Tak terasa sudah satu minggu Galen berada di SMA Nirwana. Dan setiap hari Dita tidak pernah absen untuk mendekati Galen dan mencoba mengambil hatinya. Jikalau dilihat dari sifat Galen yang sangat dingin dan cuek, hasilnya tentu saja—
Nol.
Tidak ada perkembangan yang signifikan dari usaha Dita dalam mendekati Galen. Dita yang sebelum kedatangan Galen sering bergonta-ganti pacar, kini tampak fokus hanya kepada Galen saja. Apakah ini adalah awal dari Dita melepas gelarnya sebagai Ratu Playgirl?
"Apaan tuh?"
Adara mengernyit heran ketika melihat Dita mengeluarkan sebuah kotak bekal dari dalam tasnya.
"Kipas angin!" jawab Dita jutek sembari menutup resleting tasnya. "Udah tahu kotak bekal masih aja nanya!"
Adara menghela napas, sudah terbiasa dengan sikap Dita yang terkadang judes. "Santai dong, mbak. Maksud gue isinya itu apa?"
"Nasgor istimewa ala Dita hanya untuk Galen seorang!" Dita tersenyum memandangi bekal nasi goreng buatannya. Dimana ia rela bangun pagi-pagi dan mempelajari resep karena ia adalah salah satu orang yang tidak bisa memasak di dunia.
Adara menaikkan sebelah alisnya. Ternyata Dita masih belum menyerah mendekati Galen. "Paling-paling nanti juga ditolak kayak biasanya."
"Bacot!"
Setelah mengibaskan rambutnya, dengan gaya centil Dita melenggang pergi dari kelas. Meninggalkan Adara yang tidak bisa pergi bersamanya karena harus menyalin jawaban soal matematika. Dita sendiri sebenarnya juga belum mengerjakan, tapi dia sedang malas menulis. Kalau nanti disuruh keluar kelas, tidak masalah—malah itu rezeki nomplok.
"Dita sayang!"
Suara itu terdengar bersamaan dengan kepala seseorang yang muncul tiba-tiba dari balik jendela tanpa kaca. Membuat Dita menjadi kaget karena muncul tepat di hadapannya yang sedang berjalan di tepi koridor.
"Kampret! Bikin gue kaget aja lo!" Sentak Dita sambil memukul wajah cowok itu dengan kotak bekalnya.
"Aduh! Kenapa abang dipukul sih? Entar kalau kegantengan abang Juna berkurang gimana?"
"Bodo amat! Minggir lo!" Dita mendorong kepala Juna masuk kembali ke dalam kelasnya lalu segera melarikan diri.
Namanya Harjuna Gloreon. Orang-orang biasa memanggilnya Juna, Junaedi, Junet, ataupun Kupret. Dia adalah mantan pacar Dita yang dulu langsung diputuskan lima menit setelah jadian. Dita menyesal menjadikan Juna pacarnya karena ternyata cowok itu berotak miring dan juga tingkahnya abnormal.
"Dita, pacaran yuk?"
"Ok, kita pacaran."
Lima menit setelahnya.
"Dit, ini hape abang Juna kok gelap sih. Padahal baru beli kemaren, masa' udah rusak?"
"Itu belum lo nyalain, dodol."
"Oh iya."
"Kita putus!"
Kantin tampak ramai. Banyak yang berdesakan untuk memesan, ataupun suara koor membahana dari gengnya Diki yang sibuk menyanyikan lagu koplo dengan iringan ukulele.
Mata Dita beredar ke sekeliling, dan tersenyum ketika melihat orang yang dicarinya tengah duduk sendirian di pojok kantin sambil bermain ponsel. Dengan riang Dita berjalan menghampiri meja Galen dan langsung duduk di seberang cowok itu.
Merasakan kehadiran seseorang di depannya, Galen mendongak. Wajahnya yang memang dingin, menjadi semakin dingin saat melihat wajah ceria cewek yang sudah mengganggunya seminggu ini.
"Hai!" Dita menyapa Galen dengan raut cerah. Ia meletakkan kotak bekal yang ia bawa ke atas meja, "Gue bikinin nasi goreng spesial buat lo! Lo belum pesen makanan kan?"
Galen menatap datar Dita lalu kemudian melirik sekilas kotak bekalnya sebelum dengan cuek melihat kembali layar ponselnya. Wajah adonis miliknya sudah menjadi sorotan seluruh cewek di kantin sedari tadi, tapi dia tidak memedulikannya.
"Galen, ini buatan gue sendiri loh. Setidaknya hargai usaha gue! Asal lo tahu, lo itu orang pertama yang buat gue rela belajar masak."
