Jungkook menyusuri setiap tempat dimana dulu pernah didatanginya. Seulas senyum tersungging di bibirnya.
Namun, sedetik kemudian senyum itu sirna dari wajahnya.
Flashback on~
Ckreeek!
Suara blitz kamera membuat Jieun mengerutkan keningnya. Menatap kearah sumber suara.
Mengerjap pelan sembari menatap seseorang yang diam-diam memfotonya.
Jieun berjalan mendekat. "Kamu? Apa yang kamu lakukan?" Tanyanya galak.
"Aku tidak melakukan apapun." Jawabnya polos.
Jieun menggembungkan pipinya kesal. "Jelas-jelas aku mendengar suara blitz kamera." Seru Jieun kesal.
"Hey, apa kamu sudah melupakan aku?" Serunya mengalihkan pembicaraan.
Jieun mengernyit mendengar pertanyaan dari orang didepannya. "Siapa?"
"Kita pernah tanpa sengaja bertabrakan. Jika anda lupa." Jieun mengingat-ingat kembali.
"Aaa! Kamu yang waktu itu. Bocah kecil berseragam itu kan?" Seru Jieun ketika mengingat kejadian yang lalu.
"Jeon Jung Kook. Namaku Jeon Jung Kook."
Jieun mengangguk mengerti, "Lee Ji Eun."
"Namamu cantik, seperti kamu." Puji Jungkook tulus.
"Hey! Panggil aku Noona, sepertinya aku jauh lebih tua darimu." Seru Jieun tak terima.
"Hm, Noona?" Ulang Jungkook.
Jieun mengangguk antusias. Dan Jungkook tersenyum kecil melihat tingkah Jieun yang menurutnya lucu.
Flashback off~
"Noona aku benar-benar merindukanmu." Ujar Jungkook lirih.
Tuk!
Jungkook menyentuh bahunya, ketika merasakan sesuatu mengenai bahunya. Diambilnya kaleng kosong yang ternyata mengenainya. Menatap siapa yang dengan sengaja melemparnya kearahnya.
Deg!
Jungkook seketika mematung, melihat seseorang yang begitu dirindukannya berada didekatnya. Jantungnya bergemuruh kuat. Setetes air mata menetes,
Dengan langkah cepat, Jungkook mendekati sosok yang dirindukannya.
*
*
*
Taehyung terdiam merenungi ucapan Yoongi. Mengingat kembali perasaannya yang ditutupnya rapat-rapat.
"Huuuh"
Bahkan sejak dia menghela nafas saja, dia tak sadar sudah diperhatikan oleh Hoseok.
"Ada apa?" Tanya Hoseok mendekat.
Taehyung berbalik karena terkejut. Kemudian menggeleng pelan.
"Sedari tadi, kau terus menghela nafas." Lanjut Hoseok.
Taehyung terdiam, kemudian tersenyum. "Hyeong apa salah jika aku memendam perasaanku selama ini?"
Hoseok yang mendapat pertanyaan demikian diam. Mengerti maksut dari perkataan Taehyung.
"Gadis yang sama ya?"
Taehyung mengangguk. "Ungkapkan saja, mungkin dengan begitu, kau akan merasa lega." Saran Hoseok.
"Bagaimana bisa? Aku bahkan tidak tahu keberadaannya." Ucap Taehyung pelan.
"Jadi, bagaimana mungkin kamu masih bisa menyembunyikan perasaanmu selama ini? Jika kamu saja tidak tahu keberadaan gadis itu? Bahkan mungkin gadis itu mati pun kamu tidak akan tahu."
Taehyung menoleh kearah Hoseok kesal karena mengucap kata MATI dengan begitu mudah.
Hoseok yang sadar hanya tersenyum kecil. "Berusahalah, seperti Jungkook."
Taehyung menatap kearah Hoseok yang sudah berjalan pergi, meninggalkannya dengan sejuta tanya.
