senyum mereka

"donasikan buku anda dan cerdaskan anak bangsa"

aku menemukan salah satu headline berita yang menarik perhatianku di salah satu situs berita online, tentang satu komunitas literasi yang bergerak di bidang pendidikan yang baru saja didirikan di pulau ini, mereka menerima donasi buku dari daerah daerah terdekat, melihat banyaknya bukuku yang tertumpuk di lemari yang sudah tidak kubaca aku berniat untuk mendonasikan semua buku buku ini, barangkali bisa berguna bagi orang yang membutuhkan di pulau ini.

sudah hampir setahun aku tinggal di pulau ini, banyak hal yang kurasa berubah dariku, sudut pandang, wawasan, cara berpikir, yang dulunya apatis sekarang lebih peduli. sekarang juga aku sudah bekerja menjadi salah satu pegawai staf di bandara meskipun belum terikat kontrak kerja, aku juga sudah mengirim beberapa tulisanku ke penerbit penerbit terkenal di ibukota namun belum ada respon.

hari ini aku akan membawa tas ransel yang berisi buku buku yang akan ku donasikan ke alamat yang tertera di situs itu. setibaku disana aku disambut oleh lelaki yang sepertinya adalah Martin pendiri dari komunitas itu, aku sudah membaca profilnya di situs berita tadi.

"halo, saya martin" ujarnya sambil mengajukan tangannya untuk berkenalan

"halo, saya Afdhan, saya mau mendonasikan sedikit buku" kita akhirnya berkenalan dan bercerita.

tak lama kemudian datang kedua teman Martin yaitu Aloysius dan Bernardus yang juga pendiri dari komunitas ini, kita pun berkenalan dan cerita mereka semakin menarik bagiku.

tentang latar belakang komunitas ini yang ingin meningkatkan minat baca anak anak di pulau ini yang notabene terbelakang di bidang pendidikan dan mengakibatkan anak anak kecil dan anak anak muda kekurangan motivasi belajar, bahkan banyak anak yang tidak bersekolah karena lebih memilih membantu orang tuanya yang seorang nelayan atau buruh. mereka ingin mengumpulkan buku dari pendonasi sebanyak mungkin dikarenakan harga buku dan ongkos kirim buku itu sendiri sangat mahal. tidak sampai di situ, mereka bukan hanya membagi - bagikan buku ke pelosok pelosok bahkan ke dalam hutan, masyarakat yang tidak tersentuh pendidikan, namun harus mengajarkan mereka membaca dan menulis, atau menyadarkan mereka tentang pentingnya pendidikan, sungguh tugas yang sangat berat.

