"Tuan! Makan malam sudah siap!" teriak Tasha, dia malas sekali berjalan ke ruang televisi. Karena sama saja Ando tak akan beranjak dari tempat kalau sudah keasyikan nonton dunia hiburan itu.
Dua menit, Ando belum juga muncul. Tasha sudah menyiapkan sedemikian rupa. Bahkan dia duduk di sana sembari menunggu. Tapi orang yang dia minta belum juga datang.
"Ke mana sih? Katanya lapar?" gerutu Tasha beranjak dari duduknya. Kemudian dia melangkah ke ruang televisi.
"Tuan! Makan malam sudah siap. Nanti keburu dingin, kalau gak segera di makan, nanti Tuan katain Tasha jadi istri gak bec-cus ..., Nyonya?"
Tasha mengomel tanpa sadar orang yang dia ajak bicara bukan Ando. Melainkan seorang wanita tengah duduk sambil mengupas kulit kacang di tangan sembari mengunyah tanpa bersuara. Sedangkan di lantai, Ando sedang duduk sambil memungut kulit kacang kosong itu berserak di mana-mana.
Tasha yang melihat itu pun terpaku di tempat. Bahkan tidak bisa mengeluarkan kata-kata apa pun. Ando seakan tidak berdaya diperlakukan oleh ibu sendiri.
"Nyonya? Eh, Mama. Mama kapan pulang? Kok, Tasha gak dengar suara bel?" Ada beberapa pertanyaan Tasha berikan kepada Veranda.
Veranda berhenti mengupas kulit kacang, kemudian dia membersihkan sisa di tangannya yang lengket itu. Veranda bangun dari duduknya dan menatap Tasha.
Tasha tetap di tempat, karena dia tidak tau harus ngapain pada Veranda. Wajah Veranda benar-benar menyeramkan. Tapi Tasha tau, hati seorang Nyonya seperti Veranda memiliki kelembutan daripada putranya.
"Mama memang sengaja tidak menekan bel, Sayang. Mama punya cadangan kunci. Mama sengaja beri kejutan, tapi saat Mama sampai. Mama malah dengar suara putra tak tau diri memerintah dirimu seperti pembantu, malahan kamu di dapur masak buat dirinya sedangkan dia? Santai di sini," jawab Veranda lembut.
Tasha melirik Ando, sungguh Tasha sangat kasihan pada suaminya. "Terus Tuan Ando? Maksud Tasha, Ando ..."
"Tentu kasih pelajaran, mulai hari ini, Mama akan berikan tugas untuk kalian berdua. Yang pasti Mama tidak ingin lihat kamu terlalu capek atau kelelahan, biarkan tugas pekerjaan rumah ini Ando yang kerjakan, besok kamu temani Mama ke mal, ada beberapa tempat sudah lama Mama tidak datangi," senyum tipis Veranda pada Tasha.
Ando yang dengar pun langsung syok. "Apa, Ma? Besok Ando ada rapat dengan-"
"Rapat apa? Rapat dengan tukang las itu? Mama sudah lihat semua jadwal diberikan oleh Linda, jadi tidak ada alasan apa pun yang buat Mama malu terus menerus dengan teman bisnis kepercayaan Wicaksana!" potong Veranda. Ando bisa apa? Bisa bungkam.
Veranda tau semua sikap putranya sendiri selama berada di kantor. Bahkan Linda, seorang sekertaris dipekerjakan oleh Veranda juga sudah mengatakan semua atas kegiatan Ando selama dirinya memegang perusahaan kecil milik Wicaksana.
Bahkan, tempat hiburan di mana Ando kunjungi juga telah Veranda selidiki. Apalagi dengan lelaki selalu main dengan Ando, Lucas.
"Mulai besok, tugas kamu mengurus semua pekerjaan di rumah ini sampai Mama dan Tasha pulang dari mal. Intinya rumah ini sudah bersih tanpa ada satu kotoran yang terlihat, Mengerti?!" tegas Veranda kepada Ando.
Ando dengan muka sumpek, tidak mengindahkan perintah dari Veranda. Veranda sekali lagi mengancam kan Ando karena tidak merespon perintah dari ibunya sendiri.
"Baiklah, jika kamu tidak ingin melakukan tugas pekerjaan mu, Mama turunkan jabatan kamu menjadi Office Boy, dan Tasha akan Mama angkat menjadi wakil manager di perusahaan Mama," ucap Veranda kemudian.
