Bab II

Di gedung perpustakaan mewah milik Bon Hwa International High School selalu ramai dengan para siswa yang gemar membaca. Aera dan Hana termasuk golongan siswa ini, walau Aera tidak seperti Hana yang terlalu menyukai buku.

"hai, cantik" sapa seseorang dengan nada genit, tanpa melihat keduanya tahu siapa pemilik suara itu.

"Kang Wooyoung, jangan mulai deh. Kami sedang tidak ingin bercanda" balas Hana pada pemuda bernama lengkap Kang Woo Young itu, tanpa menoleh kearahnya dan masih tetap fokus dengan pekerjaannya.

"santai, santai. Maaf deh, aku kan niatnya cuman menyapa. Oke, aku pergi saja" balas Wooyoung berpura-pura sedih. "yaudah, pergi sana. Kau disinipun tidak bermanfaat" ujar Hana santai.

Aera tertawa kecil dan Wooyoung cemberut. Pemuda itu mengurungkan niatnya untuk pergi dan mendudukkan dirinya tepat di depan Hana. Walau sebenarnya dia juga tidak berpikiran untuk pergi sama sekali. "Hana hebat banget sih bisa nebak suara aku, padahalkan aku udah ubah gaya berbicaraku loh" puji Wooyoung mencoba menarik perhatian Hana lagi.

"ck, itu bukanlah hal yang hebat. Dirubah dalam bentuk apapun tetap aja aku gampang mengenalinya, karena suaramu kan emang aslinya cempreng. Lagi pula kau tiap hari suka sekali mengangguku, jadi mau tidak mau aku hafal dengan suaramu itu" celetuk Hana santai.

"ya aku tahu, tapi bisa kan gak usah meledekku kayak gitu. Suaraku enggak cempreng, suaraku seksi tahu" rengek Wooyoung dengan raut wajah memelas.

"apanya yang seksi, orang seksi itu berkarisma gak kayak kamu, tingkah aja masih kekanakan. Sok sok-an mau dibilang seksi. Mau kubelikan kaca biar sadar diri, eoh?" ledek Hana seperti biasa.

Wooyoung cemberut, Hana selalu berhasil membuatnya kesal dan senang disaat yang bersamaan. "Hana iih, kok jahat sama Wooyoung. Gak bestfriend lagi kita ahhh" ujar Woo Young tanpa sadar ber agyeo didepan kedua gadis itu.

"astaga, Tuhan.. kenapa sih aku punya teman kayak Wooyoung?. Udah suara cempreng, kekanakan, ingin dibilang seksi padahal nyatanya enggak seksi sama sekali" ujar Hana dramasitir.

"ck, Hwang Hana  menyebalkan" celetuk Wooyoung.

"setuju, Hana benar-benar menyebalkan. Aku heran kenapa aku betah berteman denganya" angguk Aera setuju.

Hana menatap tajam pada gadis itu, walau tidak berpengaruh sama sekali. Malah Aera menaikkan bahunya santai dan kembali melanjutkan bacanya. Sedangkan Wooyoung, pemuda itu memeletkan lidah dan tersenyum penuh kemenangan pada Hana. Hana menggeleng, kedua temannya ini memang tidak ada yang bertingkah normal.

"tapi, Wooyoung-ah. Kuingin tanya deh, kau beneran percaya sama ucapan Hana tadi?" tanya Aera tiba-tiba.

"ucapan yang mana?" balas Wooyoung balik bertanya, mata pemuda itu masih fokus pada buku komik yang dia bawa tadi. Sebenarnya, Wooyoung juga salah satu kandidat ikut olimpiade, tapi karena kesibukannya sebagai penyanyi mau tidak mau Wooyoung harus mundur.

"yang bilang kalau suaramu cempreng dan tidak enak didengar" jawab Aera. Wooyoung menoleh pada Aera yang tengah menatapnya penasaran dan beralih pada Hana yang menatapnya tajam.

Wooyoung tiba-tiba tersenyum lebar sambil sedikit mengoyangkan tubuhnya dan tingkah Wooyoung itu sukses membuat Aera dan Hana menjadi sedikit takut. "kau tidak kerasukan penghuni perpus kan, Young-ah?" tanya Hana sanksi.

Bukannya menjawab, Wooyoung malah semakin melebarkan senyumnya. "sepertinya benar, Han. Aku jadi takut disini, sumpah. Kita pergi aja, yuk" ajak Aera.