namun mengapa ketiga orang di hadapanku ini begitu peduli terhadap pendidikan warga di pulau ini? bahkan sampai rela pergi ke perkampungan yang jauh ditengah pegunungan untuk memberikan buku dan mengajar disana.

~~~~~~

Martin, Aloysius, dan Bernardus adalah sahabat sedari kecil, mereka anak yang terlahir dari suku asli pulau ini, yang sekolah dengan sarana dan prasarana yang sangat terbatas, mempunyai mimpi untuk menyelamatkan keluarga mereka dari kemiskinan, hingga menginjak bangku SMA mereka bertiga anak yang berprestasi berhasil mendapatkan beasiswa dari program pemerintah kala itu, dan di kuliahkan di luar negeri, masing masing dari mereka berkuliah di tiga negara yang berbeda, setelah menyelesaikan perkuliahan di luar negeri mereka kembali ke kampung halaman mereka, kini mimpi mereka bukan atas kesejahteraan keluarga mereka namun demi kesejahteraan kampung halaman yang telah melahirkan mereka.

sungguh niat yang sangat mulia yang mereka miliki, jarang sekali ada anak muda dengan kepedulian yang tinggi seperti mereka, setelah mereka lulus dari universitas ternama di luar negeri apalagi dengan kemampuan yang mereka miliki bisa saja mereka mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan di kota kota besar, namun mereka lebih memilih untuk kembali ke kampung halaman dan mengajar anak anak di pelosok, bagiku ini adalah hal yang besar, punya peran penting terhadap kemajuan negeri ini.

keesokan harinya aku kembali ke tempat mereka dengan membawa tas ransel dangan isi penuh dengan buku bekas yang akan ku donasikan lagi, aku datang atas dasar penasaran sekaligus tertarik mendengar cerita mereka.

"terus sejauh ini sudah sampai dimana pergerakan komunitas ini ?" tanyakau kepeda mereka yang sedang sibuk menyortir buku

"sejauh ini kita masih giat mengajar membaca anak anak disana" jawab Bernardus

"ngomong ngomong kau punya banyak sekali buku yang sudah kau baca yah? kondisinya masih sangat bagus pula" ujar Aloysius memotong pembicaraan

"iya aku lumayan rajin membaca belakangan ini, mungkin karena tidak ada kegiatan lain selain bekerja, pulang kerumah dan membaca buku" jawabku

"komunitas ini masih seumuran jagung, kita masih butuh banyak volunteer untuk membantu kami" kata Bernardus melanjutkan ceritanya tadi

"nanti sore kita ada kegiatan rutin, mengajar disana, sekaligus membawa beberapa buku dari sini, mau ikut gak? kalo nggak sibuk sih " kata Martin mengajakku

"oh bisa, ini kan hari minggu, aku ikut" jawabku penuh antusias.

aku memutuskan untuk ikut mereka terjun langsung ke lapangan untuk mengajar anak anak di sana, aku cukup penasaran mendengar cerita mereka terhadap anak anak di sana. sesampainya kita di sana aku terkesima melihat rumah pondok dari kayu bertuliskan "Rumah Baca" dengan halaman depan berhadapan langsung dengan laut, kedatangan kami di sambut dengan teriakan satu anak "kakak kakak sudah datang!!!" dan disusul sorak gembira anak anak lainnya, ada sekitar dua puluh anak di sana yang sepertinya sudah menunggu kedatangan kami dan sangat antusias atas kedatangan kami.

Martin, Bernard, dan Alo terlihat sudah sangat akrab dan hafal nama anak anak di rumah baca itu, mereka belajar, bermain, bernyanyi, dan besenang senang. dari sudut ruangan aku melihat foto yang terpampang di dinding rumah pondok itu.

"ya itu mantan mentri perlindungan anak lima tahun lalu" kata Aloysius menghampiriku yang sedang memandang foto itu

"beliau adalah anak dari suku asli pulau ini, yang sangat menginspirasi kita terhadap kemajuan atas pulau ini" lanjut Aloysius

dari ujung sana terdengar

"baik adik adik, hari ini kita kedatangan teman baru, dia akan memperkenalkan diri" kata Martin di depan anak anak itu, lalu memanggilku dan menyuruhku untuk memperkenalkan diri.

dengan sedikit sungkan dan malu akhirnya aku beranikan diri untuk perkenalan di depan mereka wajah wajah yang tulus, dan bersemangat ingin belajar. setelah itu aku duduk di tengah tengah mereka dan membacakan sebuah buku cerita dongeng kepada mereka, mereka terlihat antusias dan menunggu setiap bait cerita yang keluar dari mulutku. melihat senyuman mereka membuatku merasakan ada energi baru dalam dadaku yang begitu meledak, ditambah mereka memanggilku dengan sebutan "kakak", wah aku merasa aku punya adik, energi yang tak pernah kurasakan sebelumya.