Ando dengan cepat mendongak. "Gak bisa! Kok, Mama gitu, sih, sama Ando? Memang Ando salah apa? Apa-apa diancam. Ando sudah turuti kemauan Mama. Menikah dengan anak pembantu, sahabat Mama. Sudah Ando lakukan, sekarang Mama beri tambahan bukan pekerjaan Ando. Terus Mama mau pekerjaan Tasha sebagai wakil manager, sebenarnya Mama itu sayang Ando apa Tasha sih?"
Ando protes, dia merasa tidak adil. Jika dirinya diperlakukan seakan bukan putra di keluarga Wicaksana. Bahkan seorang putri pembantu dari sahabat Veranda sendiri diperlakukan seorang anak berlian. Bahkan Tasha yang tidak tau soal pekerjaan perusahaan besar itu juga ikut kaget mendengar atas ucapan dari mertuanya.
Veranda tidak peduli seberapa keras Ando menolak ancaman darinya. "Kalau kamu ingin diakui putra Wicaksana. Turuti perintah Mama. Mama hanya ingin kamu hargai Tasha sebagai seorang istri. Tasha memang putri pembantu dari sahabat Mama. Ingat Ando, jangan ingat kacang saja, tapi kamu melupakan kulitnya."
Ando tidak bisa berkata apa pun. Dia mengepal kedua tangannya. Matanya tertuju pada Tasha. Tasha yang menyadari atas tatapan amarah dari Ando. Dengan cepat Tasha membuka suara.
"Tasha gak tau soal pekerjaan kantoran. Mama jangan terlalu menekan Ando. Kasihan Ando, Ma. Ando sedang berusaha untuk memperbaiki semuanya kok. Tasha sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah, jadi ...."
"Tasha, Mama tau kamu mencoba membela Ando. Dia pantas menerimanya. Sampai kapan pun pembelaan kamu tidak akan pernah dihargai oleh Ando, ayo kita makan. Sayurnya pasti sudah dingin," sambung Veranda beranjak dari sana.
Tasha masih diam diri sembari menatap Ando yang masih menahan amarahnya. Tasha akan mencoba memohon sekali lagi kepada Veranda untuk menarik semua hukuman kepada Ando.
"Awas, Tasha! Gak akan ku ampunin!" batin Ando penuh jiwa emosinya.
Di meja makan, hanya tinggal Veranda dan Tasha menikmati masakan dari menantu Wicaksana.
"Mama sangat beruntung sekali, mempunyai menantu seperti kamu, Tasha. Selain masakan, kamu juga sosok menantu idaman Mama sejak dulu," puji Veranda setelah dia menyantap satu lauk sayur yang sangat asing baginya.
Tasha merasa malu setelah dipuji oleh mertuanya. "Biasa saja, Ma. Namanya juga Tasha belajar dari Ibu waktu di kampung."
Veranda meletakkan sendok dan garpu, kemudian dia membersihkan sisi sudut bibir yang tersisa minyak. "Mama sudah tidak sabar lihat kamu hamil. Jadi malam pertama apa Ando kasar ke kamu?"
Tasha sedang serius dengan makanan di mulut. Tiba-tiba dia keselek / tersedak oleh sayur kol hijau. Dengan cepat dia meraih gelas minum. Merasa tidak ada yang ganjil di tenggorokan. Dia merasa lega.
"Soal itu, Tasha sama Ando ...."
Tetiba terdengar suara pecahan di lantai dua. Tasha dan Veranda pun menoleh. Tasha bangun dari duduknya kemudian segera menaiki ke lantai dua. Di mana Ando tengah menghancurkan vas dan bunga mawar merah berceceran diberikan oleh Lucas kemarin.
"Tuan Ando!" Tasha terkejut melihat sikap Ando ketika terbawa emosi.
Ini kedua kali Tasha melihat sikap Ando ketika dia marah. Bahkan Tasha ingat perasaan Ando saat marah itu. Dengan segala cara apa pun dia meluapkan semua pada benda-benda disekitarnya.
Tasha ingin menghampiri Ando, tapi ditahan oleh Veranda. "Tapi, Ma. Tuan Ando bakal terluka. Apalagi serpihan vas itu-"
"Biarkan saja, nanti juga dia akan menyesal sendiri. Lebih baik kita lanjut makan dulu," kata Veranda. Membawa Tasha pergi dari kamar itu. Tasha makin cemas akan sikap Ando.
Dia takut Ando akan terluka akan serpihan itu. Pasti nanti Tasha akan disalahkan olehnya.