Pria tampan dengan onyx berwarna abu - abu itu, terlihat sibuk melakukan olahraga, di ruang Gym pribadi yang ada dalam mansion nya. Wajah yang sangat tampan bak dewa Yunani membuat seluruh dunia kagum dengan makhluk ciptaan tuhan yang satu ini. Siapapun yang melihatnya, pasti berfikir bahwa tuhan sedang sangat bahagia ketika menciptakannya.
Siapa lagi kalau bukan Aldrich Dellano? Pria tampan yang terkenal Dingin dan arogan. Kecerdasan dan juga kesuksesannya dalam dunia bisnis, sudah tidak dapat di ragukan lagi. Namanya bahkan sudah menyeruak bebas hingga ke berbagai penjuru belahan dunia. Di usianya yang baru menginjak 26 tahun, lelaki tampan itu telah berhasil meraih gelar Billionaire termuda di dunia.
Disaat orang-orang di luar sana mati-matian bekerja keras, untuk memberi makan dan mencukupi kebutuhan keluarga nya. Tidak dengan Aldrich yang telah berhasil menuai hasilnya. Pria itu bahkan mampu menghasilkan uang sebesar 175 juta, dalam waktu 20 menit. Bisa kalian bayangkan berapa banyak penghasilan Pria tampan itu dalam waktu 1 hari? 1 minggu? Atau bahkan 1 tahun?
Knock..
Knock..
Knock..
Mendengar pintu ruang olahraga nya di ketuk, Aldrich pun meletakkan kemeja hitam yang baru saja di lepas olehnya. Pandangan matanya berpendar, mengalihkan atensinya penuh ke arah pintu. Pria itu terdiam, beberapa detik kemudian, suara baritonnya mengalun, memberi izin lawan bicaranya di balik pintu, untuk masuk.
"Masuk," seperti biasa, suara pria itu terdengar begitu dominan. Ia melihat Jorge, tangan kanannya yang masuk dan memberi hormat padanya. Pria itu sedikit membungkuk lalu,
"Maaf mengganggu anda, Tuan. Tetapi di luar ada seorang gadis yang ingin bertemu dengan anda!" Aldrich mengernyitkan dahi nya, gadis? Siapa yang datang menganggunya hingga berani masuk ke mansion miliknya? Seingatnya, Ia tak pernah sekalipun, membawa wanita bayarannya pulang. Ia juga memberi penekanan penuh pada setiap kenalan wanitanya, untuk tak sembarangan datang Ke Mansion. Aldrich adalah Pria yang keras, Ia tak akan mengizinkan orang lain turut campur dalam hidup pribadinya.
"Suruh dia masuk!" Jorge mengangguk, Ia kembali membungkuk sekilas, lalu melenggang keluar.
Aldrich sendiri langsung sigap, memakai kembali kemeja miliknya. Walaupun terkesan Arogan, Aldrich masih sangat mengerti tata cara menerima tamu yang baik. Sekalipun kemeja yang Ia kenakan juga tidak menutupi semua bagian tubuh nya.
Tak lama setelah itu, masuklah seorang gadis ke ruang gym pribadinya. Baru melihat penampilannya saja, sudah mampu membuat Aldrich muak. Kemeja kotak-kotak yang terlihat lusuh, celana jeans dengan kedua lutut robek. Iya Aldrich tahu itu tren, hanya saja Ia terlihat tak nyaman. Apalagi rambut gadis itu yang di biarkan tergerai berantakan. Aldrich berani jamin, jika rambut itu tak pernah di sentuh hairstylish. Gadis itu terus menundukkan kepala nya, membuat Aldrich geram karena tidak bisa melihat wajah nya.
"Untuk apa kau datang kemari?" Sungguh, Allcia yang awalnya gugup, kini bahkan mendadak kaku. Baru mendengar suara baritonnya saja, sudah membuat gadis itu kehilangan nyali. Serangkaian kata yang telah Ia pilih, dan berniat untuk Ia ucapkan, mendadak menguar dan hilang begitu saja dari otak cantiknya.