"mereka menyukaimu" kata Bernardus yang sedari tadi duduk di belakangku.

"hari semakin sore, waktu belajar dan bermain telah selesai, waktunya kakak kakak pamit, ingat minggu depan kakak datang lagi" kata Martin mengakhiri kegiatan hari ini, dan di tutup dengan doa bersama.

minat belajar anak anak di pulau ini lumayan tinggi hanya mereka tidak mendapat sarana yang memadai, sekolah mereka sangat jauh, hingga belasan kilo meter dan mereka harus berjalan kaki, kadang juga guru mereka tidak datang, kata mereka belajar hanya di hari senin, itupun belajar tak menyenangkan, hari hari lain mereka hanya bermain, tak banyak dari mereka yang sudah tak suka lagi dengan kata "sekolah" karena kurangnya motivasi. sisanya mereka menunggu hari minggu karena selalu kedatangan kakak kakak yang mengajar dan mengajak bermain, membuat pelajaran terasa menyenangkan.

namun di sisi lain aku melihat puluhan anak akan sulit di kordinir jika hanya dihadapi oleh tiga orang, meskipun aku tau mereka orang yang hebat, namun seperti yang dikatakan oleh Bernard, mereka butuh banyak Volunteer untuk membantu, aku yakin di luar sana banyak anak anak muda yang masih punya kepedulian seperti mereka namun mereka belum tahu akan keberadaan komunitas ini, oleh karena itu aku mengusulkan kepada Martin untuk membuat media promosi atau sosial media, untuk memfasilitasi kepedulian orang orang di luar sana sekaligus membantu di komunitas literasi ini.

beberapa hari kemudian Martin menelponku lagi menyetujui ideku, mereka juga mempercayaiku untuk mengurus media sosial dan mengatur situs mereka, guna mendapat bantuan buku atau bahkan bantuan tenaga yang diberikan secara ikhlas dari orang orang yang punya sedikit kepedulian atas kemajuan anak bangsa, khusunya di daerah pelosok negeri ini.

tak diduga hanya butuh beberapa hari aku mempromosikan situs dan media sosial sudah mendapat banyak tanggapan baik dari orang orang yang mengunjungi situs ini, juga mendapat banyak bantuan buku bahkan buku dari luar kota. ditambah banyak putra daerah yang mau menyumbangkan tenaganya sebagai volunteer, mau mengajar dengan Ikhlas demi kecerdasan anak bangsa dan kemajuan negeri ini. selain menggiat situs dan media sosial kami juga masuk ke dalam perkampungan perkampungan untuk bersosialisasi tentang pentingnya pendidikan dan wawasan luas akan kehidupan mereka sekaligus memberikan buku dan mengajar anak anak mereka.

aku merasa sangat beruntung karena bisa ambil bagian, berpartisipasi akan kemajuan negeri ini, aku beruntung bisa berkenalan dengan Martin, Aloysius, dan Bernardus, Putra daerah yang punya tekad yang sangat kuat akan kemajuan kampung halamannya, setidaknya saat ini mereka sudah menyelamatkan keluarga mereka dari belenggu kemiskinan, lebih besar dari itu mereka adalah pupuk bagi tanaman tanaman baru yang kelak akan tumbuh menjadi pohon yang besar dan memberi sejuta manfaat bagi kehidupan.

minggu demi minggu kami lewati, Martin yang semakin semangat karena mengetahui gerakan mereka didukung penuh oleh pemerintah setempat, jumlah volunteer yang semakin bertambah, buku buku yang semakin beragam. aku tak pernah melihat lelah di wajahnya.

"terima kasih Afdhan, berkat kau kita menjadi sebesar ini" Martin kepadaku, tatkala kita duduk di depan rumah baca.

"aku hanya bisa mendukung kalian, dan membantu semampuku" jawabku menanggapi Martin.

"minggu depan Alo dan Bernard akan pergi ke luar negeri melanjutkan studi mereka"

"lalu bagaimana dengan kau?"

"saya memutuskan untuk tetap disini, melanjutkan apa yang sudah kami mulai dan apa yang sudah menjadi impian kita" kata martin sambil menoleh kepadaku, seolah mengharapkan sesuatu dariku.

disini kita menempatkan diri bukan sebagai guru, namun sebagai kakak dari anak anak disini, yang bisa mengayomi mereka, bahkan menjadi tempat mereka bekeluh kesah, menjadi saksi tumbuhnya orang orang hebat negeri ini. kecerdasan mereka adalah kecerdasan bangsa, kemajuan negeri dimulai dari mereka.

~~~~~

senyum mereka

senyum mereka mengubah semua

melalui buku jendela dunia

wahai anak bangsa

cita citamu bak api yang berkobar

merekah diingatan menyambung asa

hingga biarkan impian terbakar

berusahalah sekeras mungkin

melawan ancaman zaman

menjadi peluru menembus kecaman

jangan kalian berhenti

kecerdasan kalian adalah kemajuan bangsa

Afdhan Danadyaksa