4

"Malu kali kak bangunnya kesiangan. Yang masak malah jadi tamu"

Karena masih setengah sadar, aku tak terlalu menanggapi ucapan Ero. Aku memasuki kamar mandi untuk membasuh wajah dan sikat gigi.

Setelah selesai, aku agak kaget ketika keluar melihat Disha-pacarnya Ero ada di dapur bersama ibu dan Selin.

"Kapan datang Dish?"

"Baru aja kak"

"Kamu ini bikin ibu malu aja, punya anak gadis tapi molor mulu. Liat nih, tamunya jadi pada masak" keluh ibu. Aku mengerucutkan bibir merasa di pojokkan.

"Lebay ah ibu, gapapa kali Disha sama Selin yang masak. Kan sekali-kali"

"Biar kamu enak-enak gitu di kamar" ketus ibu.

Aku berdecak "Iya-iya, ini mau buat apa biar Prilly tau mau bantu apa" kataku akhirnya ikut duduk bersama mereka yang sedang mengupas kentang dan mengulek cabe. Sedangkan Selin sedang menggonseng kelapa.

"Udah, ngga usah. Kamu beli gas aja sana" usir ibu. Tega.

"Ayok Ro" ajakku sambil berteriak pada adikku itu.

"Aku mau kerja tau" balasnya berteriak.

"Terus aku pergi sama siapa?" keluhku pada ibu.

"Jalan atau engga naik motor sana"

"Ah, jauh bu. Prilly kan ngga tau naik motor"

"Sama Dave aja sana" usul Selin.

Aku mengangkat sinis sebelah bibirku sambil menatap Selin dengan picik "Situ yakin sama saya? Ngga takut pacarnya saya tikung?"

Ia memberi tatapan lebih sinis padaku "Udah sana pergi, ngga usah perasaan sok cantik sampe bisa gebet Dave dari aku" katanya.

"Yaudah, ngga tanggung jawab ya kalau pulangnya kita udah gandengan"

"Prilly" tegur ibu. Aku meninggalkan dapur sambil tersenyum licik menakut-nakuti Selin.

⭐⭐⭐

Aku meletakkan gas kosong di tengah kami, aku dan kamu--eh maksudnya Dave. Dia melajukan motor sangat lambat, katanya ngga biasa bawa motor yg pake gigik.

Sedikit cerita ya, Dave ini guru juga, tapi beda sekolah sama aku dan Selina ngajar. Mereka bisa ketemu sampe jadian itu karena seringnya ada seminar para guru dari yayasan yang sama. Dan tepatnya yayasan tempat Dave mengajar sama dengan kami. Nah dari situlah awal mulanya kisah cinta mereka.

"Pril, kamu belum punya pacar ya?" Dave dengan santai menanyakan hal yang paling sensitif untuk mahluk jomblo sepertiku.

"Jangan bilang kamu mau ngajak aku selingkuh?" tudingku.

Ia terkekeh geli mendengar kalimat ku, pasti dia merasa urat maluku udah putus "Pantes aja kamu ngga punya pacar" katanya

Kurang ajar.

"Elehhh, kamu sengajakan mengalihkan pembicaraan, bilang aja kamu mau ngajak aku selingkuh" ketusku "Tapi maaf ya, aku lebih sayang persahabatan aku. Aku ngga mau menjalin hubungan dengan cowok yang meninggalkan ceweknya, karena sewaktu-waktu dia akan ninggalin aku juga"

Ia lagi-lagi tertawa, kali ini tawanya lebih sarat akan nada menggelikan "Hidupmu penuh drama banget ya Pril. Aku cuma nanya kamu udah punya pacar atau belum tapi kamu ngiranya pertanyaan itu malah ke yang lain-lain"

"Iss, ngga lain lain loh, sekarang itu penikungan terhadap sahabat merajalela. Aku ngga mau jadi salah satunya"

"Sekarang aku tau penyebab kamu jomblo" ujarnya sambil menggelengkan kepala "Penyebab utamanya adalah bibirmu yang ceplos aja"

⭐⭐⭐

0821*****

Lagi apa?

Inget kamu

Ternyata kamu

pandai gombal

Aku serius

Jujur saja, sejak penawaran mama yang ingin menjodohkanku dengan Ali dan perkataan Ali yang katanya ingin mendekati ku membuatku tak bisa mengenyahkan dirinya dari pikiranku.

