setelah makan malam bersama teman temanku dan seberes bandku manggung di salah satu acara tv lokal, aku bergegas untuk pulang kerumah, kali ini bukan karena kelelahan tapi ada satu hal di hati yang mengganjal, entah perasaan apa namanya, lebih mirip kejenuhan, bukan dengan orang orang terdekat melainkan jenuh dengan diri sendiri. lagipula mengingat kondisi ibu yang belum begitu membaik.
di perjalanan pulang ke rumah dengan mengendarai motor mengarungi malam, diiringi suara hiruk pikuk kota di malam hari, suara kelakson kendaraan sambut menyambut dengan suara tawa anak anak muda yang sedang menghabiskan malam menikmati usia belia, tak jarang terdengar dentuman bass dari iringan musik setiap melewati beberapa club malam. dari sudut sudut pertokoan terlihat pemandangan yang cukup kontras di kota ini, terlihat beberapa pengemis yang duduk sambil menggendong anaknya, anak yang menjual tisu di Lampu merah hingga larut malam, terlihat juga pengemudi ojek online yang tampak kelelahan sambil meneguk sebotol air mineral. aku seperti mengarungi dunia dan melewati dua alam yang bertolak belakang sekaligus hidup di dunia dengan ketidakseimbangan dan ketidakpedulian.
ku renungkan lagi tentang hidup ini, selama ini hanya berpikir tentang bagaimana bisa menggapai mimpiku, bagaiamana bisa membahagiakan diri sendiri, tak pernah terpikir bahwa hidup adalah manfaat, hidup kita adalah manfaat bagi orang lain, seperti yang pernah di katakan oleh Om Dhani.
teringat lagi prinsip prinsip hidup yang di ajarkan oleh Tante Rika dan Om Dhani, bahkan itu menjadi tujuan hidup mereka, untuk membuat orang lain bahagia, untuk memberikan bantuan secara fisik maupun moral kepada orang yang membutuhkan, atau bahkan membuat hidup orang lain merasa sedikit layak. sementara aku? aku yang terus mengejar popularitas, mengejar materi, mengejar cinta, yang semata mata hanya untuk kepuasan dan kebahagiaanku sendiri. apa yang sudah ku lakukan untuk orang di sekitarku? manfaaat apa yang bisa ku berikan selama hidup? prinsip hidup mereka yang kini selalu terpatri di hatiku.
sampai akhirnya aku memutuskan untuk berhenti dari kegiatan musikku, yang bagiku itu hanyalah ajang mencari popularitas, mencari uang, kepuasan batin, dan bersenang senang. itu semua ku lakukan untuk diriku sendiri. kurasa aku sudah terlampau jauh dari arti hidup yang sesungguhnya. memang sampai di titik ini tidaklah mudah, apalagi ini adalah mimpiku sedari dulu, namun menyadari ada yang lebih dari sekedar menggapai mimpi, ialah menjadi arti bagi hidup orang lain.
setibaku dirumah melihat kondisi ibu yang saat ini, semakin membulatkan tekadku itu. kondisi ibu yang semakin parah tak memungkinkan jika ibu terus menerus ku tinggalkan sendirian, apalagi aku adalah satu satunya orang yang ia harapkan, harus kusisihkan mimpiku demi orang yang paling kusayangi itu. lagipula aku sudah bertaruh banyak untuk mimpiku itu, sudah berusaha bertahun tahun, mengorbankan pikiran dan perasaan, mengorbankan waktu bersama keluarga, ya meskipun aku cuma punya ibu, juga mengorbankan kuliahku, terlalu bodoh jika aku melanjutkan hal ini.
semakin hari keadaan ibu kian buruk menahan penderitaan penyakitnya, berbagai upaya telah dilakukan mulai dari pengobatan medis, pemeriksaan secara rutin, mengkonsumsi obat obatan yang diberikan dokter, maupun menjalani pengobatan tradisional pun tidak menunjukan perubahan yang baik bagi ibu. malahan kondisi ibu terlihat semakan parah, badannya yang semakin kurus karena sudah tidak bisa mengkonsumsi makanan, satu satunya yang bisa di konsumsi hanya air minum dan cairan infus.
