Biarlah derita ini kutanggung sendiri.
--
"Lain kali kalau ada Yuni sebaiknya lo menghindar."
Anggi mendongakkan kepala, dia menatap Arya yang jauh lebih tinggi darinya dengan pandangan polos. Saat ini mereka berada di depan indomaret untuk membeli plaster luka.
Arya meraih tangan Anggi dan menuntun cewek itu menuju satu set kursi yang berada di depan stand penjual thai tea. Arya menarik kursi untuk dirinya sendiri, kemudian mendaratkan bokongnya di sana.
Dengan kening mengkerut Anggi menatap cowok itu. Ck, tidak ada romantisnya sama sekali. Anggi tahu ini kehidupan nyata dan bukan drama Korea, tapi seharusnya Arya sedikit lebih peka. Maksud Anggi, harusnya Arya menarik kursi untuk Anggi terlebih dahulu lalu mempersilahkan ia duduk.
Aah, sudahlah!
Anggi menghela napas, lalu menarik kursi untuk ia duduki.
"Nih obatnya," Arya melempar kantong plastik berwarna putih dengan lebel indomaret.