Prolog

Gendut itu semacam montok kebablasan

Tapi seksikan?

***

Paradina Nareswari seorang perempuan yang mempunyai obsesi terhadap makanan. Memiliki kelebihan pada bola matanya yang berwarna coklat terang, rambut hitamnya yang panjang, wajah yang bulat amat memikat dan tentu saja kelebihan yang paling menonjol adalah tubuhnya yang memiliki lekukan tambahan alias double.

Anak ketiga dari empat bersaudara, mempunyai dua orang kakak yang sudah menikah dan sangat suka menitipkan anak mereka padanya dengan dalih "Aunty Din Din lebih empuk, hangat dan nyaman kayak kasur dilapisi sepray Mai Loph daripada Aunty Giga dan Nana yang mirip kasur lantai udah lepek,"

Luar biasa sekalikan para keponakannya itu? Tapi meskipun begitu, Radin begitu cewek itu dipanggil tidak akan pernah bisa marah atapun kesal pada anak-anak. Mereka terlalu imut dan menggemaskan serta polos untuk diumpat dan marahi karena kesal. Tidak tega.

Tidak hanya lemah dengan anak-anak, Radin juga lemah terhadap orang tua terutama ibu-ibu. Pernah dia sedang mengantri dikasir swalayan, sudah lama mengantri saat tiba gilirannya untuk membayar transaksi seorang ibu-ibu dengan seenaknya menyelak, "Ngalah dong mbak sama ibu-ibu." ujar si ibu itu dengan wajah mengesalkan.

Baru saja Radin ingin berbicara si ibu sudah kembali bicara dengan ceriwisnya, "Kids jaman now emang gitu ya? Gak sopan sama orang tua, dimana-mana itu orang tua yang didahulukan kok gak mau ngalah banget. Coba mbak bayangin kalau yang diposisi saya itu ibunya mbak, mbak mau ibunya ngantri lama dengan belanjaan yang berat dan kaki yang kram terus sampe rumah pingsan karena kecapekan?"

Radin yang sudah kesal tiba-tiba langsung termenung memikirkan ucapan si ibu didepannya, dengan wajah merah dia menggeleng berkali-kali. "Nggak mau lah, Ibu saya harus sehat terus." ucapnya tegas.

"Nah kalau gitu saya boleh dong bayar duluan? Daripada saya sampai rumah pingsan karena kecapekan?"

"Iya bu silahkan." ucap Radin dengan senyum tulus. Dibalik mejanya penjaga kasir cantik yang sedang menghitung belanjaan menatap kearah Radun dengan senyum geli.

Masa iya ibu-ibu dengan gaya sosialita dan masih bisa keliling supermarket besar sendirian dengan sasak menggapai bintang itu akan kelelahan hingga pingsan? Hello, dia masih sehat kali, bego banget deh bisa dibohongin dasar mbak-mbak lemah jaman now.

Radin menoleh kebelakangnya saat ada yang menoel lengan kelebihan lemaknya, "Kenapa mbak?" tanyanya pada seorang perempuan berambut pendek dibelakangnya yang menatapnya sebal.

"Kenapa dibiarin nyela sih itu ibu-ibunya? bikin nambah atrian tau." ujar perempuan rambut pendek itu dengan sebal.

Radin meringis dan meminta maaf karena dia sadar dia adalah orang yang lemah dengan ibu-ibu apapun jenis dan spesiesnya. "Kasian mbak udah ibu-ibu saya gak tega jadi keinget mama saya dirumah kepikiran kalau dia harus ngantri dan capek kan kasian. Maaf ya mbak, maaf ya." Radin meminta maaf pada pengantri yang lain yang bejumlah sekitar empat orang itu.

"Belanja lagi mbak Radin?" tanya kasir tadi menggoda saat Radin mengeluarkan belanjaannya dari keranjang. Radin hanya menunjukan giginya yang rapi dan berwarna putih hasil dari pasta gigi yang bungkusnya bisa disumbangkan untuk amal saat bulan puasa.

"Stock udah abis sih dirumah jadi beli lagi."

"Ati-ati makin lebar mbak nanti jodohnya gak keliatan lagi." suara cekikikan dari belakang membuat Radin menekuk wajahnya yang bulat.

"Omongan doa lho."

Si kasir cantik nan langsing itu tersenyum, "Bercanda mbak." Radin hanya mengagguk dan menyerahkan tiga lembar uang berwarna merah kepada si kasir cantik yang lemes itu. "Terima kasih." ujar kasir cantik itu dan dibalas senyum oleh Radin yang langsung meninggalkan supermarket besar itu.

Setelah Radin pergi kemudian seorang pria sambil mengeluarkan belanjaannya bertanya pada si kasir.

"Mbak kenal sama mbak-mbak yang badannya berisi tadi?" si kasirpun menaikan satu alisnya sambil memperhatikan pria dihadapannya. Wajah asli Indonesia dengan badan tinggi menjulang dan tubuh yang atletis dan jangan lupakan senyum semanis gula jawa saat bertanya tadi.

"Kenal mas, mbak tadi sering belanja kesini. Namanya mbak Radin."

Senyum pria itu terkembang. "Oh, makasih mbak atas infonya." pria itu menerima plastik yang diangsurkan kepadanya lalu berlalu keluar.