Hana mengangguk, gadis itu membereskan peralatan tulisnya dan hendak pergi bersama Aera. Tapi, Wooyoung tersadar dan menghentikan langkah mereka.

"hei, aku kan belum jawab. Main pergi aja, yah kali ada setan yang masuk ke tubuh aku" ujar Wooyoung. "yah gimana, kau aneh. Tiba-tiba tersenyum gak jelas, jangan heran dong kalau kami menganggapmu kerasukan" celetuk Aera santai.

Wooyoung cemberut, "mana ada hantu yang mau masuk ke tubuh cowok ganteng kayak aku. Mereka mah sukanya masuk ke tubuh Tae Ho, dia kan dekil, hitam lagi" balas Wooyoung seraya mengejek Tae Ho sedikit.

"ck, sok tahu kamu. Malah hantu itu paling suka sama cowok ganteng. Kalau Tae Ho mah, hantunya malah lari. Gak kuat lihat wajahnya" ujar Hana santai.

"jadi aku ganteng ya, Han. Yey, secara gak langsung Hana bilang aku ganteng, jadi senang deh" kata Wooyoung dengan mata berbinar.

Aera mendengus geli dan Hana yang menjitak sayang pada kepala Wooyoung. "pede nya dikurangin sedikit, sir. Nanti  jatuh, sakit loh" ucap Hana santai.

Belum sempat Wooyoung membalas perbuatan Hana, suara Aera menghentikannya. "udah, udah. Kalian kenapa kayak tom and jerry sih tiap kali ketemu. Wooyoun jawab dong, kau percaya gak sama yang diucapin Hana tadi?" lerai Aera sambil bertanya lagi. Bukannya apa, Aera benar-benar penasaran dengan tanggapan pemuda itu.

"gimana ya, Ra. Aku sih gak percaya sama omongan si Hana. Kau kan tahu, kalau Hana itu gadis tsundere yang gak mau ngakuin perasaannya. Padahal dia tahu kalau aku selalu suka sama dia" jawab Wooyoung yang pada akhir ucapannya tetap melantur.

Hana memutar mata malas, sudah biasa menghadapi sikap dramasitir milik Wooyoung.

"nah itu dia, Hana kan suka sok cuek, padahal mah suka. Tapi sebenarnya, dia  suka dengan suaramu, kan  Hana sering dengarin lagu-lagu kalian" umbar Aera.

"benarkah?? Wah, senangnya. Lagu yang mana yang paling kau sukai, Han? I need u? Cherry Boom? atau Don't wanna cry?" tanya Wooyoung dengan antusias pada Hana.

Hana menatap malas keduanya, ingatkan Hana untuk menjitak kepala sahabatnya ini nanti. Seenak jidatnya saja membongkar rahasianya.

"aku suka semuanya, tapi aku gak suka sama suaramu,. Cempreng banget sih, masih bagusan yang lain" jawab Hana santai.

"yaaahhh... wae?? wae?? padahalkan aku main vocalnya" balas Wooyoung cemberut. "wah, benar-benar... Hwang Hana.. ternyata kau...." sebelum Aera meneruskan perkataannya Hana membungkam mulutnya.

"iih, gak asyik iih. main rahasia-rahasiaan" seru Wooyoung, pemuda itu menatap kesal kearah Hana. sebab ia benar-benar penasaran lanjutan perkataan Aera.

"ck, gak ada rahasia. Kalian cerewet banget sih, lihat tuh banyak yang marah" balas Hana sambil melirik beberapa siswa yang menatap mereka tajam. Karena sedari tadi, ketiganya tanpa sadar membuat suara yang cukup keras.

Setelah mengatakan itu, Hana berdiri dari tempatnya dan berjalan menjauh.

"yak, Hwang Hana.. kau mau kemana" teriak Aera, Wooyoung menutup telinganya, ketika mendengar teriakan Aera.

"hei, jangan teriak dong. Ini bukan hutan" tegur siswa 1. "keluar sana, nganggu orang lagi baca aja" balas siswa yang lain.

Dan masih banyak lagi, juga beberapa dari mereka hanya menatap kearah Aera tajam.

Aera tersenyum canggung sambil meminta maaf. Dia bahkan menepuk dahi dan memaki diri sediri dalam hati.