Galen tetap diam tak menanggapi. Tapi itu tidak membuat Dita patah semangat, ia menarik kursi untuk duduk di sebelah Galen dan dengan berani menarik lembut dagu Galen agar menatapnya. Sepasang mata tajam Galen langsung menusuk pandangan Dita hingga membuat cewek itu bergetar takut.
Melihat Dita memegang dagunya, Galen langsung menepis tangan Dita. "Jangan menyentuhku!"
Dita tersenyum. Akhirnya cowok ini mengeluarkan suaranya. "Lo pasti laper kan?"
Dita membuka penutup bekal dan mulai menyendokkan nasi gorengnya. Ia mengangkatnya ke depan bibir Galen, "Ayo, buka mulut lo. Kita kan pacaran, jadi harus romantis!"
Galen tak membuka mulutnya, dia malah membuang muka menatap kembali layar ponselnya. Membuat Dita menahan rasa kesal di hatinya dan mencoba untuk bersabar.
Inget, Dita! Orang sabar disayang Tuhan sama Galen!
"Ayo dong, Galen! Satu suap aja!" Dita kembali menarik dagu Galen dan menatapnya dengan pandangan memelas. Hal yang tidak pernah dilakukan oleh Dita selama ini.
Dita mendorong sendoknya tepat di depan bibir Galen, dan kali ini tanpa diduga Galen membuka mulutnya dan menerima suapan dari Dita.
Dita bahagia luar biasa, akhirnya perjuangannya seminggu ini sedikit ada kemajuan. Galen sendiri tampak mengunyah dengan tenang dan kembali fokus ke ponselnya.
"Gimana? Enak nggak?"
Galen diam tak merespon. Dan Dita tak sadar menyenggol bahu Galen, mendesaknya. "Gimana, Galen? Gimana rasanya? Enak kan?"
Galen langsung mendorong Dita menjauh, merasa risih. Dia menganggukan kepalanya pelan sebagai jawaban.
"Yeay!!" Dita bersorak senang dan menyendok kembali nasi gorengnya, hendak memberikannya kepada Galen sebelum seseorang mengambilnya.
"Wah, nasgor! Tahu aja kalo abang Juna lagi laper!"
Dita berdiri dan menatap kesal ke arah Juna yang hendak memakan nasi gorengnya. Dengan cepat ia merebut sendok dari Juna, "Ini buat Galen, bukan buat lo!"
Juna mengalihkan pandangannya ke arah Galen dan baru menyadari kalau ada orang selain Dita di meja ini. Ia maju dan mengulurkan tangannya ke arah Galen.
"Kenalin nama gue Harjuna Gloreon, cowok paling tampan di sekolah sekaligus di dunia ini. Anaknya Papa Marcel sama Mama Giska, masih jomblo, dan sekarang lagi bernapas."
Galen hanya menatap dingin Juna tanpa memedulikan uluran tangan dari Juna. Membuat Juna bergidik dan langsung menarik kembali tangannya, ternyata benar kata orang-orang—tatapan Galen itu mematikan.
"Minggir lo, Junet! Jauh-jauh dari Galen, entar dia ketularan jelek dari lo!"
Juna berdecak ketika Dita menariknya menjauh dari Galen. "Dita jangan gitu dong! Dilihat dari sisi manapun, abang Juna itu gantengnya nggak kalah sama tuh bocah!"
"Ngimpi lo!"
Dita mendengus dan hendak mengambil bekal nasi gorengnya, namun kalah cepat dengan Juna. "Ish, Junet! Siniin nasgornya! Gue kagak ikhlas kalo lo makan ya!"
"Bodo amat!" Juna menyendok nasi gorengnya dan langsung memakannya. Dan saat itu juga, matanya membulat dan mengambil tisu lalu memuntahkannya. "Gila, ini nasgor dibikin pake air laut atau gimana? Asin banget anjir!"
Juna meletakkan kotak bekal tadi ke atas meja dan terbatuk-batuk.
"Mana ada! Nasgor buatan gue enak kok!" Dita tersinggung dan dengan cepat ia memakan nasi gorengnya. Dan reaksinya pun kurang lebih sama seperti Juna tadi. Sumpah, ini makanan paling luar biasa asin yang pernah ia makan!!
Tapi kenapa reaksi Galen tadi tampak biasa-biasa saja? Dan bahkan cowok itu mengangguk saat ia tanya apakah nasi gorengnya enak.
Dita melihat ke arah Galen tadi, namun cowok itu sudah tidak berada ditempatnya.