Selina sibuk menyusuni pakaiannya ke dalam lemari sementara Dave berbaring di ranjangnya sambil memainkan ponsel. Meskipun begitu, hubungan mereka tidak sejauh yang orang dewasa pikirkan.
"Dave"
"Hm"
"Sebenernya---" Selina ragu ketika harus mengungkapkan kenyataan yang selama ini ia tutupi dari Dave.
"Apa?"
"Ck, aku takut bilangnya"
Dave seketika duduk diatas tempat tidur dan memandang ke arah kekasihnya itu, meski Selina kini tengah memunggunginya.
"Apa? Kamu hamil?"
Selina membelalak kaget dan seketika melemparkan benda yang sedang dipegangnya ke arah Dave dan langsung ditangkap Dave dengan tatapan ngeri.
Setelah itu, Selina justru semakin membulatkan matanya kala melihat benda yang tadi ditangkap Dave adalah barang pribadinya alias bra.
Ia kembali memunggungi Dave sambil memejamkan matanya erat dan menggigit bibirnya dengan perasaan malu sekaligus gelisah.
Dave terkekeh pelan menatap benda ditangannya kemudian melemparkannya tepat ke koper Selina yang masih berisi beberapa pakaian yang belum ia susun.
"Serem ah kamu ngasih kodenya" ujar Dave berusaha mencairkan suasana.
"Ihh, aku serius tau"
Dave membelalak dan meneguk ludahnya susah payah "Maksudnya kamu serius ngajak aku---"
"Ihh Dave mesuummm" teriak Selina.
Dave terkekeh geli "Kamu mau bilang apa tadi sebelum ngelempar aku pake itu?" godanya lagi.
"Dave, please deh. Aku mau ngomong serius"
"Yaudah, apa?"
"Sebenernya ayah ngga suka sama kamu"
"Kenapa kamu ngga bilang?"
Selina bingung dengan tanggapan Dave yang tak diduganya, ia kira pria itu akan marah padanya karena ia baru menyampaikannya.
"Kamu ngga marah?"
"Kenapa aku harus marah?"
"Karena aku nyembunyiin fakta ini. Aku takut kalau kamu tau ayah ngga suka sama kamu, kamu bakalan ninggalin aku"
"Kenapa aku harus ninggalin kamu? Aku justru bakalan pertahanin kamu dan berusaha membuat ayah kamu suka sama aku"
Selina menggigit bibir bagian dalamnya sambil memejamkan mata sejenak, sebelum akhirnya ia berkata "A.....a.yah mau jodohin aku sama anak temennya"
⭐⭐⭐
Aku mengernyit bingung ketika Selina memelukku dengan erat sambil menangis saat aku baru saja sampai di depan kontrakan.
"Apaan mewek begini? Diputusin?"
Selina mengangguk kemudian menggeleng setelah melepas pelukanku. Aku mendorongnya masuk karena ku pikir tidak baik membiarkan orang gila keluar rumah.
"Jelasin intinya" ujarku menatapnya dengan serius seolah aku bisa menyelesaikan permasalahannya.
"Dave bilang untuk ngga ngubungin dan ngomong sama dia lagi"
Aku memutar bola mataku, memandang jengah Selina "Itu aja ngga bisa jadi inti, setan" desisku.
"Terus apa? Menurut aku, intinya cuma Dave ngga mau ketemu aku"
"Ya terserahmu lah mau nganggap intinya yang mana. Sekarang Dave itu bilang gitu karena apa?"
"Aku bilang kalau aku mau dijodohin sama anak temennya ayah"
"WHATTTTT?"
Selina mengangguk sedih.
"Wuah parah Om, masak cuma jodohin kamu aja. Aku kan juga mau"
Selina mendengus kesal tapi tangannya melayang ke kepalaku tanpa belas kasihan "Serius napa sih Pril. Please, sekali aja kamu jadi temen yang berguna"
Sialan. Jadi maksudnya selama ini aku ngga berguna?
"Aku bener-bener lagi serius Pril, ini menyangkut hidup dan matiku. Kalo aku ngga nikah diusia yang udah bau tanah ini sekarang, kapan lagi?"
Aku memandangnya dengan malas "Ya terus, aku harus gimana?"
"Kasih usul kek"
"Kawin lari aja" usulku.
"Gila" tolaknya.
"Minta dihamilin Dave"
"Sinting"
"Ikutin perjodohan"
"Ah, mati ajalah Pril. Punya kawan kayak kamu bisa bikin orang mati jadi hidup lagi"
"Wuah, bagus dong"
"Aish, huh. Ya Tuhan, kalau ada orang yang naksir sama Prilly, aku mohon sadarkan orang itu secepatnya."
"Hehe, harusnya situ tuh bersyukur dapet temen berharga kayak aku"
"Iya, berharga banget sampe ngga laku diusia yang 29 ini"
⭐⭐⭐
Aku segera meraih ponselku ketika bergetar, kulihat nama My Ero yang paling atas mengirim chat.
