WITH HIM

"Sampai kapan aku tinggal denganmu ?" tanya Jean yang saat ini tengah sibuk menata barang bawaannya.

"Setelah Gerald kembali"

Sean berjalan pelan ke arah ranjang yang akan di tempati Jean. Mendudukkan diri di sana dan melepas dasi yang terasa mencekik lehernya. Pria tampan itu terlihat sibuk dengan ponsel yang ia genggam. Sesekali dahi nya mengernyit ketika menggeser-nggeser percakapan di kolom chat.

"Jangan keluar tanpa izin dariku. Untuk saat ini tidak usah masuk kuliah"

"Hey !! Tidak bisa begitu. Aku bukan orang kaya yang bisa seenaknya sepertimu. Aku bisa di keluarkan jika aku seenaknya sendiri bodoh" gerutu Jean.

"Fine, Tapi dengan satu syarat"

"Apa ?"

"Kau hanya boleh pergi ke kampus jika aku yang mengantar dan menjemputmu. Tidak ada hangout bersama teman, tidak ada nongkrong di cafe, tidak ada kerja part time. Dan yang paling penting tidak ada jadwal KENCAN"

Mata Jean membola. Ia berfikir jika pria di depannya ini memang gila. Apa dia baru saja menunjukkan peraturan pada pacar baru nya ? Ia kira Jean siapa ? Kekasihnya ?

"KAU PIKIR AKU KEKASIHMU ?!!"

"Hey !! Kau pikir aku mau bersusah payah menjagamu ? Kau pikir aku tidak punya kekasih yang butuh kehangatan tubuhku ? Dengarkan aku baik-baik gadis pendek. Saat ini kau dalam masalah besar. Gerald berencana untuk membunuhmu. Dia bahkan sudah memerintahkan sebagian anak buah nya untuk bergerak mencarimu. Kau dalam masalah besar dan aku yang menyeretmu masuk ke dalamnya. Maka dari itu turuti perintahku sampai kau benar-benar aman. Tenang saja, jika kau sudah tidak lagi berurusan dengan Gerald. Kau bebas pergi kemanapun kau mau"

"Pertama, aku bukan gadis pendek. Kedua, terimakasih karena sudah menjagaku seperti kau menjaga istrimu, hell aku begitu terkesan. Dan ketiga,

Jean mengambil nafas dalam. Dia menatap Sean lekat dan.

"AKU TIDAK AKAN MENYERAH MENDAPATKAN GERALD"

Sean mengerjap-ngerjapkan matanya. Seorang gadis gila baru saja berteriak padanya. Dua kali ! Ingatkan Sean untuk yang satu ini. Karena selama hidup 25 tahun. Baru kali ini Sean di teriaki tepat di depan wajahnya oleh seorang wanita. Biasanya para wanita akan berteriak ke enakan di bawah kuasanya. Bukannya malah seperti Jean.

"Kau membuat gendang telingaku pecah"

Setelah berucap Sean pergi keluar. Meninggalkan Jean yang langsung membaringkan dirinya di ranjang king size itu. Sesekali matanya memejam. Gadis itu tampak menghela nafas beberapa kali.

"Apa Gerald benar-benar berani membunuhku ?"

****

"APA SAJA KERJAMU BRENGSEK !! BAGAIMANA BISA KAU KEHILANGAN JEJAK SEORANG GADIS ?!" Gerald terlihat dikuasai oleh amarah.

Mendengar penuturan bahwa orang yang ia perintahkan gagal menangkap dan membawa Jean padanya. Ia tak menampik jika saat ini, ia berinisiatif untuk bertindak sendiri. Menyeret paksa gadis itu dan membunuhnya dengan tangannya sendiri.

"KELUAR DARI RUANGANKU !!"

