Aku brangkat dari gunung kidul menuju lereng Merapi tempat padepokan Elsng Merah.
Aku tinggal di sekitar padepokan bebrapa hari untuk melihat keadaannya dan mencari informasinya.
Ternyata warga sekitar juga tidak suka adanya padepokan tersebut.
'Aliran sesat' adalah alasan kenapa warga tidak menyukai keberadaan padepokan tersebut.
ujar warga Aktifitas di padepokan sangat tertutup. Warga sekitar tidak mengetahui aktifitas apa yang ada di situ sama sekali.
Setelah kesana kemari belum juga dapat info padepokan tersebut. Ak memutuskan untuk menuju padepokan tanpa informasi yang jelas.
Namun beberapa saat sebelum aku brangkat. ada 3 orang menghampiri ku.
mereka bekas murid padepokan tersebut.
"Nama ku Deni, dan ini Rudi, dan itu Dodi."
"Dari bentuk tubuh anda. Aku rasa anda bukan orang biasa"
"Saya melihat tubuh terlatih ada pada tubuh anda"
"Maaf anda siapa ya?"ujar ku
"Kami mantan murid padepokan tersebut."
"beberapa hari ini kami mendapat kabar."
"ada orang yang ingin tau tentang Elang Merah."
Aku sangat senang mendengar jawaban itu. Saya menjadi memeiliki beberapa info padepokan tersebut.
"Tak usah banyak pertanyaan."
Ujar rudi.
"Maksutnya mas?" ujar ku
Rudi "Padepokan itu menerima semua tantangan dari pihak luar."
"itu kan yang kau inginkan??"
"Dan jika anda bisa mengalahkan guru besar padepokan anda akan....."
"Akan apa?"
Ujarku dengan penuh tanda tanya
Deni "akan menguasai padepokan dan menjadi guru besar yang baru"
Dodi "tapi itu tidak hal yang sepele."
"Banyak nyawa terbuang sia-sia karna sudah menentang Ki Kusumo"
"Nam....."
"Nama guru besar padepokan itu adalah Ki Kusumo."
"dia juga pusat dari ilmu Sukmo jiwo."
Ucapku memotong ucapan Dodi.
Deni "Dari mana kamu tahu??"
aku "Saya sudah banyak mencari info tentang padepokan ini."
"Padepokan yang melatih seseorang menjadi petarung dan pembunuh."
"Bukan kah itu benar?"
"Saya juga pernah berhadapan dengan salah satu anggota mereka"
"Semi namanya"
Deni "iya anda benar."
"Setelah saya tahu tujuannya, kami memutuskan untuk meninggal kan padepokan tersebut."
"Aku salut kau dapat mengalahkan anggota inti dari padepokan EM."
"Jadi samiren dikalahkan"
ujar Rudy dengan nada yang sangat pelan dan dengan muka terkejut.
____________________________________________
Ak sedikit tertawa setelah melihat nama asli dari semi.
____________________________________________
"Namun tidaklah mudah meninggalkan padepokan"
"Awal nya kami bukan ber 3. "
Aku "maksutnya dengan kata awalnya?"
Deni "12 orang meninggal kan tempat itu." "Namun semua di bantai layaknya seekor nyamuk."
"Dan hanya kami ber 3 yang selamat."
Dodi "jika kamu menantang Ki Kusumo... "
Dia berhenti berbicara sebelum kalimatnya selesai.
Wajah tegang terlihat di wajahnya.
"Hanya menang jalan keluar untuk meninggal kan padepokan EM."
"Mereka akan membuang siapa saja penantang yang kalah"
"tanpa memberi tahu keluarga atau teman."
"Mereka akan membuang nya di lereng gunung "
"Dan mereka tak memandang keadaannya. Entah itu sekarat atau sudah mati."
Rudi "itu untuk memberikan efek jera kepada semua. Agar tidak menantang sang maha guru"
"Ak senang dengan tujuan mu. Tetapi apa kamu sudah siap dengan semua resikonya"
Aku hanya tersenyum ketika pertanyaan itu menghampiri ku.
Setelah itu saya menuju ke padepokan Elang Merah dengan tekat yang sudah bulat.
Ak tak kan bisa menyelesaikan ini dengan mengandalkan para teman ku.
Jika ak kalah maka nyawa teman-teman ku menjadi taruhannya.
Jadi aku harus menyelesaikan ini sendiri.
dan Aku harus menang agar teman - teman ku selamat..
Aku yang memulai jadi ak juga yang harus mengakhiri smua ini.
Aku sudah siap menemui guru besar dari padepokan tersebut.
Tempatnya memang jauh dari lingkungan warga sekitar. Aku hanya berfikir jika ak kalah atau menang, mungkin aku akan tetap mati.
namun jika aku bisa mengalahkannya Setidaknya kemampuan diluar logika akan hilang
dan aku yakin teman - teman bisa mengatasi Elang Merah.
bersambung...