku salah. kau sama sekali tetap tak berubah."

"Jauhi aku, hidupku dan keluargaku. Aku sudah cukup bahagia dengan kehidupanku. Tak perlu lagi ada ulat bulu sepertimu dalam hidupku!"

Ucap Juno dengan tatapan sadis dan pergi bagitu saja meninggalkan sandra.

"Dengar Juno. aku bisa lebih baik jika bersamamu!" Teriak Sandra seperti gadis gila.

🦋🦜💮

"Bim, saya perhatikan. Akhir akhir ini hampir setiap hari Kamis dan Jumat Lily selalu meminta ijin untuk keluar membeli sesuatu. Bisa kamu jelaskan?" Ucap Juno yang tiba tiba mendesak meminta jawaban jujur dari Bimo.

"Se... sebenarnya.. anu pak..emm" jawab Bimo yang terbata bata seperti kehabisan nafas.

"Jujur saja, pilih jujur atau saya pecat?" ucap Juno santai sambil memainkan benda pipih di tanganya.

"Lily, masuk UT seperti saya pak." Jawab Bimo gugup dengan keringat dingin di tanganya.

*Tamat sudah. Maafkan aku ly*