Cklek..
“Jean !!” Gadis cilik itu memekik girang dan menghambur ke pelukan Jean.
“Ah Lucy, you okay ? Sorry aku tidak pernah berkunjung. Aku sangat sibuk” ucap Jean dengan tampang memelas.
Lucy tidak melepas pelukannya hingga datanglah pria tampan dari arah dapur. Ia terkejut mendapati Jean berdiri memeluk adiknya. Bahkan nampan berisi susu dan beberapa potong Sandwich itu jatuh berantakan.
“JEAN ??!!” Teriaknya senang lalu berlari menghampiri tubuh mungil itu dan memeluknya erat.
“Hentikan Mark. Aku bisa sesak nafas jika kau memelukku terlalu erat” kekehnya geli.
Mark melepas pelukannya dan menatap Jean khawatir. Ia sudah hamper 2 minggu tak bertemu gadis ini. Terakhir kali, Mark bertemu Jean adalah saat mereka berbincang di klub malam waktu itu. Sejak saat itu, Mark tidak pernah melihat Jean bekerja lagi.
“Dimana kau bekerja sekarang ? Kau sudah tidak di skors kan ? Kenapa kau tidak kembali ke klub ? Kau bahkan tidak mem-
“Sssssttt berisik. Apa kau tidak ingin menyuruhku masuk lebih dulu ?” Dengus gadis itu kesal.
Mark dan Lucy menepuk jidat mereka bersamaan, lalu kembali terkekeh. Lucy menarik Jean masuk dan memintanya untuk duduk di sofa. Gadis kecil itu juga meminta kakaknya untuk duduk di samping Jean. Ia begitu pengertian hingga saat Mark berniat untuk bangkit membereskan kekacauan yang ia perbuat tadi, Lucy dengan sigap menarik tangannya.
“Kau temani Jean, Mark. Biar aku saja yang membereskan itu dan membuat sarapan untuk kita bertiga” ucapnya lugu.
“Tentu gadis manis. Hati-hati, jangan sampai air panas itu melukai tanganmu” Mark mengulas senyum.
Lucy mengangguk antusias lalu melenggang pergi ke dapur. Ia tahu kakaknya dan juga Jean membutuhkan privasi mengingat pertanyaan yang Mark lontarkan membutuhkan terlalu banyak jawaban. Ia memang masih kecil, namun ia tahu kapan ia harus menempatkan diri dan bagaimana ia harus berbaur. Mengingat ia tumbuh dan hidup hanya bersama dengan kakaknya. Hal itu membuat Lucy kecil berbeda dari kebanyakan anak seusianya.
“Jadi, bisa ceritakan padaku segalanya Ms. Josephine ?” Jean mengulas senyum kecil, lalu menganggukkan kepalanya.
“Malam itu, ah maksudku malam saat terakhir kali kita bertemu lalu kita membahas masalahku yang aku mengatakan jika kena skors. Apakah kau masih mengingatnya ?” Mark mengangguk.
“Saat itu ada seorang pria yang mencoba ingin melecehkanku. Sin gkat ceritanya, tepat saat pria gila itu hendak menyeretku ke lantai 2, datanglah pangeran tampan yang menjadi penyelamatku. Menghajar pria gila itu, dan membawaku keluar dari klub. Ia melindungiku dan sialnya dia berhasil membuatku jatuh ke dalam pesonanya. Dan kau tahu hal yang lebih gilanya lagi ??! Dia adalah dosenku di kampus dan aku sama sekali tidak mengetahuinya. Sekarang ia pergi entah kemana, membuatku kelimpungan mencari pria brengsek itu. Dia seolah hilang ditelan bumi setelah berhasil membawa hatiku pergi bersamanya. It’s so suck !!” Desahnya frustasi.
Mark hanya bergeming dan terlihat syok dengan ucapan gadis di hadapannya. Benarkah ini adalah Jean ? Sahabatnya yang manis dan pendiam itu ? Beginikah efeknya jika orang pendiam jatuh cinta ? Mark mengulurkan tangannya menyentuh dahi Jean.
“Kau tidak panas kan ?” Mark mengulurkan tangannya dan menempelkan punggung tangannya ke dahi Jean.
“Kau pikir aku gila ??!! Hey, aku benar-benar hampir mati memikirkan hal itu. Aku jatuh cinta, sejatuh-jatuhnya pada pria itu. Dan kau harus membantuku untuk mendapatkannya”
Pria itu mendesah kasar lalu menatap Jean kesal.
“Kau saja tidak mengatakan siapa pria yang kau suka. Bagaimana bisa aku membantumu bodoh. Bahkan aku mengenalnya saja tidak”
“Gerald. Namanya Gerald Osvaldo”
Brakk..
Mark menggebrak meja di depannya kuat. Tentu saja ia terkejut mendengar nama Gerald. Memangnya wanita mana yang tak tergila-gila jika bertemu sosok pria bervisual layaknya dewa seperti Gerald ? Pebisnis sukses kelas kakap dengan berbagai prestasi dan kepandainnya merambah dunia bisnis. Selain itu, Mark mengenal Gerald karena pria itu kerap datang ke klub. Entah sendiri atau bersama para sahabatnya yang ia ketahui juga bukan dari kalangan orang biasa.
