LSG

Pencegahan dari rasa cinta ialah kebencian.

Namun, seberjalannya waktu kebencian mampu melelehkan penolakan.

Hati yang mengakhiri segala keegoisan.

~justin~

Gerani berulang-ulang kali menghembuskan nafas kasar, perlahan dengan berat hati menemui Justin diruangannya.

" Ada apa dengan sikapmu ?"

" Aku tidak melakukan kesalahan " balas Gerani acuh.

" Setelah apa yang kau lakukan? Dengan sikapmu itu, apakah kau tak beretika? " balasannya tak kalah pedas, membuat emosi Gerani berada dipuncak ubun ubun.

" Menghukum atau apapun itu! Ya lakukan sesukamu " tukasnya enteng.

" Kali ini aku akan membiarkan mu pergi "

" Kenapa? " Dengan senyum manis Gerani yang di buat–buat untuk membalas wajah datar Justin.

" Apa kau takut dengan konsekuensinya? " ujar Gerani begitu percaya diri dengan bersedekap dada menantang tajam tatapan Justin.

" Kau mendengar tentang pengampunan khusus kan? Lupakan kesalahan mu, anggap saja ini adalah pengampunan khusus untuk pelantikan ku " perjelas Justin dengan santai.

" Aku sudah selesai berbicara silahkan pergi! "

" Hah! Baiklah aku juga tidak ingin berlama-lama dengan orang seperti mu "

Saat, Gerani melangkahkan kaki beranjak keluar langkahnya terhenti dengan perkataan Justin kembali.

" Orang lain mungkin lebih berhati-hati dengan mu tapi, aku tidak memenuhi hal–hal itu, oh satu lagi sikapmu sungguh tidak sopan dengan manajer mu "

Sungguh emosi Gerani saat itu memuncak, menghela nafas dengan kasar dan mencoba membalikkan tubuhnya menantang manajernya.

" Hey kau, maksud ku pak manajer. Aku tidak pernah menunjukkan fakta bahwa aku adalah keponakan ketua "

" Jika begitu menurut mu, silahkan pergi "

" Apa?? " Balasnya panas.

" Apa perlu saya ulangi? "

" Tidak perlu, sama sekali tidak perlu terimakasih " senyum kesal berhasil tergambar, rona merah itu bukan rona asmara.

                           ***

Seluruh dokter setelah melakukan operasi bersantai– santai, dan berbincang menghapus penat dengan secangkir kopi.

" Ehemz "

Terdengar suara teguran atau mungkin sapaan dari seorang Justin.

" Apa ini sikap yang baik? bagi dokter yang asik–asik dalam jam kerja? " Ujarnya membuat semua kaget menatap dirinya.

Dan berhasil membuat dokter Albert tersedak dengan kopi yang tengah diseduh olehnya.

Sementara dokter Aurel kembali meletakan kopi yang ingin dia nikmati.

" Siapa kau? berani–beraninya berkata seperti itu?. Dan satu hal lagi kami sudah selesai jadwal operasi "

" Tapi setidaknya bukan hal ini yang seharusnya dilakukan! Hanya bersantai saja? Masih banyak hal bisa dilakukan "

" Hanya bergosip hal–hal murahan, hah lucu sekali" monolognya

" Aku tidak ingin mendengar coletah mu!! sebaiknya kamu pergi dari sini!"

" Apakah itu kode etik seorang rekan pada manajernya?. Hah seharusnya aku melaporkan mu pada komite kedisiplinan. Oh dan satu lagi soal etika dalam musyawarah sangat minus, dan lebih mementingkan ego sendiri "

" Silahkan saja lakukan sesukamu!. Lebih baik kau pergi, kau sangat menggangu" titah Gerani mengebas ngebaskan tangannya, memerintah Justin untuk segera pergi.

" Baiklah jika itu yang kamu inginkan, tunggu saja"

" Terimakasih kasih, dengan senang hati saya menunggu nya. Sekarang silahkan pergi "

Hanya Gerani yang mampu melawan serangan dingin manajernya, dan beberapa hal dari perkataan nya itu membuat semua orang terdiam mati kutu oleh perkataan lancangnya.

" Kau baik baik saja ran? "

" Aku baik baik saja dokter Andre "

" Wah aku tidak menyangka dokter Justin itu begitu arogan "tukas dokter Albert.

" Sekarang sepertinya kita mendapatkann killer doctor disini " lanjut perawat Roy.

" Wah..benar–benar mengagumkan, ahhh so cute "

sementara yang lain sibuk mencela perbuatan Justin, hanya Aurel yang membanggakan perlakuan itu.

Ternyata kebucinan telah membuat sebagian Saraf otaknya bermasalah.

" Apa mata lo buta? Jelas–jelas dia mempermalukan kita semua dan sekarang elo memujinya? apa elo sudah tidak waras lagi dokter Aurel yang terhormat?"

Setelah selesai mengatakan itu Gerani pergi meninggalkan mereka, sungguh siapa saja hari ini yang membuat Gerani emosi. belum persoalan Gerani dengan manajer itu dan sekarang sahabat satu–satunya itu benar benar menjengkelkan. Apalagi penolakan pamanya tadi.

Rasanya hatinya ingin lepas, tak tahan. Menahan amarahnya kali ini. Jika saja tidak ada tulang rusuk pasti orang–organ nya sudah keluar.

Baru satu hari dokter itu berada disini, sudah membuat dara tinggi Gerani menjadi jadi.