"bodoh, kau sungguh bodoh Yoon Aera. Tapi, ini salah Hana juga sih. Dasar gadis tsundere, aku kan gak bilang yang aneh-aneh. Aku kan cuman mau bilang kalau sebenarnya dia suka sama Wooyoung, apa susahnya sih ngaku aja" gerutu Aera tanpa menyadari kalau Wooyoung masih ada disana.

"benarkah? dia suka denganku? Serius??? Kau sedang tidak bercandakan, Ra??" tanya Wooyoung antusias.

'Yoon Aera bodoh, Wooyoung masih disini. Astaga bersiaplah dibantai Hana nanti, Yoon Aera' batinnya, gadis itu untuk pertama kalinya mengakui kalau mulut gampang bocor selayaknya ember bocor.

"heheheheheh" Aera tertawa canggung, "gak usah canggung seperti itu Ra, santai saja. Aku tidak akan mengatakan apapun pada Hana, kalau kau jelaskan padaku maksud perkataanmu barusan, ayolah Ra, Aera-ya" ujar Wooyoung sambil menampilkan agyeo khasnya.

"enggak, itu rahasiaku bersama Hana. Tak kan kubiarkan kau tahu, udah ah aku mau pergi" kekeuh Aera. Belum sempat Aera melangkah jauh, Wooyoung sudah lebih dulu menghentikannya.

"cepat katakan, atau kau tak kubiarkan pergi" ancam Wooyoung dengan nada yang lebih serius. Dan itu membuat, Aera sedikit takut.

"udahku bilang, gak ya gak. Jangan maksa deh, Wooyoung" tegas Aera dengan raut wajah garang.

"ah, gak mau ya, oke. Sekarang aku tinggal bilang saja pada eommaku, agar kedua orangtuamu dipecat dari Universitas kami" ujar Wooyoung sambil menyeringai lebar.

Aera mendesah pelan, dia lupa kalau orangtuanya bekerja disana. Kalau orangtuanya dipecatkan gara-gara masalah inikan tidak lucu. 'maafkan aku, Hana-ya' batin Aera.

"aku tak tahu apa motifmu bersikeras begini. Tapi, kalau sampai setelah kau tahu masalah ini dan kau mau menyakiti sahabatku. Kau akan kukirim ke kutub utara" tegas Aera pada pemuda itu. Wooyoung tersenyum dan mengangguk mantap. menghela nafas sejenak,

" dan kalau Hana tahu dan membunuhku, kau adalah orang pertama yang akan aku hantui. Mengerti?" ancam Aera. Sekali lagi, Wooyoung mengangguk mantap.

******

Sementara itu tokoh utama kita, Hwang Hana. Gadis itu berjalan dengan kesal, menggerutu sepanjang jalan.

"aaaisssh, sumpah ya mulut Aera benar-benar harus di beri lakban, embernya memang sudah enggak tertolong lagi. Untung saja aku menghentikannya, bagaimana kalau dia benar-benar membongkarnya? bisa mati muda aku, memikirkannya saja aku sudah merasa seperti tersangka.. apa aku harus pindah sekolah saja ya?" monolog Hana sepanjang perjalanannya menuju kelas.

"kau akan dikira orang gila kalau bicara sendiri begitu. nona Hwang" suara dingin menghentikan gerutuan Hana.

Gadis itu menolehkan kepalanya, ia menautkan kedua alisnya, heran. Ini kali kedua anggota 6P mencoba untuk dekat dengannya. Pemikiran tentang korban bullying selanjutnya itu membuatnya takut. Tanpa disadari raut wajah Hana menampilkan raut wajah takut.

"ck, kau benar-benar gadis aneh. Ada apa dengan raut wajahmu itu? apa kau takut padaku?" ujarnya, dengan cepat Hana mengangguk cepat. "wae? kenapa kau takut padaku?" tanya pemuda itu dingin.

"a..aku... apa kau, ahh tidak, apa kalian semua.. Ah, maksudku kenapa kalian semua tiba-tiba ingin dekat denganku?, apa kalian mee..menargetkan aku sebagai bahan bullying terbaru kalian?" ujar Hana terbata-bata, ia benar-benar takut sekarang. Mata tajam itu semakin menusuknya.

"kenapa kau berpikir seperti itu? apa setiap kali kami terlihat mendekati seseorang hanya untuk dijadikan bahan bullian, hm" sentak pemuda itu dengan suara yang sangat dingin dan tajam. Itu membuat Hana semakin takut, "bu..bukan be..begitu" sanggah Hana gugup. "terus?" balasnya menuntut jawaban lebih dari Hana.

