1

Breaking News...

Berita terbaru tentang Idol kenamaan Korea Selatan. Jeon Jung Kook yang juga dikenal sebagai salah satu pewaris perusahaan nomor 1 diseluruh dunia. Dikabarkan baru saja keluar dari salah satu tempat hiburan di Seoul. Tepat pukul 03.45 dini hari. Berita ini,

Klik...

Plak!

Sebuah pukulan melayang kesalah satu sisi wajahnya. Dia hanya mampu meringis. Tanpa bisa membalas.

"Apa kau sekarang puas?" Tanyanya dengan kesal.

"Jeon Jungkook, jawab!"

Jungkook menutup matanya sebentar. Telinganya terasa pengang mendengar suara teriakan didepannya.

"Maaf." Ucapnya lirih.

"Hanya itu? Kau fikir dengan kata maaf, semua yang sudah kau lakukan akan hilang begitu saja?" Ujarnya sinis.

"Lalu, aku harus apa?" Tanyanya frustasi.

"Buat converensi pers, jelaskan dan minta maaflah. Sebelum semuanya terlambat. Berbohong sedikit, tidak akan membuatmu terlihat buruk didepan halayak umum." Sarannya sebelum mendudukkan bokongnya.

"Kenapa harus berbohong?"

"Karena dengan berbohong, orang-orang tidak akan mencelamu, mereka akan bersimpati padamu. Berbeda jika kau jujur, orang-orang akan mencelamu dan berbalik menyerangmu." Jawabnya sembari mengusap wajahnya dengan gusar.

"Aku harusnya berbicara jujur bukan?"

"Ya! Aku juga maunya kau berbicara jujur saja. Hanya saja karirmu baru saja naik, bocah. Jika kau berbicara yang sebenarnya. Karirmu akan meredup dan hancur." Ucapnya dengan sedikit berteriak.

"Fikirkan saja dulu baik-baik. Kau boleh pergi." Lanjutnya.

Jeon Jungkook terdiam. Lalu mengangguk patuh dan berjalan keluar ruangan.

"Bagaimana?"

"Diamlah!" Sahutnya dingin.

*

*

*

Kehidupan malam telah dimulai. Hingar bingar suasana malam disalah satu PUB ternama di Seoul tengah dimulai.

Seorang gadis manis, yang tengah menjadi PRIMADONA diantara banyaknya JALANG yang menggoda tengah berjalan sembari meliukkan tubuhnya tengah menggoda beberapa pelanggan berkantong tebal.

Suara dentuman musik, bahkan menjadi pengiring langkahnya.

"Uh! Rasanya. Aku ingin menariknya dan mengukungnya dibawah tubuhku."

"Ya! Kau harus berkantong tebal dulu bodoh!"

Gadis itu hanya melirik, namun tetap melanjutkan langkahnya. Menuju salah satu meja yang menjadi spot kesukaannya.

Karena dari mejanyalah, dia bisa melihat mangsanya.

©

©

©

Tujuh orang pria tampan yang tergabung dalam sebuah grup berjalan memasuki sebuah tempat hiburan malam.

Tak perlu memakai samaran, karena mereka adalah pelanggan tetap ditempat hiburan tersebut.

Alunan musik DJ menggema ditelinga mereka. Lampu-lampu yang meredup menjadikan mereka tersamar. Dan itu memudahkan mereka untuk berbaur dengan yang lainnya.

"Tempat ini, lumayan ramai dari hari sebelumnya." Ujar salah satunya.

"Tentu saja, aku dengar ada JALANG baru yang masuk. Dia begitu sangat terkenal."

"Woaaah! Siapa?" Tanyanya antusias.

"Bodoh! Jika aku tahu, aku pasti akan segera menemuinya."

Yang lainnya hanya tertawa. Kemudian berjalan semakin masuk mencari tempat duduk.

Mata ketujuh pria itu tak lepas dari orang-orang yang berkumpul sekedar meliuk-liukkan badannya.

Hingga salah satu diantara mereka memalingkan wajah, menatap sisi lain.

Tepat, saat itu. Matanya menatap sepasang mata yang juga menatapnya. Tatapan mata teduh, sendu, juga sebuah tatapan angkuh.

Puk!

Tepukan dibahunya menyadarkannya. Membuatnya menoleh kearah sipenepuk.

"Ada apa?" Tanyanya.

Hanya gelengan yang menjadi jawabannya. Lalu kepalanya menoleh kearah mata yang tadi dilihatnya.

Kosong!

Tempat itu kosong. Tempat dimana dia melihat sepasang mata tersebut.

"Malam ini, nikmati pestanya. Karena besok kita libur." Ujar seseorang yang duduk dikursi depannya.

Hanya anggukan yang didengarnya. Sesekali, matanya menatap kearah tempat menghilangnya sepasang mata tersebut.

