Gadis itu hanya duduk melamun dengan kedua kaki ditekuk dan dagu kepala yang ditaruh di lututnya.
Ia menatap keluar jendela. Begitu sosok matahari mulai memancarkan sinar paginya.
Keadaannya Tama kali ini terlihat sedikit berantakan. Dengan rambut yang tidak tertata rapi, kedua mata yang menghitam sekaligus kantung mata yang sedikit besar dan wajahnya yang semakin pucat.
Ia melirik sekilas pada nakas yang sudah ada makanan khas rumah sakit. Tidak ada rasa lapar begitu ia melihatnya.
Padahal Tama sadar kalau dirinya belum makan sama sekali dari kemarin siang saat istirahat kedua.
Pandangan Tama kemudian teralih pada Chandra yang tertidur diatas sofa dengan keadaan duduk.
Kenapa tidak bunda dan ayahnya?
Tama tidak mau merepotkan kedua orang tuanya lebih lanjut.
Melihat bundanya yang menangis tersedu-sedu saja ia sudah merasa gagal menjadi anak karena sudah membuat bundanya menangis.