"aku hanya heran, kalian secara tiba-tiba datang padaku dan sok akrab denganku. jelas saja aku menjadi takut sendiri. Apa kalian tidak menyadari jikalau imej kalian semua terkenal dengan badboy dan sering terdengar membuli para siswa yang menurut kalian lebih rendah, apa menurutmu aku tidak akan takut? aku takut. sangat takut. Seharian ini aku berpikir, apa aku pernah membuat kalian marah?" celetuk Hana dengan satu nafas.

"pemikiranmu dangkal sekali, nona Hwang" balas dinginnya.

"terus, kalau bukan begitu, kenapa kalian mendekatiku" tanya Hana dengan nada yang lebih tenang dan tidak lagi canggung.

"untuk hal itu, lebih baik kau pikir sendiri saja, tapi kau harus tahu kalau kami, aah tidak aku, akan terus mendekatimu sampai jangka waktu yang tidak pernah kau bayangkan" balas pemuda itu dingin, ia meninggalkan Hana yang masih mencerna ucapan pemuda itu.

"yak, Park Seo Jun" teriak Hana.

"wah benar-benar keterlaluan, kenapa ada laki-laki semenyebalkan itu sih" decak Hana sambil menghentakkan kakinya kesal.

"jangan diambil hati ucapan si Seo Jun itu, Hana-ya. dia memang begitu" ujar seseorang mengalihkan perhatian Hana.

"aissh, sebenarnya dia itu kenapa sih? Mulutnya itu bicara seenak jidat saja, perkataannya juga aneh. Memakai suku kata yang hanya dia mengerti sendiri, kan menyebalkan. Apa dia makan dinding ya, datar sekali" gerutu Hana kesal.

"hahahah, baru kali ini ada yang berani mengatai Seo Jun seperti itu, tapi aku setuju sih dia memang menyebalkan. Dia gak makan dinding, tapi ramen. Apa mungkin kebanyakan makan ramen itu bisa membuat otak si pemakan konslet, ya?" celetuk pemuda itu dengan suara cerewetnya.

"mungkin saja, dan ada yang harus kau ketahui, Sae Jin-sshi" ujar Hana dengan menekankan semua pernyataannya.

"apa itu?" tanya Sae Jin. "kau sama menyebalkannya dengan si datar itu" seru Hana berlari meninggalkan Sae Jin yang tersenyum aneh.

"wah, imutnya. sepertinya aku juga menyukainya" gumam Sae Jin masih mempertahankan senyum anehnya.

Hana menundukkan kepalanya, ia berjalan tergesa-gesa menuju kursinya. Menghela nafas lelah, Hana membuka kembali esai yang dikerjakannya dengan Aera tadi untuk dilanjutkan.

"kalian tahu tidak One Purpose akan melakukan comeback nanti" seru salah satu siswi dikelas itu dengan suara melengking. "benarkah?" tanya yang lain dengan antisias. "iya, benar. aku tidak sabar mendengar lagu terbaru mereka nanti" balas gadis yang lain.

"hm, di One Purpose siapa bias kalian" tanya gadis bernama lengkap Park Soo A itu.

"kalau aku, biasku tentunya Wooyoung, suaranya merdu sekali" jawab gadis bernama Tae Hee. "aku juga, Wooyoung benar-benar mempesona" timpal Ji Hyo. "kalau aku tetap yang paling swag tentunya dong, Tae Ho" balas Yena.

"geunde, aku heran mereka berempat itu idol. Tapi, kok tetap bisa menghadiri kelas setiap hari sih?. Apa mereka tidak capek? apalagi jadwal mereka pasti padat sekali?" ujar Soo A dengan kekhawatiran yang tampak jelas.

"jangan khawatir, ladies ladies. kami baik-baik saja" sebuah suara ikut menimpali pembicaraan mereka berempat.

"wuah, benarkah? kami khawatir dengan kesehatan kalian nantinya, istirahat yang cukup, ne. Jangan lupa makan yang banyak karena itu yang paling penting" cerocos Soo A pada salah satu vocalist One Purpose itu, Kim Young Seo.

Ketiga yang lain menganggukkan kepala setuju dengan ucapan Soo A. Mereka menatap lekat kearah Young Seo. Pemuda itu tersenyum canggung, "kalian tidak perlu khawatir, kami akan menjaga kesehatan, lagipula pendidikan itu paling penting, ya kan?" kata Young Seo sambil tersenyum.

