"Sussstt" Ali membawaku dalam pelukannya ketika tangisku semakin pecah saat menceritakan kisah malangku itu.
"Hei, sayang, suara kamu kuat banget" bisik Ali "Nanti aku di kira ngapa-ngapain kamu" tambahnya. Aku melirik kanan kiri, ternyata cafe sudah lumayan rame dari sebelumnya.
Aku mengusap air mata dan lendir jorok yang memenuhi hidungku dengan tisu. You know lah ya, apa itu. Ali menepuk bahuku pelan karena aku yang sesugukan.
"Maaf, buat kamu malu" lirihku.
Ali terkekeh "Iya, malu banget" katanya mengacak rambutku yang rada basah karena keringat.
"Aku ngga tau harus gimana kalau ngga cerita sama kamu" aku kembali meneteskan air mata.
"Yaampun sayang, aku cuma bercanda. Sumpah." ujarnya khawatir melihatku kembali menangis "Aku ngga malu, aku cuma ngga mau kamu nangis terus. Mata kamu udah bengkak banget, hidung kamu juga udah merah. Nih pipi kamu aja sampe unyuk gini karena mata kamu bengkak"