"S-saya,"
"Apa kau tidak pernah di ajari sopan santun oleh orang tua mu, Nona? Menunduk saat berbicara dengan orang lain? Apa itu hal yang sopan?" dengan ragu, Allcia memilih untuk memberanikan diri mendongak, dan menatap lelaki di depan nya. Sejamang, Aldrich terpana dengan keindahan mata gadis itu. Berwarna coklat gelap, dengan bibir cherry yang tipis, hidung mancung dan wajah natural tanpa make up membuat gadis itu terlihat manis. Menyadari kebodohannya, Aldrich menggelengkan kepalanya kuat.
"S-saya ingin meminta keringanan waktu, untuk membayar semua hutang keluarga saya T-tuan." ah, Aldrich tahu sekarang. Kenapa wanita itu lancang datang dan menemuinya, ternyata karena hal itu.
"Siapa nama keluargamu?"
"Richard Rodriguez," Aldrich terdiam, Ia tahu betul keluarga Rodriguez. Sekalipun hutang lelaku tua itu tidak begitu banyak, Aldrich bukanlah pria yang sabar dan mau bernegosiasi. Apapun yang sudah menjadi perintah nya maka saat itu juga semua harus terpenuhi.
"1 minggu." Allcia tercekat, tidak! Ia tidak akan menyerah. Bagaimana pun, Ia sudah terlanjur datang, Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapat keringanan dari Aldrich.
"T-tapi tuan sa-"
"I'm not in negotiation!" Allcia terjengkit mendengar geraman rendah Aldrich. Gadis itu merasa tersinggung karena perilaku Aldrich yang baginya kelewat semena-mena terhadap nya. Entah reflek dari tubuhnya, kaki Allcia melangkah mendekati Aldrich. Matanya menatap Pria tampan itu dengan tajam, Allcia mengacungkan jari telunjuknya, tepat di depan wajah Aldrich.
"Apa kau sungguh tak punya hati nurani, Tuan Dellano yang terhormat? Apa sesusah itu untuk memberi keringanan waktu? Apa sebegitu beratnya permohonan ku untuk kau kabulkan eh?" Aldrich yang merasa terhina karena gadis lusuh yang sudah berani menentang nya itu. Amarah Aldrich meluap, menguasai dirinya. Tangannya terulur, mencengkram kuat dagu gadis itu.
"Kau tidak tau siapa aku hah?! Berani-nya kau menatap ku tajam!! Berani-nya tangan menjijikkanmu menunjuk wajah ku!!"
Plak..
Satu tamparan keras mendarat di pipi Allcia. Gadis itu mendadak limbung dan kehilangan kesadarannya. Tentu saja, efek tamparan Aldrich yang kelewat kuat dan kondisi tubuhnya yang sejak awal, memang sudah tidak dalam kondisi baik. Aldrich menatap gadis itu sinis. Raut wajahnya datar, tak sedikitpun merasa bersalah. Pria tampan itu berteriak memanggil Jorge yang setia berjaga di depan pintu. Begitu Jorge masuk,
"Bawa gadis ini ke kamar ku, sekarang!"
Entah apa yang ada di fikiran Pria tampan itu, Ia tiba-tiba memerintahkan anak buah nya untuk membawa Allcia ke kamar-nya. Padahal selama ini, dia tidak pernah mengizinkan wanita mana pun memasuki area pribadinya. Saat dia sedang bersenang-senang bersama wanita bayarannya pun, dia memilih untuk melakukannya di apartemen. Namun saat ini? Entah apa yang terjadi, seorang Aldrich membiarkan Gadis Lusuh seperti Allcia untuk masuk dan menggunakan ranjang kingsize nya.
Aldrich pun ikut naik ke kamar nya. Hanya saja, dia menggunakan Lift sedangkan para bodyguard nya yang membopong tubuh Allcia, berjalan melewati tangga. Aldrich sama sekali tidak merasa kasihan dengan anak buahnya karena harus membawa Allcia ke lantai 3 dengan menaiki tangga. Bagi nya mereka memang pantas bekerja keras karena dia sudah membayar nya.