Keempatnya menatap Young Seo dengan berbinar-binar, "wahh,, kalian semua memang jjang. kami tambah suka deh sama One Purpose" seru keempatnya. Sedangkan Young Seo pemuda itu hanya tersenyum malu.

"ck, gak Aera, gak anak perempuan lain. Mereka semua berisik, menganggu konsentrasiku" gerutu Hana.

Gadis itu dengan gerakan cepat mengambil Ipod merah mudanya dan menyambungkannya ke earset yang berwarna  sama. Ia menyumbat telinganya dengan lagu-lagu klasik yang ia suka dan tidak lupa di dalam list track lagu favoritnya, lagu-lagu one purpose juga selalu masuk daftar tentu saja.

Kemudian ia kembali fokus pada esainya. Berbeda dengan Hana, Seo Jun dan para anggota gengnya tampak sibuk dengan dunia mereka sendiri.

"apa kau benar-benar akan menargetkan dia Dae Ho-ya?" tanya Myung Ki tiba-tiba pada Dae Ho sembari melirik ke arah Hana.

Yang ditanya hanya diam dan ikut mengalihkan pandangannya pada gadis yang tampak asyik sendiri itu.

"hn, tentu saja" balas Dae Ho datar. Semua mata tertuju pada Dae Ho, maksudnya hanya 6P saja. "terserah padamu, Dae Ho. tapi sepertinya kau akan susah mendekati gadis itu" umbar Myung Ki.

"wae? apa ia sudah memiliki kekasih" bukan Dae Ho yang bertanya namun pria yang paling cerewet di 6P, Sae Jin.

"ada, dia sudah memiliki pacar" balas Seo Jun dingin.

"benarkah? darimana kau tahu?" desak Sae Jin dan Myung Ki secara bersamaan. Sedangkan yang tiga yang lain hanya menatap Seo Jun seolah tidak peduli. Namun, siapa akan menyangka apa tanggapan mereka dalam hati bukan.

"hn, kalau kalian tidak percaya tanya saja sendiri padanya" ujar Seo Jun datar. Dengan sekejab, Sae Jin mendekati Hana. Pemuda itu memandang lekat wajah gadis itu.

"wah, benarkah? wajah polos seperti ini punya pacar?, kurasa tak mungkin. Pasti kau salah informasi, Seo Jun-ah. Dia terlalu polos untuk dijadikan kekasih" pekik Sae Jin, semua pasang mata yang ada di kelas itu memandang ke arah Sae Jin dengan bingung. Semua anggota geng 6P menepuk kening, mereka merasa malu dengan tingkah berlebihan pemuda itu.

"benarkah? siapa wajah polos yang kau maksudkan itu, Byun Sae Jin?" sebuah suara berat mengalihkan pandangan Sae Jin.

"heheheh, Cha saem, bukan.. bukan siapa-siapa" sanggah Sae Jin dengan wajah canggung, pemuda itu seperti mati kutu melihat tatapan tajam pria paruh baya itu.

"kalau tidak ada, silahkan duduk kembali kekursimu. jika tidak mau, kau akan  saem hukum" ancam guru Cha. "ne, saem" balas Sae Jin dengan tergesa-gesa kembali ke kursinya.

"cha, baiklah anak-anak hari ini kita akan melanjutkan pembahasan kemarin, buka buku kalian sekarang" sahut guru Cha.

skip time

Bel istirahat makan siang berbunyi mengusik pembahasan pembelajaran matematika yang tengah asyik di jelaskan oleh guru Cha.

"baiklah, sampai disini dulu pembahasan kita. Silahkan kerjakan latihan halaman 315-325, tulis di kertas portofolio dan saem harap kalian mengerjakannya dengan serius. sebab itu akan menjadi penganti latihan kalian selama dua minggu kedepan" ujar guru Cha santai.

Semua pasang mata dikelas itu membulat, kecuali beberapa orang mungkin. "yah, saem. bukannya itu kebanyakan? lagipula saem dua minggu kedepan akan kemana?" protes Sae Jin. "jangan mengeluh, itu tidak seberapa" balas guru Cha.

"haisssh" keluh yang lain. "saem jawab dong pertanyaan Jin oppa tadi, saem mau kemana?" celetuk gadis yang bernama lengkap Lee Jae Young. Ia menatap binar pada Sae Jin yang dibalas sorakan oleh para siswa sekelas.