Kamu lagi apa?

Aku kembali mengirim pesan saat tak mendapat balasan darinya. Aku memainkan sosial media ku sambil menunggu balasan dari Ali. Tapi rasanya hawa kantuk sudah menghampiriku hingga akhirnya aku tertidur pulas.

⭐⭐⭐

"Pril"

"Prilly bangun"

Aku merasakan guncangan pada bahuku, sungguh sangat mengganggu tidurku ditambah dengan suara bawel Selin.

"Bangun bangkeeee" teriaknya di telinga ku.

"Apaan sih?" desisku kesal, hanya membalikan tubuhku darinya.

"Kenapa sih kerjaanmu tidur terus" keluhnya "Ini, hapemu bunyi terus dari tadi"

Aku meraih ponselku yang di sodorkannya kemudian mengangkat telpon dan meletakan di telingaku.

"Hallo" jawabku malas dengan suara parau khas bangun tidur.

"Baru bangun tidur?"

Aku membelalak kaget mendengar suara seksi tersebut. Astaga. Aku segera bangun dan menjauhkan telpon dari telingaku untuk berdehem menyegarkan suara.

"I..ya, tadi ketiduran"

Selin mencebikkan bibirnya mendengar suaraku yang kubuat semerdu mungkin.

"Jadi bener?"

"Apanya?"

"Yang tadi kamu bilang?"

"Yg mana?" aku bingung dia ini bahas yang mana sih. Udah tau aku orangnya gampang move on.

"Lagi mikirin aku"

"Oh, itu, iya bener"

"Kenapa mikirin aku?"

"Aku cuma mikirin yang bikin aku seneng"

"Dilan kali ah" kekehnya.

Aku balas terkekeh "Itu, aku mikirin kata-kata kamu waktu kita makan bakso"

"Oh itu. Kenapa dipikirin?"

"Ya, aku takut kegeeran"

"Aku serius soal itu"

Aku memegang dadaku yang ngga karuan, bahkan memegang pipi berapa kali. Jantung, aduh jantungku kayak mau lari.

"Jadi gimana?"

Aku meneguk ludah setelah Ali kembali buka suara. Aku menabok Selin ketika telinganya mendekat ke ponselku.

"Tapi gimana caranya?"

Keliatan banget ngga sih kalau jawaban aku mau? Langsung nanya cara aja...hehehe.

"Kok nanya gitu?"

"Ya soalnya kan kita beda jauh tempat kerjanya"

"Aku bisa kunjungin kamu beberapa kali"

"Jauh tau, sekitar empat jam perjalanan"

"Gapapa, namanya usahakan butuh pengorbanan"

Aku tersenyum merona dan menggigit bibirku. Pande banget sih gombalnya. Siapa yang ngajarin sih dek?.

"Jadi jawaban kamu apa?"

Maulah

"Tapi apa kamu yakin?"

Ah, basi banget sih pertanyaan mu Pril. Tinggal bilang iya aja pun.

"Aku yakin"

Yaudah aku mau

"Memangnya apa yang kamu suka dari aku?"

Ck, kok aku ngga sanggup bilang iya sih. Banyak basa-basi banget.

"Aku sayang sama kamu. Dan ini perasaan bukan pelajaran yang harus kujelaskan"

Ahhh, pande amat sih dek gombalnya. Latihan dimana sih?

"Receh amat gombalnya"

Jiaahhhh...padahal baper.

"Jadi?"

"Mau"

Kudengar ia terkekeh di sebrang telpon. Apa jawabanku terkesan murahan ya? Apa aku tadi berlebihan ya pas bilang mau?

Apa abis ini dia mau bilang bercanda?

"Tapi ini beneran ngga bercanda kan?" tanyaku memastikan.

"Aku ngga sehumoris itu sampe menjadikan perasaan sebagai candaan"

"Iya, aku percaya."

"Maaf, entar lagi aku harus tugas. Aku mau mandi dulu"

"Ikut"

Dasar, Prilly genit.

Ia tertawa "Nanti kalau udah resmi" jawabnya.

"Aku bercanda kok" kataku membela diri. Biar ngga keliatan banget mesumnya. Nanti yg ada niat dia batal lagi deketin aku.

"Serius juga gapapa. Yaudah ya, aku mandi dulu."

"Iya. Semangat ya kerjanya"