penyakit yang belakangan ini didiagnosis oleh dokter sebagai penyakit yang mematikan "Kanker Paru paru". dan mengharuskan ibu untuk terus dirawat di rumah sakit, namun ibu yang sudah sangat jenuh berada di rumah sakit ditambah lagi keuangan kami berdua yang tidak mencukupi jika ibu terus terusan berada di rumah sakit. apalah daya aku yang cuma mengandalkan uang tabunganku dan penghasilan selama bermain musik, dan Ibu yang hanya mengharapkan pembeli dari lukisan lukisannya. oleh karena itu aku memutuskan untuk merawat Ibu dirumah namun tetap mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter.
keesokan harinya aku putuskan untuk menyampaikan keinginanku perihal ingin berhenti bermain musik dan keluar dari band ini kepada mereka, hal yang harus segera kuselesaikan. kita bertemu di studio tempat kita biasa latihan, disana sudah ada Peter, Abham dan Bintang. sebenarnya sangat berat mengatakan ini di depan mereka, namun kurasa ini harus kujelaskan kepada mereka, ini keputusan terbaikku dan mereka juga adalah sahabat sahabatku.
Dengan berat hati akhirnya kusampaikan kepada mereka, mereka sangat kaget mendengar keputusanku itu, mengingat aku adalah orang yang mendirikan band itu, apalagi semua lirik lirik lagu aku yang menulisnya, mengingat juga mimpi mimpi yang pernah aku katakan kepada mereka dengan begitu semangat, serta aku yang begitu ambisi untuk menjadi seorang superstar. kujelaskan lagi alasan mengapa aku ingin mengubur mimpi mimpiku kepada mereka, bahwa ada ibuku yang sedang membutuhkan aku untuk selalu ada disisinya, menjaganya yang sedang sakit parah, selain itu aku jelaskan pula mengenai mimpi baruku dan prinsip hidupku yang kini kian berubah, setelah melewati banyak hal dan pelajaran.
"meskipun begitu aku tak ingin melihat band ini bubar, dan aku juga tak ingin memutus tali persaudaraan kita, aku ingin kita tetap menjadi sahabat, tetap menjadi saudara. disini, tempat kita memulai mimpi mimpi kita, ditempat ini pula aku mengatakan bahwa aku ingin mengakhiri mimpi mimpiku itu, bukan karena aku menyerah, namun justru karena aku sudah merasa mencapai itu, dan sadar akan kemampuanku sudah cukup sampai disini. kuharap kalian mengerti perasaanku, tetaplah mengejar mimpi mimpi kalian, aku akan menyaksikan kejayaan kalian di atas panggung kelak meskipun hanya menyaksikan dari bawah, percayalah aku akan teriak sekencang kencangnya menyanyikan lagu kalian." aku berbicara ditengah mereka dalam suasana haru yang baru saja pecah.
mereka menghargai keputusan yang aku ambil, dan mengerti kondisi ibuku, mereka juga mengerti perasaanku, dan prinsip hidupku yang sangat berubah setelah mendengar ceritaku, dan begitulah seharusnya seorang sahabat. namun keluar dari hubungan keprofesionalan kita dalam satu band ada hubungan emosional yang sangat kuat dari bertahun tahun hubungan yang kita bangun, waktu yang dilewati, masalah yang datang silih berganti, namun tetap setia seperti ini. terlebih Peter, terlihat mata yang berkaca kaca sambil bercerita waktu pertama kali kita memulai mimpi ini sedari Masa SMA, aku tau betul perasaan Peter berbicara dengan bibir yang bergetar, jujur saja akupun merasakan itu.
dari situ, akhirnya aku resmi keluar dari bandku, namun kita tetap bersahabat tetap menjaga hubungan baik. mereka juga berencana untuk membuat konser amal untuk membantu pengobatan ibu.
~~~~~~
jadilah penyeimbang dunia
diantara ketidakseimbangan dan ketidakpedulian
atas sesama yang seharusnya setara
mengejar impian memang lah sangat penting
tapi lupakah kita akan arti hidup?
sebagaimana hakikatnya kita hidup didunia
bukan sekedar meraih mimpi
namun cinta kasih, berbagi dan mengasihi
karena kehidupan diawali dengan cinta
karena kehidupan diakhiri dengan kasih.
Afdhan Danadyaksa