"saem tidak akan kemana-mana, cuman akan sibuk saja mengurus beberapa hal" balas  guru Cha. "sibuk kenapa saem?" tanya Myung Ki. "sibuk mempersiapkan pernikahan seam dengan Song saem" canda guru Cha.

"aaaaiii, benarkah saem??? wuahhh daebak!!!!" teriak mereka semua.

"aku tidak menyangka kalau Song saem mau denganmu, saem" ujar polos Young Seo menghasilkan tawa dikelas itu. "ck, diam kalian semua" gertak guru Cha.

Semua siswa-siswi itu terdiam, "astaga saem cuman bercanda, lagipula siapa yang akan menikahi Song saem yang sudah jelas akan menikah dengan Kim saem" jelas guru Cha.

"kasihan sekali saem kita ini yang ditinggal nikah, teman-teman tolong cariin dong pasangan buat saem tercinta kita ini" celetuk Sae Jin.

Hampir siswa-siswi tertawa. Guru Cha menggeleng pelan, pria itu cuman tersenyum. Sudah terbiasa kisah asmaranya menjadi bahan lelucon bagi siswa-siswinya terutama, bagi Byun Saejin.

"saem gimana kalau Aera aja yang jadi pasangan saem?, Aera siap lahir batin kok" goda Aera yang ikut menimpali. "wuuu" sorak yang lain terutama para gadis yang tidak menyukai Aera dan juga Hana.

"udah udah, jangan ribut. Tidak perlu Aera-ya, saem masih bisa mencari pendamping sendiri, kau belajar dengan benar dulu. Belum saatnya kau memikirkan masalah itu sekarang" balas guru Cha.

"wuuuu, makanya jadi cewek jangan kecentilan" celetuk Sae Jin meledek Aera.

Aera menatap tajam kearah Sae Jin, "diam kau cowok penghayal" seru Aera pada Sae Jin.

"hah? apa katamu? cowok penghayal? Ck, benar-benar, dasar tukang makan" balas Sae Jin tak kalah seru. Pemuda itu menatap tajam kearah Aera.

"memang benarkan, mana ada cowok yang suka menghayal selain kau. Menghayal hal-hal aneh yang diluar pikiran manusia, kau pikir kau cowok normal, ck. Dan apa apaan panggilan itu. Hey, aku bukan tukang makan, dasar cowok penghayal" ledek Aera kesal dengan ejekan yang diberikan oleh Sae Jin.

"wah benar-benar, kau tukang makan persis kayak babi rakus, berani sekali mengejek pangeran tampan sepertiku" balas Sae Jin dengan ejekan juga. "pangeran tampan?, ck mimpi" ujar Aera tersenyum mengejek.

"mwo? kau mengajak berkelahi ya" balas Saejin. "kalau iya, kenapa?" tantang Aera. "ayo sini, siapa takut" jawab Saejin, mendengar itu Aera segera melangkah mendekati Sae Jin.

Suasana kelas menjadi lebih ramai, mereka terbagi menjadi dua kubu. Ada yang memihak Aera dan sebaliknya. Tetapi, tentu saja kubu Saejin yang terbanyak. Keduanya saling menjambak rambut dan saling pukul. Anggota 6P menjauh dari lingkaran yang spontan mengelilingi perseteruan antara Aera dan Saejin.

Guru Cha menggeram emosi, pria itu kemudian mengebrak meja dan bunyi keras itu  membuat seluruh siswa terdiam. Termasuk kedua tersangka keributan.

"astaga kalian sudah sama-sama beranjak dewasa. Tapi kenapa hal sepele seperti ini harus ribut dan sampai bertengkar kayak tadi, hn?, saem tidak mau tahu sebagai hukuman atas tingkah kekanakan kalian berdua, sepulang sekolah kalian harus bersihkan perpustakaan, susun kembali buku yang berserakan dan letakkan ketempat semula. Mengerti!" tegas guru Cha.

Keduanya mengangguk lemah, "bagus, karena jam pelajaran sudah habis. Saem sudahi kelas hari ini, silahkan kalian istirahat" setelah mengatakan itu guru Cha melangkah keluar dari kelas excellent itu.

Sepeninggalan guru Cha, semua siswi menatap tajam pada Aera.