*

*

*

Namaku Lee Jieun. Usiaku bahkan baru menginjak 29 tahun, tahun ini. Pekerjaanku adalah sebagai pelacur. Kau tau? Kenapa aku mengambil pekerjaan hina ini?

Ah! Aku terdesak. Aku membutuhkan uang untuk menyambung hidupku.

Aku tahu, harusnya aku tak melakukan pekerjaan hina ini. Tapi, hanya pekerjaan ini yang tidak memandang usia.

Orang tuaku meninggal 19 tahun yang lalu, saat kami akan pergi merayakan ulang tahun ku. Hanya aku yang selamat. Hebat bukan?

Sejak saat itu, untuk menyambung hidup aku harus menjadi seorang pelacur.

©

©

©

Sedari tadi, aku terus mencari mangsa berkantong tebal. Namun, nihil. Malam ini sepertinya malam yang sial untukku. Tak ada mangsa berkantong tebal. Yang ada hanyalah orang-orang sok kaya yang berkeliaran keluar masuk.

Aku duduk terdiam. Membayangi diriku yang sangat hina ini. Dipagi hari, aku bekerja paruh waktu disalah satu minimarket dimalam hari aku menjadi pelacur. Hidup memang lucu.

Aku mengangkat kepalaku. Masih berusaha mencari mangsa. Ketika mataku menjelajah, mataku berhenti pada satu tempat. Tempat dimana aku melihat sepasang mata yang menatapku tajam.

Mata itu, seolah tak menyukai keberadaan ku. Aku masih diam melihat mata itu. Hingga seseorang yang duduk disampingnya mengalihkan pandangannya.

Sesegera mungkin, aku menjadi kesempatan itu untuk pergi keluar PUB mencari angin.

©

©

©

Suasana dingin diluar PUB membuatku mengeratkan jaketku.

"Dingin~"

Aku melirik kearah arloji ditangan kiriku. Sudah hampir menjelang pagi. Waktu tidurku menipis, aku menggedikkan bahuku. Berjalan kearah halte sembari menggosok-gosok telapak tanganku.

Cuaca dingin membuatku mengingat kejadian dimasa lalu.

Flashback on~

"Ibu, ini dingin." Ujarmu sembari memasuki rumahku.

Rumah sederhana yang dibangun oleh ayahku untuk kami tinggali.

"Dingin? Ini, ibu bawakan selimut untukmu." Aku menerima selimut ibu dengan senang hati.

"Duduklah! Ibu akan buatkan coklat hangat untukmu." Ujar ibu sembari menuntunku duduk dikursi.

Flashback off~

"Sialan! Mataku terkena debu." Ujarku sembari menengadahkan kepala keatas. Menghalau air mata yang akan turun.

Tiiin!

Tiiin!

Suara klakson, membuatku menggerakkan kepala kearah mobil yang bertengger manis didepan halte.

Kaca samping mobil yang perlahan turun membuatku bisa menatap si pemilik mobil tersebut.

"Wendy?" Ujarku lirih.

"Masuklah! Aku akan mengantarmu pulang." Ujarnya dengan senyuman.

Aku mengangguk, dan berjalan memasuki mobilnya.

Perjalanan begitu lama, karena tidak ada pembicaraan diantara kami.

Hingga aku terpaksa memulainya.

"Kau baru pulang kerja?" Tanyaku sekedar berbasa-basi.

Namun Wendy justru menoleh ke arahku dengan tersenyum menampilkan giginya yang putih.

Kebiasaan!

"Kau sendiri?" Tanyanya padaku.

"Yah, seperti yang kau lihat." Jawabku seadaanya.

Wendy mengangguk setuju. Kemudian hening tercipta kembali diantara kami.

*

*

*

*PUB*

"Ayo pulang!" Ujarnya ketika melihat beberapa sudah mabuk.

"Ya!" Jawab yang lainnya.

Ketujuhnya berjalan keluar PUB dengan beriringan. Sedikit kesusahan karena hanya dua diantara mereka bertujuh yang masih sadar.

Akhirnya, mereka sampai disamping mobil masing-masing.

"Kau yakin bisa mengemudi?" Tanyanya ragu.

"Jangan remehkan aku. Aku bahkan tidak menyentuh alkohol tadi. Justru kau yang kuhawatirkan." Ujarnya cuek.

Dia hanya menggedikkan bahunya acuh. Lalu berjalan kearah mobilnya. Sebelum masuk, dia mendengar sebuah suara.

"Yoongi Hyoeng mari berbicara sebentar setelah mengantar mereka."

Yoongi, pemuda itu menatap kearah lawan bicaranya sebentar. Kemudian mengangguk setuju.

"Ya! Temui aku dibalkon tempat latihan, Taehyung."