“Kau gila ?!! Kau menyukai seorang Gerald ??!! Itu mustahil bodoh !!”
Jean tersentak mendengar pekikkan heboh Mark. Gadis itu menutup telinganya karena Mark berteriak tepat disampingnya.
“Kau mau membuatku tuli ya ??! Bisa tidak bicara pelan ??!” sentak Jean.
Mark menghela nafas frustasi. Ia tau betul siapa Gerald karena artikel tentangnya banyak di muat di media social. Bahkan acara TV hampir setiap hari menayangkan prestasi dan kesuksesan pria tampan berusia 26 tahun iu. Ia maklum jika Jean kolot karena gadis itu tidak memiliki TV dan selalu sibuk dengan dunianya sendiri. Ponsel pun hanya sebagai pegangan saja. Entah gadis antah berantah dari mana seorang Jeanne Josephine, hingga kebodohannya begitu dalam menjalar hingga ke DNA nya.
“Kau tidak bisa bersamanya. Dan berhenti berkhayal kau akan mendapatkannya Je. Itu hanya akan menyakiti hatimu”
“Apa maksudmu ? Kau tidak mengenalnya. Sedangkan aku kenal dia. Dan aku pastikan dia akan menjadi milikku”
“Jangan kolot Je. Aku tahu kau bodoh, setidaknya kurangilah sedikit kebodohanmu itu. Kau tidak tahu apapun tentang Gerald. Jadi lebih baik, jauhi dia”
Jean merengut tak suka. Mark seperti mengacau otaknya agar melepaskan rasa sukanya dan kembali menjadi Jean kolot yang tak tau apapun.
“Katakan semua hal yang kau ketahui tentang Gerald”
“Baca saja sendiri. Artikel tentangnya selalu dimuat dan di update setiap hari oleh berbagai media social”
“Oh ayolah Mark. Aku malas”
“Ck, aku akan mengatakan sedikit poin pentingnya. Jadi…
*****
Pria tampan itu menggenggam jemari mungil di hadapannya. Tangan pucat dan cantik yang selalu dirawat oleh ahli kecantikan khusus yang Gerald datangkan dari berbagai belahan Negara, tak sedikitpun membuat gadis itu bangun dan menyunggingkan senyum manisnya untuk Gerald.
“Mau sampai kapan kau tidur sayang ? Kumohon bukalah matamu. Kembalilah” suaranya bergetar menahan tangis.
Gerald tak menyadari, bahwa ada seseorang dibalik pintu yang menatap dirinya prihatin.
“Apa Gerald di dalam ?”
Maid itu tergagap dengan badan bergetar menahan takut. Ia baru saja di pergoki mengintip oleh sahabat Tuannya sendiri.
“T-tuan Matt. M-maafkan aku, aku tidak bermaksud lancing mengintip. T-tapi
“It’s okay Nan. Dia memang sedang kalut. Apakah jasadnya tidak membusuk ? Ini sudah lebih dari 3 tahun dan pria gila it uterus menganggapnya tidur” desah Matt frustasi.
“T-tuan Gerald meminta pihak medis mengawetkan tubuh Non Dara secara permanen, Tuan” Mata Matthew membulat sempurna.
“Dia melakukan hal gila itu ??!! Bukankah perjanjian awal hanya sampai satu tahun. Dia juga bilang untuk, aarrghhh sialan. Aku akan tunggu pria gila itu dibawah”
Matthew berjalan tergesa menuruni anak tangga. Tangannya sibuk mendial nomor seseorang di balik ponsel mewah yang ia genggam. Tak lama setelah itu, terdengar sahutan dari seberang. Matt tidak suka basa-basi, pria itu mengatakan semuanya dengan wajah merah padam menahan amarah.
“Sahabat gilamu itu mengawetkan tubuh Dara secara permanen. Kurasa kita harus membunuhnya dan mengakhiri penderitaan Dara. Aaarrgghh kenapa aku punya sahabat sebodoh itu Se ?”
“DIA GILA ??!! Dia benar-benar melakukannya ?!”
“Aku sendiri tidak habis pikir. Sebaiknya kau cari gadis Harvard yang terlibat dengan Gerald. Minta ia membantu kita untuk menyadarkan pria berandal itu”
“Kau gila ??! itu sama saja mengumbar privasi Gerald. Kita tidak harus melakukannya”
“Dan kau akan diam saja, lalu membiarkan si bodoh itu SEMAKIN MELAKUKAN TINDAKAN GILA ?? Dia sahabatku juga. Percayalah jika Mommy dan Daddy saja sudah tidak bisa memberi arahan. Maka terpaksa kita lakukan cara luar biasa untuk menghantam otak kecilnya”
“Baiklah, aku akan mencari gadis itu”