"ini semua gara-gara kau gadis culun, Saejin jadi terkena hukuman" bentak Hyun Mi, "dasar cewek lancang, kau memang tidak tahu diri" hina Sunyoung tak kalah pedas. "tidak tahu diuntung" sambung Yeon Doo.

"ck, memangnya kalian siapa hah? beraninya mengataiku, kalian dengar sendiri kan tadi kalau yang mencari masalah denganku lebih dulu adalah dia. Bukan aku yang memancing masalah" balas Aera sambil menunjuk Sae Jin yang tersenyum miring padanya.

Setelah mengatakan itu, Aera meninggalkan kelas. Suasana kelas kembali hening.

Hana menatap datar punggung Aera, gadis itu kemudian menghela nafas lelah. Kebiasaan buruk Aera yang mudah terpancing emosi membuat Hana memijit kepalanya pening. Gadis itu memutuskan untuk membereskan barang-barangnya dan ikut meninggalkan ruang kelas.

"Hwang Hana, tunggu" seru Wooyoung, saat menyadari Hana akan keluar kelas.

"ke kantin yuk" ajak Tae Ho pada dua anggota one purpose yang lain dan dijawab dengan anggukan oleh keduanya.

Satu persatu anggota kelas keluar meninggalkan anggota 6P dan gadis-gadis yang mencaci Aera.

"Seo Jun-ah, ayo kita ke kantin bersama" ajak Sun Young dengan nada manis.

"Dae Ho-ya, kita juga yuk" ajak Hyun Mi tak kalah manis. "Hyun Ki-iiie, kita juga pergi yok" panggil Yeon Doo manis. "kekantin yuk, Seokkie" ajak Hae Yoon sambil tersenyum manis.

"tidak" balas Hyun Ki, pemuda itu menghempaskan tangan Yeon Doo dari lengannya keras. Begitu pula dengan Kyung Seok, Dae Ho dan Seo Jun ketiganya melepaskan tangan anggota para gadis itu tak kalah kasar.

"berisik" ujar Dae Ho dingin. Pemuda itu meninggalkan keempatnya di kelas diikuti kedelapan yang lain. "aissh, Hwang sialan" umpat Hyun Mi.

Sementara itu, Aera dan Hana. Kedua gadis itu sangat menikmati hembusan angin dari atap gedung sekolah mereka.

"kumohon, Yoon Aera. Jangan pernah coba-coba buat masalah lagi dengan geng 6P itu. Kau tahu imej mereka kan? aku tidak mau kau jadi korban bullian nanti, sudah cukup aku yang pernah merasakan sakitnya di bulli dulu" omel Hana pada sahabat satu-satunya itu.

"iya iya.. Tapi tadi dia membuatku emosi, Han. Kau tahu sendirikan, tadi tuh aku cuman bercanda dan tiba-tiba dia meledekku kayak gitu. Siapa coba yang gak akan emosi. lagian ya, dia itu selalu mencari masalah denganku. Jujur saja aku tidak mengerti jalan pikirannya" bela  Aera menggebuh-gebuh sembari mengepalkan keatas.

"mungkin dia menyukaimu" balas Hana asal. Aera menatap tidak percaya pada gadis itu. "sih cowok penghayal itu suka padaku? Pemikiran macam apa itu? Drama sekali, Hwang Hana" sanggah Aera.

"bisa jadi kan? Kita tidak tahu apa yang ada dipikiran dia, tapi kukira kau tak perlu terlalu membencinya. Siapa tahu nanti kau malah berbalik menyukainya" goda Hana dengan seringaiannya.

"yak, Hwang Hana. Jangan berbicara sembarangan, sepertinya kau harus diberi hukuman" ujar Aera dengan seringaiannya. Secara otomatis, Hana berlari menjauhi Aera yang mengejarnya.

"wleekk, ayo kejar aku" tantang Hana sambil menjulurkan lidahnya. "yak, jangan lari, Hwang Hana" kejar Aera semakin kencang.

Bukannya berhenti Hana malah berlari lebih kencang sambil tertawa, rute lari Hana menuju lantai bawah dengan Aera yang terus mengerjarnya.

'bruk'

Karena terlalu asyik berlari, Hana tak sadar menabrak seseorang. Gadis itu membulatkan matanya saat merasakan ada benda kenyal dan basah menyentuh bibirnya.

Semuanya terlihat terkejut, termasuk Aera. Gadis itu bahkan menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.

.

.

.

.

.