                            ***

Keesokan harinya seperti biasanya Gerani terbangun, dan bergegas datang ke rumah sakit.

Kali ini Gerani datang terlambat karena pasalnya Gerani malas bertemu Justin, dokter yang begitu songong tak tahu diri.

Setibanya dia dikantor, menghebus nafas kasar dan perlahan melangkah masuk kerumah sakit.

" Dokter Gerani, bisa ikut keruangan saya sebentar "pinta Andini yang langsung menghampiri Gerani yang baru saja tiba.

Gerani pun melangkah mengikuti Andini menuju ruangnya, setibanya disana Andini membahas hal yang mengejutkan baginya.

" Ada apa sih bi?. 0Pagi-pagi udah panggil Gerani aja " gerutu Gerani manja.

Walaupun jika mereka berada dikantor Gerani akan selalu menghormati Andini sebagai wakil direktur, lain halnya jika hanya mereka berdua atau bahkan berada diluar.

" Ran bibi mau bicara serius sama kamu"

" Iyaudah sih bi ngomong aja "

" Kemarin Dokter Justin telah mengirim laporan nya ke pihak komite kedisiplinan, sepertinya hubungan kalian tidak bagus yah "

" Whatt? " Gerani terbelalak mendengar ucapan Andini, omongan Justin lusa kemarin memang benar adanya.

" Dan kamu dapat sanksi, gaji kamu dipotong dua bulan "

" Hah?. Tunggu aja pembalasan saya Justin "

" Ran bibi sarani kamu jangan macam-macam sama dia, dia tidak akan terpengaruh oleh ancaman mu "

" Hah bodo amat bi, asal bibi tau baru dua hari dia disini dan dia udah berani beraninya buat Gerani kayak gini, gerani gak mau tau Gerani bakal balas! "

Gerani pergi meninggalkan ruangan Andini beranjak pergi keruangan Justin.

Alih-alih ingin balas dendam malah terkena semprotan mulut ular Justin yang begitu dingin dan menyeramkan.

" Gak sopan ya? Masuk tanpa ketuk pintu "

" Bukannya kamu yang pernah masuk keruangan saya tanpa ketuk pintu terlebih dahulu "

" Sudah telat dan bahkan kamu tidak sadar, malah asik melawan manajer sendiri. Masih kurang hukumannya? Seharusnya kamu lebih bersikap sopan "

" Hah maaf pak Justin yang terhormat, saya tidak keberatan jika bapak melaporkan kembali  "

" Justru saya kesini, buat bilang terima kasih" lanjut nya dengan oktaf tinggi.

" Saya punya hal yang lebih bagus untuk kamu dengar, dari pada topik basi itu. Sayang kamu datang terlambat jadi kamu tidak bisa lihat secara langsung "

" Maksud bapak apa? "

" Pasien itu sudah saya Operasi dengan sempurna tanpa cacat, menggunakan metode Appleby "

" Lancang sekali bapak mengambil pasien saya "

" Saya hanya tidak ingin melihat pasien itu meninggal ditangan kamu, karena saya tidak ingin menambah mayat di rumah sakit ini. Apa kamu paham? "

"Sekarang siapa yang sebenarnya tidak memenuhi kode etik sebagai dokter disini? mengoperasi pasien saya tanpa persetujuan dari dokter yang merawatnya sebelumnya "

" Maaf saya tidak butuh persetujuan kamu, silahkan keluar saya lelah "

" Tanpa bapak suruh saya akan keluar "

" Tunggu.. tolong ambilkan saya kopi tanpa gula "

Terlintas satu hal yang mungkin akan membalas perlakuan Justin yang menyebalkan.

" Baiklah bapak Justin, segera saya kembali "

" Silahkan "

Setelah, beranjak pergi meninggalkan ruangan killer doctor Gerani menuju dapur rumah sakit. Khusus meracik kopi buatannya sendiri.

Biasanya kopi mengunakan susu atau gula untuk menambah cita ras, tapi kali ini gerani mencoba berkreasi dengan tangannya menciptakan hal yang baru.

Setelah sesuai keinginan nya Gerani, menghidangkan kopi tersebut dengan senyum sebaik mungkin dihadapan Justin.

" Ini pak kopinya "

" Kenapa kamu lama sekali "

Syukur gue buatin kopi Lo bangsat, gue pelintir juga tuh mulut batin Gerani.

" Maaf pak tadi banyak banget yang minum kopi jadi antri deh "

" Kamu kesambet? Demi apa kamu manis seperti ini tapi tetap saja tidak cantik "

" Iyaudah deh pak saya pergi dulu, permisi "

Gerani pergi, meninggalkan senyum sinis pada Justin kini hatinya telah lega sepenuhnya.

" Dasar aneh! Tingkah nya labil seperti anak kecil " monolog Justin, seraya tangannya bergerak menikmati secangkir kopi.

" Cuihhhhh ini kopi kenapa asin begini " Justin menyemburkan kopi nya dengan spontan karena rasa kopinya yang aneh.

Asin. Iyah itulah rasanya. Ternyata kreasi tangan Gerani sangat buruk bagi konsumen tapi bagi produser sangat membahagiakan.

" Sudah kuduga dari awal, pasti ada yang aneh dengan kelakuan manisnya tadi. Gerani tunggu sebentar lagi akan kubalas"

                           ***

Gimana sih jadinya kalok sih Justin diam diam menaruh iba pada Gerani, apa mungkin ada percikan cinta dihati Justin?