Taehyung, pemuda itu mengangguk setuju. Membiarkan Yoongi masuk lebih dulu dan membawa mobil keluar area PUB.

Dan diikuti oleh mobil yang dibawanya.

*

*

*

"Sudah sampai." Ujar Wendy sembari menghentikan mobilnya didepan rumah milik Jieun.

"Hm? Terima kasih." Ujar Jieun sembari melepas sabuk pengaman dan akan membuka pintu untuk keluar.

"Aku masih menunggunya." Ujar Wendy menghentikan gerakan Jieun.

Seketika Jieun menegang, tanpa bisa menoleh sekedar melihat ekspresi lawan bicaranya, Wendy Son.

"Tapi, dia sama sekali tidak melirikku." Lanjut Wendy dengan pandangan lurus.

"Baginya, hanya kau seorang. Tak bisakah kau menghindarinya saja?" Ujar Wendy dengan frustasi.

Jieun meremas ujung jaketnya kuat. Kepalanya menunduk, air matanya bahkan sudah terkumpul dipelupuk matanya.

"Ah! Kau harus pulang. Kau harus beristirahat. Selamat malam. Dan terima kasih." Ujar Jieun dan segera keluar dari mobil Wendy.

Wendy menatap tubuh Jieun sedih, tangannya terkepal kuat.

"Setidaknya, kau harus mengerti perasaanku." Ujar Wendy sebelum pergi meninggalkan rumah Jieun.

Wendy mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jalanan yang lengang memudahkannya mengemudi mobilnya.

Air matanya terus mengalir deras. Mengingat momen dimana dia merasakan penolakan cinta untuk yang pertama kalinya.

Flashback on~

"Aku ingin berbicara denganmu." Ujar Wendy malu-malu."

"Oh! Bicara saja." Jawab lawan bicaranya dengan senyum manis.

"Kook, aku tahu perbedaan usia kita 3 tahun. Tapi, perbedaan itu tak membuatku untuk melangkah mundur. Justru perbedaan itu membuatku terpacu untuk semakin dekat denganmu." Ujar Wendy menatap lawan bicaranya dengan teduh.

"Jeon Jung Kook, aku mencintaimu. Bisakah kau berkencan denganku?" Lanjut Wendy dengan yakin.

Wendy tersenyum, dengan terus mengharapkan jawaban yang diinginkannya dari pria dihadapannya tersebut.

"Maaf."

Wendy meremas ujung roknya kuat, ketika dia, harus mendapat penolakan dari pria yang disukainya.

"Aku mencintai gadis lain. Ku harap, kamu mengerti itu. Dan carilah pria lain, yang jauh lebih baik bagiku." Ujarnya sebelum pergi meninggalkan Wendy sendirian.

Flashback off~

Aaaaarght...!

Wendy memukul setir kemudinya kuat. Tangannya meremas dadanya yang terasa sesak.

Sesak karena penolakan. Kejadian itu masih membekas jelas diingatannya.

(BTS - I Need Your Love Before I Fall)🎶

Laju mobilnya semakin kencang. Tak perduli jika nanti dia akan bertabrakan sekaligus.

Yang dibutuhkannya adalah, cintanya.

Jeon Jung Kook seorang!

*

*

*

Jieun memasuki rumahnya. Tubuhnya bersandar pada pintu yang kemudian merosot semakin kebawah.

Tangisnya pecah, mengingat kejadian dimana pertemanannya dengan Wendy rusak karena sosok yang sangat dibencinya.

JEON JUNG KOOK!

Tangannya mengepal kuat, memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.

Ini adalah pertemuan yang kesekian kalinya, antara dia dengan Wendy. Dan pertemuan itu, selalu berakhir seperti sekarang ini.

Dan Jieun benci itu.

Flashback on~

"Apa itu?" Tanya Jieun penasaran pada Wendy.

"B-bukan apa-apa." Jawab Wendy gelagapan.

Jieun yang tahu, itu sebuah rahasia hanya terkekeh. Lalu duduk disamping Wendy.

"Cuacanya bagus." Ujar Jieun mengalihkan pembicaraan.

Wendy mengangguk setuju. Kemudian ikut menengadah keatas.

"Lihat! Anak-anak sekolah itu." Tunjuk Wendy pada segerombolan anak-anak sekolah.

Jieun mengikuti arah tunjuk Wendy. "Memangnya kenapa?" Tanyanya penasaran.

"His! Kau ini satu tahun lebih tua dariku, tapi kenapa kau sangat bodoh?" Sungut Wendy.

Jieun tertawa menanggapi sungutan Wendy. "Lalu, aku harus bagaimana?"

"Visual mereka terlihat menakjubkan." Seru Wendy bersemangat.

