AGREEMENT

"Bagaimana jika aku meminta mu untuk mengembalikan kewarasan Gerald ?"

Gadis cantik itu tampak terkejut mendengar penuturan Sean. Entah mengapa fikirannya menjerumus pada sebuah istilah yang secara tak langsung, Sean baru saja mengatakan Gerald gila. Dan tentu saja Jean tidak bisa menerima hal itu.

"Hey !! Kau Pikir Gerald gila ?!" sentaknya.

"Calm down sweetie. Buatlah persetujuan dengan ku, maka aku akan memberitahukan semua tentang Gerald padamu"

Jean memicingkan matanya. Ia menatap Sean tajam seolah menilai kejujuran di mata pria itu. Dan 100% Jean yakin jika Sean benar-benar jujur. Ia juga yakin bahwa Sean adalah sahabat Gerald. Mengingat fashion nya bahkan hampir mirip dengan Gerald. Dilihat dari cara berpakaian, cara berucap, dan barang-barang mewah yang melekat pada tubuh pria di hadapannya. Semua yang Sean ketahui tentang Gerald membuat gadis itu mengangguk ragu. Namun sebelum itu,

"Tapi ada satu syarat"

"Apa ? Jangan mempermainkan ku bocah"

"Pertama aku bukan bocah. Ke dua, jika sampai Gerald tidak menjadi milikku. Aku akan memotong habis milikmu"

Sean cengo. Ia tidak paham maksud gadis itu mengatakan memotong miliknya. Namun saat tatapan gadis itu mengarah ke perutnya lalu turun, Sean baru tersadar dengan maksud perkataannya.

"Hey !! Jangan berani-berani mengancamku. Aku serius tentang Gerald. Jika kau menyetujui nya, ikut denganku, dan kita lakukan sekarang"

"Lakukan apa ?" tanya Jean polos.

Sean menggeram frustasi. Iya, dia memang salah karena dia juga belum memberitahu apa yang harus Jean lakukan. Namun bisakah gadis itu mempermudah dengan mengiyakan dan langsung saja mengikuti Sean ? Tidak perlu bertele-tele menjelaskan satu persatu.

"Jangan menatapku seperti itu. Kau sendiri tidak memberitahu aku harus apa. Dasar bodoh !"

"Dasar gadis gila. Ambil ponselmu" perintah Sean.

Jean pun hanya mengikuti keinginan pria itu. Ia merogoh ponsel dalam tas nya. Lalu memberikan pada Sean. Pria tampan itu tampak mengetikkan sesuatu disana. Sepertinya sebuah nomor.

"Telfon Gerald, katakan semua hal apa pun yang bisa memancing amarah Gerald. Aku sangat mengenal nya. Saat dia marah maka ia akan melakukan sesuatu. Ia akan terfokus pada satu tujuan nya lebih dulu. Dan ku pastikan akan ada sedikit celah untuk menyembunyikan tubuh Dara"

"Dara ? Siapa dia ?"

"Tunangan Gerald"

"K-kenapa kau ingin menyembunyikan dia ? Apa dia tidak mau menikahi Gerald ? Bagaimana jika dia mengadu pada Gerald ?"

Tuk...

"Hey !! Ini sakit"

"Makanya diamlah, dan dengarkan baik-baik. Jangan selalu memotong ucapanku" Jean hanya melayangkan tatapan tajamnya ke arah Sean.

"Dara, sudah meninggal"

"APA ?!!"

"Pelankan suaramu brengsek ! Kita menjadi pusat perhatian"

"Jangan memaki ku tuan. Aku masih di bawah umur"

"Ya ya ya terserahmu saja. Sebaiknya kita lakukan sekarang. Kau hanya perlu menelfon nya dan katakan apapun yang bisa memancing emosi nya. Kurasa melihat dari wajahmu. Kau seseorang yang pandai mencari masalah. Bukan begitu Mrs. Josephine ?"

"Dasar brengsek. Kalo begitu ayo lakukan dan kita buat Gerald jadi milikku"

Sean menyeringai lalu bangkit dari duduknya. Pria tampan itu meninggalkan beberapa lembar uang di meja dan pergi begitu saja. Di susul Jean di belakangnya. Mereka memasuki mobil sport Sean. Selama di jalan mereka sudah menyusun rencana matang-matang. Apa yang harus Jean bicarakan nanti.