Para bodyguard itu tampak menundukkan kepalanya dan keluar dari ruangan Gerald. Pria tampan itu menyalakan pemantik dan menghisap Nikotin nya dalam. Bayangan wajah Jean yang seenaknya menyatakan cinta dan menciumnya kembali berkeliaran dalam otaknya. Tangan nya tampak mengepal kuat.

Bukan karena Jean. Tapi karena ia merasa telah menghianati Dara. Calon istrinya. Gerald masih saja beranggapan bahwa Dara tidak meninggal. Gadis itu hanya koma dan belum sadar dari tidur panjangnya. Orang tua, sahabat, para temannya sudah mencoba mengingatkan Gerald. Namun pria itu bersikeras menutup diri dan bahkan menjauhi orang terdekatnya satu persatu. Saat orang tuanya mengatakan bayi nya dengan Dara juga meninggal dan sudah dikuburkan dengan layak.

Gerald marah besar. Ia tidak terima dengan ucapan kedua orang tuanya. Ia percaya pada Dara bahwa bayi itu masih berada dalam perut Dara yang kini tengah koma. Itulah kata yang selalu ia tanamkan dalam pikirannya. Hingga membuat sisi lain dari diri Gerald terbentuk. Ia hanya bergantung pada Dara, bukan orang lain.

Kedatangan Jean memang awalnya ingin ia seriusi. Ia ingin melangkah bersama Jean. Namun melihat gadis itu menyatakan cinta padanya dan bahkan dengan lancang menciumnya, membuat Gerald kembali menyakinkan diri bahwa semua wanita sama saja. Hanya memandang nya dari harta dan visual. Tidak seperti Dara, gadis itu sudah menemani Gerald dari Gerald yang bukan siapa-siapa menjadi sosok Gerald yang sehebat sekarang.

"Maafkan aku sayang. Sungguh aku tidak bermaksud selingkuh darimu" gumamnya kecil.

Matanya menelisik ke sudut meja kerjanya. Menatap foto gadis cantik yang tengah tersenyum manis. Sesaat Gerald termenung. Dara nya begitu sempurna. Sosok itu selalu hadir dalam dirinya. Meskipun Dara belum sadar hingga saat ini, namun ia masih bisa merasakan kehadiran wanita itu disekelilingnya.

Tangan teramplnya mengambil satu buah figura berisi foto Dara. Ia mengusap pelan foto yang ia ambil 3 tahun yang lalu. Saat dimana kejadian itu belum terjadi.

"Kenapa kau selalu hadir di mimpiku ? Menangis seolah aku menyakitimu ? Apa karena kau mengira aku selingkuh ? Aku tidak melakukannya sayang. Itu semua hanya salah paham"

Lagi-lagi Gerald berbicara dengan foto Dara. Dara memang sering hadir dalam mimpi Gerald. Gadis itu menangis dan meminta Gerald untuk mengikhlaskan kepergiannya. Namun Gerald seolah tuli. Ia menganggap tangisan Dara karena gadis itu merindukannya. Karena gadis itu terluka ketika dia dekat dengan wanita lain. Sedangkan kenyataannya, Dara justru menginginkan Gerald melupakannya. Membuka lembaran hidup baru yang lebih berguna. Karena sampai kapanpun mereka berdua tidak akan bisa bersatu.

Dara merasa sakit ketika melihat tingkah Gerald yang semakin menggila. Andai ia di beri pilihan hidup, ia akan membahagiakan pria nya. Namun kenyataannya sekarang Dara telah tiada. Dan yang gadis itu lakukan hanya menangis karena seseorang yang menahan kepergiannya.

Ia ingin kebebasan untuknya begitu juga Gerald. Namun gadis itu tidak bisa apa-apa. Mendatangi mimpi Gerald pun terasa percuma jika pemikiran pria tampan itu masih tetap sama. Itu hanya semakin membuat Dara sulit itu pergi dan terjebak dalam pembatas dunia nya sendiri.

"Kapan kau akan menyadari segalanya Gerald ? Kapan kau berhenti membuat tubuh ini kesakitan ?"