"Kau menyukai salah satu diantara mereka ya?" Tanya Jieun yang mengerti maksut Wendy.

Wendy mengangguk malu-malu menanggapi pertanyaan Jieun.

"Siapa?"

"Itu, yang disana." Tunjuk Wendy.

"Kau gila? Kau menyukai anak kecil?" Tanya Jieun.

"Tapi, dia tampan. Bantu aku, ya?" Ujar Wendy melas.

Jieun nampak diam sebentar. "Ok!"

Lalu keduanya tertawa bahagia.

Flashback off~

Jieun mengusap air matanya. Setidaknya dia pernah merasakan kehangatan bersama sahabatnya.

Wendy Son

Meskipun, sekarang mereka terpisah karena sebuah kesalah pahaman.

*

*

*

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Yoongi berjalan mendekati Taehyung. Sembari menyodorkan segelas cup coklat.

"Gadis yang kau lihat tadi, siapa?" Tanya Taehyung penasaran.

Yoongi mengernyit heran dengan pertanyaan Taehyung.

"Aku tidak mengenalnya." Jawab Yoongi acuh, sembari menatap keindahan kota Seoul.

"Sudah tertebak. Jawabanmu pasti seperti itu." Sungut Taehyung.

Yoongi menggedik acuh, sesekali menyeruput cup miliknya yang berisi kopi.

"Oh! Apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Taehyung penasaran.

"Tidak ada." Jawab Yoongi singkat.

Taehyung mencebikkan bibirnya atas jawaban singkat Yoongi.

"Bukankah kita sudah terlalu lama didunia manusia?" Ujar Taehyung mengingatkan.

Yoongi mengangguk setuju. "Kau benar, tapi aku masih ingin disini. Kalau tujuanmu mengajakku untuk kembali." Jawab Yoongi tegas.

"Tidak! Aku hanya mengingatkan saja. Selebihnya terserah mu." Jawab Taehyung.

Keduanya terdiam. Larut akan pemandangan indah dikota Seoul.

"Gadis yang kau lihat tadi. Itu adalah gadis yang pernah disukai Jungkook." Ujar Taehyung lagi.

Yoongi menoleh, menatap kearah Taehyung. Memastikan kebenaran yang baru saja didengarnya.

"Mereka bertemu 6 tahun yang lalu." Lanjut Taehyung sembari menerawang masa enam tahun yang lalu.

Flashback on~

Bruuuk!

Jungkook yang berjalan terburu-buru tanpa sengaja menabrak seorang gadis. Hingga buku-buku yang dibawa gadis itu terjatuh.

"Ah! Maafkan aku, biar saya bantu."

Jungkook berniat membantu dengan mengumpulkan bukunya. Hingga tanpa sengaja, tangannya bersentuhan dengan tangan gadis yang ditabraknya.

Keduanya terdiam, lalu saling bertatapan. Jungkook yang langsung jatuh cinta pada pandangan pertama mendadak menjadi gugup. Berbeda dengan sang gadis yang menatapnya dengan terkejut.

"A-ah! M-maafkan aku. Sekali lagi, m-maafkan aku." Ujar Jungkook setelah selesai membantu, dengan sedikit membungkukkan badannya.

Gadis itu mengangguk polos sembari menatap Jungkook. Jungkook yang mendapat tatapan demikian merasa semakin gugup.

"K-kalau begitu, saya per-gi dulu." Jungkook berucap dengan sesekali membungkukkan tubuhnya.

Sedangkan si gadis, hanya tersenyum kecil.

Flashback off~

"Cinta pada pandangan pertama ya?" Ujar Yoongi sembari mengambil kesimpulan.

"Hm." Jawab Taehyung.

"Lalu, apa yang membuat mereka tidak bersatu?" Tanya Yoongi penasaran.

Ketika mulut Taehyung akan terbuka. Getaran ponsel disakunya membuatnya bungkam. Dan segera meraih ponselnya disaku.

Jin Hyeong WWH💜

Ya!

Apa kau sedang diluar bersama Yoongi?

Kalau iya, kembali cepat!. Bantu aku mengurus pria-pria mabuk ini. Mereka sangat menyusahkan ku.

Sebelum pulang, pergi mencari sup pereda mabuk.

Taehyung terkekeh membaca pesan dari Jin. Dia sangat yakin, jika saat ini. Pria-pria mabuk itu berbuat ulah.

Taehyung memperlihatkan isi pesan Jin pada Yoongi. Yoongi yang mengerti mengangguk, lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Taehyung.

Melupakan topik pembicaraan mereka berdua.

*

*

*

Jangan lupa untuk menjadi pembaca yang bijak.

Sertakan komen dan vote.

Tulisan juga butuh apresiasi.

Terima kasih banyak.

Kamis, 24 September 2020

10:28

Kycho4💜