"Bagaimana mungkin, Hoseok Hyeong tahu, jika Jungkook mencari gadis itu. Sementara Jungkook tidak pernah bercerita pada siapapun."
*
*
*
Merasa sudah dekat, Jungkook berdiri tepat dibelakang gadis yang sangat dirindukannya.
"Noona~" Panggilnya lirih.
Gadis itu berbalik, merasa seseorang berada dibelakangnya. Dengan rasa terkejutnya, tubuhnya menegang. Tidak siap melihat seseorang yang menjadi akar permasalahannya ada didepannya.
"Aku merindukanmu."
Jungkook berucap dan menarik tubuh kecil gadisnya kedalam pelukannya.
Diciumnya harum tubuh yang begitu dirindukannya. Wajahnya terbenam dibahu kecil gadisnya. Baik Jungkook maupun gadis itu, keduanya saling terdiam.
Hingga si gadis sadar, dan dengan pelan mendorong tubuh Jungkook, hingga pelukan keduanya terlepas.
"Noona~" Seru Jungkook memprotes.
"Tidak! Seharusnya tidak seperti ini." Ucap gadis itu lirih.
"Jieun Noona apa maksutmu? Aku merindukanmu. Apa kau juga tidak merindukanku?" Seru Jungkook memelas.
Gadis itu, Jieun menggelengkan kepalanya. Tubuhnya secara reflek memundur, memberi jarak hingga tanpa disadarinya dia berbalik dan berlari menjauh, mengabaikan suara teriakan Jungkook.
Yang harus disadarinya. Dia harus menjauh, dan menghilang. Karena dia tidak mau lagi berurusan dengan Jeon Jung Kook maupun Wendy Son untuk saat ini dan seterusnya.
*
*
*
Yoongi menggerutu pelan melihat tindakan Jungkook. Harusnya, dia mencegah pertemuan tidak sengaja antara Jieun dan Jungkook.
"Sialan! Harusnya aku tidak lengah." Sungutnya kesal.
Yoongi mungkin menggerutu, tapi, dirinya juga bersorak senang ketika Jieun menolak pelukan Jungkook dan berlari menjauh.
Maka dari itu, sedari tadi, dia mengikuti Jieun, dalam jarak beberapa meter. Agar gadis itu tidak terusik akan kehadirannya.
Yoongi mengerutkan keningnya, ketika melihat gadis itu berhenti ditempat yang terbilang sepi. Sedetik kemudian matanya membulat sempurna ketika melihat pendar keunguan muncul dari leher gadis tersebut.
"Apa itu?"
Sedetik kemudian cahaya terang membuat matanya silau. Dan gadis itu menghilang tepat saat cahaya itu juga meredup.
"Gadis itu?"
Yoongi berlari, tepat ditempat gadis itu menghilang. Tak ada jejak, tak ada bekas. Yang ada hanyalah serbuk berwarna ungu tepat dimana gadis itu berpijak.
"Siapa gadis itu sebenarnya?"
*
*
*
Wendy Son bergaya begitu luwes didepan kamera. Mengikuti setiap arahan dari sang fotografer dengan baik.
Wendy bahkan tersenyum puas melihat beberapa hasil fotonya.
-
"Uuuuh! Ini sangat melelahkan." Ujar Wendy dengan mendudukkan tubuhnya dikursi depan meja rias.
"Hey! Lelahmu bahkan terbayar dengan berjuta-juta won. Jadi, jangan mengeluh."
Wendy terkekeh mendengar ucapan hair stylist nya.
"Berjuta-juta won yang banyak diidamkan oleh banyak orang. Tidak mudah mendapatkan uang sebanyak itu."
Wendy mengangguk setuju mendengar ucapan asistennya yang kali ini berbicara.
"Dan lagi pula, perjuangan Wendy untuk mencapai sejauh ini tidaklah mudah."
Wendy tersenyum, "Dan terima kasih, karena kalian selalu ada untuk ku." Ucap Wendy kemudian dengan tulus.
