Esok paginya, Ando bangun dia merasa seperti mimpi buruk. Mimpi di mana dirinya tengah beragumentasi dengan seseorang. Yang pasti dengan seorang wanita. Bahkan senggama itu sangat panas dan penuh erotis tanpa lepas dari cintanya.
Badannya mau rontok, dia bangun melihat tidak ada siapa-siapa di kamar. Apalagi benda yang dia hancurkan sudah dibersihkan tanpa ada satu cela serpihan tajam di lantai. Pokoknya tertata begitu rapi.
Saat dia menyingkirkan selimut tebal dari badannya. Dia menemukan sesuatu di sana. Sebuah noda merah tertempel di kain putih. Dia langsung memeriksa dirinya. Apakah ada tanda luka melukai kakinya.
Pintu kamar mandi terbuka, muncul Tasha yang baru saja selesai mandi. Dia bangun langsung membersihkan diri. Malam kemarin adalah malam paling melelahkan untuknya. Bahkan dia tidak ingin Ando tau apa yang sedang dia lakukan padanya saat malam itu.
"Tasha? Noda apa ini?" Ando bertanya suatu perihal kain putih itu. Sebuah noda merah, Tasha dengan mata terbelalak, langsung merebutnya.
Ando bengong melihat sikap gadis pendek itu. Seakan menyembunyikan sesuatu. Bahkan dia merasa mimpi buruk adalah nyata.
"Apa kita melakukan sesuatu tadi malam?" tanya Ando pelan.
Tasha terpaku, Tasha berharap Ando tidak mengingat kejadian malam itu. Apalagi minuman yang dibuat oleh Veranda. Bubuk putih di mana Veranda mencampurkan ke minuman itu untuk merangsang cinta bersamanya. Kalau sampai Ando mengingat semuanya. Urusan makin panjang, dan pastinya Ando akan jauh lebih benci dan jijik pada Tasha.
"Melakukan sesuatu apa, Tuan?" Tasha balik bertanya pada Ando. Tasha akan pura-pura tidak ingat kejadian itu.
Apalagi Tasha takut Ando akan marah. Apalagi hubungan itu adalah ide dari Veranda. Bagi Tasha, dia menginginkan hubungan cinta itu antara sesama suka saja.
"Ituuuu ... hubungan malam pertama?" jawab Ando seakan dia benar-benar lelaki paling begok.
"Hah? Memang ada? Tuan terlalu banyak pikiran. Makanya kebawa mimpi," ucap Tasha bohong.
"Maafin Tasha, Tuan. Tasha terpaksa bohong. Tasha gak ingin Tuan benci sama Tasha. Ini juga karena rencana dari Mama," ucap Tasha dalam hati. Merasa dirinya paling bersalah sekali lakukan hal tidak seharusnya dia lakukan.
"Masa? Terus noda itu?" tanya Ando, dia seperti tidak percaya atas ucapan dari Tasha.
Ando sangat tau kalau gadis pendek itu tidak bisa berbohong. Kalau dia memang itu adalah mimpi. Kenapa di bagian miliknya terasa cairan menempel.
"Noda ini? Tasha lagi datang bulan, Tuan. Soalnya hari pertama suka banjir tanpa di undang, Tuan. Jadi bocor," jawab Tasha lagi-lagi dia berbohong demi pernikahan.
Ando masih tidak percaya, dia menatap Tasha sangat lama sekali. Tasha menggulung kain itu untuk di cuci. Ando masih tidak lepas pada punggung gadis pendek itu hingga menghilang.
"Hampir saja ketahuan!" gumamnya sembari melihat noda merah di sana. Seakan memori hubungan malam itu.
Di mana Ando mencoba menerobos pintu yang masih rapat. Tasha menahan rasa sakit amat luar biasa. Namun Ando malah memaksa mendorong. Hingga rasa sakit itu mengundang suara pekikan tertahan oleh Tasha.
"Aarrgh, Tuaaan!"
Menahan agar tidak mengundang tamu di rumah ini terbangun. Ando mengerang, dia berhenti, dia menunduk melihat miliknya masih setengah. Dia pun menarik pelan-pelan. Tapi untuk Tasha. Merasa nyeri.
"Nyeri, Tuan! Sakit!" ringis Tasha meminta Ando tidak menarik mundur. Dia benar-benar merasa rasa itu sangat pedih. Ando melihat bagaimana wajah Tasha menahan kepiluan itu.
"Ini gak akan sakit lagi, tahan sedikit lagi, ya?" kata Ando sembari menghapus sisa air mata yang menetes di pelupuk mata Tasha.