"Jadi ? Kau siap sekarang ?" tanya Sean.

Jean menghembuskan nafas pelan beberapa kali. Tidak di pungkiri bahwa gadis cantik itu juga takut. Mengingat ia pernah memancing emosi Gerald saat dia menciumnya. Dan ya Jean akui, Gerald benar-benar kasar.

"Siap"

"Lakukan"

"Jangan lupa mengaktifkan Loudspeaker nya. Apapun yang terjadi tidak usah khawatir. Kau aman selagi bersamaku"

"Kau baru saja menjadikanku umpan untuk Singa liar bodoh"

"Cepat lakukan, mau sampai kapan kau mengoceh terus"

Jean pun mendial nomor Gerald. Dering pertama langsung terdengar sahutan dari seberang. Tentu saja ia mengikuti perintah Sean untuk mengaktifkan Speaker telfon nya.

"Siapa kau ?!"

Jean melotot kan matanya menatap Sean. Bisa ia dengar nada suara yang keluar dari bibir Gerald. Sepertinya pria itu tengah menahan amarah. Sean terlihat menggerakkan bibir nya seolah berkata,

"Jangan gugup"

Dengan ragu Jean mengeluarkan suaranya.

"Aku Jean"

"KAU ?!! Untuk apa kau menghubungiku !!"

Jean sedikit menjauhkan ponselnya akibat bentakan Gerald. Entah kenapa pria itu terdengar sangat menyeramkan.

"Kau dimana Ge, kau b-belum menjawab ungkapanku. Kau tau kan ak-aku mencintaimu. Kenapa kau tidak ada kab-

"Cih, jangan bermimpi bocah. Sebaiknya kau urus saja hidupmu yang hancur berantakan itu. Apa sebegitu kesepiannya kau hingga terus saja mengemis cinta dariku ?!" Gerald langsung memotong ucapan Jean.

Sean pun langsung memposisikan duduknya menghadap Jean sepenuhnya. Ia menanti akting gadis itu.

"Kau boleh menghina hidupku Gerald. Tapi untuk cinta, tidakkah kau malu menghujatku ?! Kau bahkan tidak bisa menerima bahwa calon istrimu sudah mati. Kau masih terus mengemis cinta pada orang yang sudah tidak bernyawa. Harusnya kau yang lebih memalukan bukan aku !!"

Sean menyeringai. Ternyata Jean adalah gadis yang tepat untuk memancing amarah Gerald.

"Tutup mulutmu brengsek !! Dia belum mati !! Kau hanya pendatang di hidupku. Sebaiknya jaga batasanmu !! Kau tak lebih dari seorang gadis murahan yang mengemis cinta pada pria yang sudah berstatus"

"Berstatus tunangan orang mati maksudmu ?!"

"Bangsat !!"

Bip.

Saat telfon dimatikan sepihak. Sean menyeringai ke arah Jean. Tangannya terulur mengusak surai gadis itu gemas.

"Kau bisa di andalkan. Dimana tempat tinggalmu ? Kita ambil semua barang-barangmu dan pindahlah ke apartemenku"

"KAU GILA ?!! Kau baru saja menjerumuskan ku ke Singa liar. Dan sekarang kau ingin memasukkan ku ke kandangnya ?" Sean menutup telinganya lalu menatap gadis itu tajam. Ia mengetuk dahi Jean.

"Sakit bodoh"

"Kau tahu ? Kau baru saja membuat amarah seorang Gerald meledak. Dia paling tidak terima seseorang menghina kekasihnya yang sudah tiada. Dan kau dengan lantangnya mengatakan Dara mati tanpa memikirkan perasaannya. Kau fikir Gerald akan diam saja ?"

"M-maksudmu ?"

"Aku yakin sekarang dia sudah menelfon anak buah nya. Dan coba tebak apa yang akan ia lakukan ?"

"Apa ?" cicit Jean.

"Aku mengenal Gerald berpuluh-puluh tahun sejak kami mengenyam bangku Paud. Ku pastikan saat ini dia tengah menyusun rencana. Mengincarmu dan tentunya..

"Tentu apa !! Jangan bertele-tele !!"

"Membunuhmu !"

"What ?!!!"