“Ini ulah Nagra.” Bibir empu Paser bergetar saat menyampaikan kalimat itu. “Apakah kalian tahu wujud benda penyimpan energi kehidupan Nagra selain tubuhnya sendiri?”
“Semacam pusaka?” timpal Daru, mengamati kedua tangannya makin gemetaran.
“Sebuah pohon yang aku pun tak tahu asalnya darimana,” ralat empu Paser. “Ada di pusat penelitian Nagrasala.”
Manur kembali mengamati pagar bertekstur khas itu. Tekstur kasar seperti kulit pohon. “Apakah ini akarnya?”
Dengan langkah sempoyongan, Daru mendatangi pagar itu.
“Daru, jangan dekat-dekat! Siapa tahu benda itu berbahaya.” Manur menyusul, menahan pundak Daru. Namun, Daru menepisnya, terus saja berjalan.
Di pagar itu, Daru mendaratkan tinjunya keras-keras. Tak terjadi apa pun. Hanya kepalan tangannya yang mengalirkan darah, membekaskan sedikit saja noda di sana.