Tasha menarik napas dalam-dalam dan mengangguk. Ando kembali melakukannya, kali ini dia akan lakukan secara lembut agar Tasha tidak merasa sakit miliknya.
Tasha berusaha menahan agar Ando tidak merasa bersalah apa dia lakukan padanya. Dorongan sekali lagi, Tasha rileks, dan Tasha mengerang ini pertama kali dirinya merasa cobaan berat di lakukan bersama dengan Ando adalah cinta untuknya.
Ando berhasil menerobos masuk pintu yang sangat rapat, kehormatan Tasha berhasil diambil oleh suami sendiri. Kehormatan dijaga oleh Tasha, adalah hak untuk suami. Kali pertama dirinya, dan pintu pun telah terbuka untuk bertemu dengan benih cinta sejatinya.
Ando perlahan-lahan menggerakkan dirinya, seraya dia melihat wajah gadis pendek mengikuti irama pergerakan dari perintah pemiliknya. Rasa nyeri dan pedih sedikit demi sedikit telah hilang menjadi alunan cinta yang menuai hingga tanpa melihat telah berapa senggama cinta mereka malam ini.
Ketika cinta yang panas itu akan usai, Ando siap pelepasan dan menembaki semua benih ke pintu dan berenang mencari cinta abadinya. Tasha merasakan sesuatu hangat di miliknya. Bahkan kehangatan itu berupa suatu tak pernah dirasakan seperti ini.
Terdapat juga seulas senyuman lelah di mana Ando berhasil berikan semua hak untuk Tasha. Tasha menerima ciuman percintaan mereka di malam itu. Setelah itu Ando terbaring tak berdaya hingga melepaskan miliknya dari milik Tasha.
Tasha pun menyelimuti suaminya agar tidak ada udara diam-diam masuk tanpa izinnya. Tasha berkeringat tentu sama hal dengan Ando. Ando terlelap tanpa ada lagi membangunkannya.
Tasha hendak untuk bangun dari posisi di mana cinta dengan lelaki dia cintai dan cinta pertamanya. Ketika dia hendak beranjak dari tempatnya. Dia masih merasa bagian miliknya berdenyut kesakitan.
Dia tetap beranjak dan membersihkan dirinya. Di kamar mandi. Dia merasa hal itu adalah mimpi paling bahagia. Di bagian kulit badannya tanda-tanda merah milik Ando. Bahkan ciuman itu juga sangat terasa sentuhan lembut.
Saat air akan dia bersihkan bagian miliknya. Nyata perih bukan main. Tapi Tasha menyukainya. Bahkan benih dimiliki oleh Ando akan dia jaga. "Semoga kamu menemukan cinta abadi di sana, demi Ando," ucap Tasha pelan.
Ando keluar dari kamar mandi. Dia merasa segar sekarang. Semakin dia mengingat mimpi itu. Apalagi wajah Tasha. Dia bergegas turun dari anak tangga sana. Di sana Tasha baru akan menyiapkan sarapan.
Tetapi dia tidak menemukan mamanya. Mama paling menyebalkan sedunia. Ketika dia menarik kursi dan mengambil kopi hitam dibuat oleh Tasha.
"Di mana Mama?" tanya Ando pada Tasha.
Tasha sedang mencuci sayuran, kali ini Tasha bingung akan memasak apa untuk Ando. Pikirannya masih memikirkan kejadian malam kemarin.
"Mama lagi ada urusan sebentar, jadi Mama berangkat lebih dulu," jawab Tasha setelah selesai mencuci semua sayur dan buah tersebut.
Ando menyeruput kopi hitam itu. Entah perasaan apa, Ando tidak mengomel soal kopi ini. Tasha berbalik dan menatap serius ke Ando.
"Ada apa?" tanya Ando merasa Tasha menatap ingin menghukumnya.
"Aku tetap turuti perintah dari Mama. Nanti kamu ikut aku ke kantor. Biar aku akan minta Linda--"
"Kopinya terlalu manis, ya?" sambung Tasha.
Dia takut Ando akan marah soal kopi itu. Apalagi rasanya pasti jauh lebih manis. Karena Tasha tadi menuangkan gula beberapa sendok.
"Gak ada? Sudah pas di lidah," jawab Ando seraya senyum pada Tasha.
Tasha malah heran, sejak hubungan malam itu. Ando suka senyum tidak jelas. Ando sendiri juga merasa aneh, kenapa dia mulai suka senyum pada Tasha.