My Ero
Oh, ternyata gitu ya
kak kelakuan mu.
Aku mengernyit bingung karena tak mengerti maksud chatnya Ero. Memangnya kelakuan ku gimana?
Kelakuan apaan?
Nginep dirumah cowok
yang bukan siapa-siapa.
Yaelah, itu Ali kali.
Lagian kita ngga tidur
bareng kok. Ali nginep
diluar selama kakak disana.
Hmm. Terus gimana?
Lancar?
Apanya?
Pdkt-nya
Lancar banget, lebih
lancar dari 4Glte
unlimited. Masak dia
langsung ngajak aku
nikah aja.
Terus, kakak mau?
Enggak tau, aku bingung.
Setelah membaca chat terakhir ku, nama Ero muncul sebagai penelpon yang segera ku angkat.
"Apalagi sih yang kamu bingungin kak?" tanyanya ketika panggilan kami tersambung.
"Kami belum segitu tau baik buruk masing-masing"
"Terus, kakak mau ldr-an?"
Aku menggigit bibir dalam ku karena bingung menjawab pertanyaan Ero.
"Aku tau mungkin kakak takut di khianatin lagi, tapi kakak ngga bisa anggap semua cowok sama"
Aku tau Ero bener tapi sebagian dari hatiku tetep takut ngerasain sakit lagi.
"Aku ngga maksa kakak buru-buru nikah karena pengen cepet-cepet nikah juga sama Disha. Tapi karena menurut aku Ali adalah kandidat yang pas"
Aku hanya diam memikirkan semua perkataan Ero. Dia tau benar baik buruknya pengalaman pacaran ku.
"Kakak bakalan pikirin lagi"
"Yaudah, itu terserah kakak."
⭐⭐⭐
Aku segera membuka chat dari Ali ketika masuk tepat setelah panggilanku dengan Ero terputus.
Ali
Lagi ngapain?
Bingung
Mikirin yang semalam?
Tuh tau
Udah tau jawabannya?
Ngga tau.
Ini terlalu tiba-tiba
Emang kamu udah
punya simpenan
buat nikahin aku?
Aku mau pernikahan
yang mewah.
Haha
Aku mungkin ngga punya
sebanyak itu, tapi aku
akan usahain yang
terbaik buat kamu
Aku sulit percaya sama
orang, Li.
Aku akan berusaha buat
kamu percaya sama aku. Dan, ngga akan buat kamu kecewa.
Meski begitu, masih sulit bagiku untuk memercayainya. Bahkan si pengkhianat pun pernah berkata demikian sebelum mengecewakan.
Tapi bukan berarti aku mengatakan Ali sama saja, aku hanya berusaha membentengi hatiku dari harapan palsu.
Aku meletakan ponselku diatas bantal tanpa membalas chat terakhir Ali.
⭐⭐⭐
Ali menghela nafas kasar dan kembali menutup dokumennya, ia benar-benar tidak bisa fokus mengerjakan apapun karena pikirannya hanya terisi dengan nama Prilly.
Daniel dan Jodi yang melihat kegusaran pria itu, menghentikan permainan mereka dilayar ponsel kemudian memandang Ali.
"Kenapa sih?" tanya Jodi.
"Prilly?" terka Daniel.
Ali mengangguk singkat "Ngga mau diajak nikah"
"Sinting" ejek Daniel dan Jodi bersamaan.
"Li, ngga ada ngajak pacaran tapi ngajak nikah?" heran Jodi.
"Kita udah sama-sama dewasa, ngga baik menunda hubungan serius"
"Ya aku ngerti, tapi kan Prilly pasti syok denger tiba-tiba diajak nikah"
"Ya iya sih dia syok. Cuma kalian kan tau kalau aku bakal study ke Semarang"
"Terus? Ngga percaya gitu Prilly bakal setia?" duga Daniel.
Ali menggeleng kesal "Dia yang bakal ngga percaya" ungkapnya.
"Hah?"
Daniel dan Jodi sama-sama terkejut mendengar ucapan Ali. Mereka tertawa karena berpikir Ali hanya mencari alasan.
"Ck" Ali hanya berdecak saja menanggapi kedua temannya itu. Ia tidak ingin memberitahu mereka lebih banyak lagi tentang hubungannya dengan Prilly.
Ia sudah terlalu banyak memberi tahu mereka bagaimana perjalanan cintanya dengan Prilly yang baru dimulai.
Ali tidak tau benar bagaimana perjalanan cinta Prilly yang membuat wanita itu sampai sesulit itu untuk mempercayai orang lain, namun ia mendengar jelas dari Ero bahwa Prilly sulit untuk memercayai orang.
Saat ia bertanya lebih jauh, Ero berkata padanya untuk menanyakan hal itu nantinya pada Prilly sendiri jika memang Ali sungguh-sungguh ingin mendekati Prilly.