Bab 22.

Monika masuk ke mobil suaminya, entahlah untuk Monika sekarang. Ia sangat pusing terhadap mamanya dan juga suaminya. Meluruskan permasalahan pada dua orang tidak cukup, bahkan Monika harus menyelesaikan yaitu suaminya sendiri.

"Seharusnya kamu tidak boleh berkata seperti itu kepada Mama!" suara Monika menarik tali pengaman.

"Justru aku berkata seperti itu, biar mama kamu tahu cari pengganti suami untuk kamu itu mudah? Masih untung aku terima kamu jadi istriku, kalau tidak ...." Nico menggantung perkataannya.

"Aku juga tidak memaksamu menerima menjadi istrimu. Bukannya semua beralih semula, jika kamu menyesal menikah denganku. Mudah saja, tinggal ke pengadilan hukum, keluarkan surat penceraian. Setelah itu, jalani hidup masing-masing. Kamu pikir aku betah terus terima omongan pedas mu setiap hari? Aku juga punya batas kesabaran setiap kamu menyalahkan atas sikapku!" lanjut Monika berbicara, bahkan Nico tidak berkutik setiap apa yang diucap oleh istrinya.