Begitu sampai, mereka membaringkan Tubuh mungil Allcia dan meninggalkan kamar megah milik tuannya itu. Entah setan darimana yang merasuki tubuh Aldrich, hingga tiba-tiba dia memutuskan untuk mulai mendekati Allcia. Merapikan rambut yang menutupi wajah cantik gadis itu,
"Sebenarnya kau cantik, sayang kau seperti tidak terurus." Entah perasaan apa, tetapi Aldrich merasa dia begitu dekat dengan gadis di hadapannya. Tidak ingin memikirkan terlalu jauh, lelaki tampan itu melepas pakaian nya dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya.
Dilain sisi, Allcia pun terbangun karena merasa kepala nya begitu pening, alangkah terkejut nya dia mendapati dirinya tengah tertidur di atas ranjang mewah yang entah milik siapa. Ia pun mulai mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi. Perlahan, bayangan dimana dia dengan tekat nya mendatangi Mansion sang Billionaire, memaksa masuk dan dengan lancang nya dia membentak bahkan merendahkan Aldrich terekam jelas di ingatan nya.
Memikirkan nya membuat nyali gadis itu menciut, dia telah melawan orang yang salah. Tak lama setelah itu munculah lelaki tampan dari dalam kamar mandi, dengan keadaan shirtless. Pahatan tubuh yang sempurna dengan otot perut dan dada yang tercetak jelas, melekat begitu pas di tubuhnya. Allcia menelan ludahnya kasar. Bagaimana pun, Ia adalah wanita normal. Dia tidak menepis kenyataan bahwa lelaki di depan nya sangat lah tampan.
"Jaga pandangan mu, Nona!" Allcia merutuki kebodohan nya yang dengan terang - terangan mengangumi lelaki di depan nya.
"Aku akan memberikan penawaran untukmu. Kau bisa mendapat keringanan waktu, asal kau mau menjadi pelayan pribadiku." Lagi-lagi Allcia menelan ludah mendengar penuturan Aldrich. Menjadi pelayan pribadi? Sama saja membiarkan kesehatan jantungnya menurun, bayangkan saja! Hanya dengan melihat lelaki di depannya, Jantung Allcia seolah berdetak 1000 kali lebih cepat.
"Apakah t-tidak ada pen-"
"Tidak!!" sarkasnya,
Dengan santai nya Aldrich hendak meninggalkan Alcia yang tengah kebingungan memikirkan jawabannya. Melihat Aldrich hendak keluar Alcia langsung menghadang nya dengan jawaban yang sudah di fikirkan matang-matang oleh nya.
"Aku bersedia!" Aldrich menyeringai penuh ke arah nya, membuat gadis cantik itu bergidik ngeri,
"Good girl, sekarang kau boleh pergi. Besok pagi-pagi sekali, kau harus kembali kesini dan bawa semua pakaian mu. Kau akan tinggal disini." Allcia hanya menganggukkan kepala nya lemah. Dia bangkit dari ranjang mewah itu dan segera berlalu keluar, Aldrich yang terlihat sudah rapi tiba-tiba sudah menghadang jalan Allcia di lantai 1. Allcia sempat berfikir apakah lelaki itu cenayang? Bagaimana Pria itu bisa secepat itu berada di lantai 1, sedangkan dirinya baru saja sampai. Seolah mengerti dengan ekspresi gadis di depan nya, Aldrich mendecih.
"Aku sampai disini terlebih dulu karena aku menggunakan Lift, sedangkan kau dengan bodoh nya berjalan dari lantai 3 ke lantai 1." Allcia cengo, Ingin marah mendengar ejekan Aldrich, tapi dia segera merilekskan diri nya. Aldrich sudah menjadi Tuan kontraknya, Ia akan habis jika kembali membuat Pria itu tersinggung. Gadis itu berjalan keluar dari mansion megah Aldrich, Ia memutuskan berjalan kaki untuk kembali ke apartemen Ashley.
"Kurasa, besok akan menjadi hari yang panjang dalam hidupku."
Cerita ini murni imajinasi penulis, jika ada kesamaan nama, tempat, ataupun visual tokoh. Semua dilakukan tanpa sengaja atau dalam arti lain bukan hasil jiplakan karya orang lain.