Triiiiing!
Sebuah pesan masuk keponselnya, ketika Wendy akan melanjutkan ucapannya.
Nomor yang tidak dikenal membuat Wendy merasa bingung. Pasalnya, selama ini, Wendy tidak pernah membagikan nomornya pada siapapun, kecuali orang penting dan kepercayaannya.
+8213062013
Apa kabar Wendy Son?
Ku harap kamu tidak melupakan ku.
JIH❤️
Deg!
Wendy membeku, membaca pesan singkat dari seseorang yang sangat dikenalnya.
"Jung Il Hoon?" Desisnya pelan.
Namun, beberapa orang yang ada didekatnya mendengar dengan baik, nama yang disebut Wendy.
"Siapa? Kau tadi menyebut siapa?"
Wendy yang tersadar mengerjapkan matanya pelan, kemudian menatap managernya.
"B-bukan siapa-siapa." Jawab Wendy dengan gugup.
Wendy berdiri dari duduknya. "Aku ganti pakaian dulu. Eoni tunggu dimobil duluan saja."
Setelah itu, Wendy berjalan tergesa keruang ganti. Membiarkan tatapan bingung dan heran dari orang-orang disekitarnya.
*
*
*
Jieun tersentak dari tidurnya, matanya mengerjap pelan, mengingat kejadian terakhir yang menimpanya.
"Terjadi lagi?" Desisnya pelan.
Jieun membangunkan tubuhnya, kepalanya terasa pusing. Kemudian dirinya mengingat sesuatu.
Tangannya secara reflek, meraba lehernya, "Masih utuh." Ucapnya lirih merasa lega.
Ditebahnya bajunya yang kotor karena debu. Kemudian tubuhnya berjalan dengan sedikit sempoyongan.
"Selalu berakhir dirumah ya?" Ujarnya sedih.
"Jeon Jung Kook, harusnya kita tidak bertemu lagi."
Jieun menangis sedih, mengingat pertemuannya dengan Jungkook. Merasa belum siap untuk bertemu. Apa lagi, mengingat keadaannya.
Seorang pelacur.
Jieun menatap pantulan dirinya didepan cermin. Tersenyum miris sembari memandangi tubuhnya. Tubuh kotornya yang sudah tidak suci lagi.
Flashback on~
"Hiks... Hiks... Hiks..." Jieun menangis sesenggukan. Mengingat kejadian naas yang menimpanya.
Dirinya yang kotor dan hina. Harusnya mati saja.
Hidup sebatang kara, tidak ada siapapun yang bisa menjadi tempatnya mengadu.
Bahkan satu-satunya sahabat yang dimilikinya telah mengkhianatinya.
"Kenapa kamu begitu tega, Wendy? Apa salahku?" Ujarnya lirih.
Tangannya memukul tubuhnya berkali-kali tidak perduli jika tubuhnya terluka sekalipun. Karena dia sendiri merasa jijik dengan keadaannya sekarang.
"Lebih baik, aku mati saja!"
Flashback off~
Jieun menggelengkan kepalanya. Air matanya bahkan semakin deras. Dadanya terasa sesak.
"Hidupku hancur, dan itu semua karena Jungkook yang menolak Wendy, dan Wendy yang terobsesi akan Jungkook." Desis Jieun tajam.
Kemudian matanya menatap mata lain yang menatapnya iba.
"Jadi, haruskah aku melenyapkan salah satu diantara mereka?"
Jieun tersenyum mendengar pertanyaan dari pemilik mata lain itu. "Jangan bodoh! Aku tidak mau, membuatmu menjadi mahluk yang jahat."
"Lalu, aku harus bagaimana? Agar kau melupakan masa laluku yang kelam itu?"
Sekali lagi, Jieun tersenyum dari tangisnya. "Tetaplah berada di sisiku. Jangan pernah mencoba kabur. Atau aku akan lenyap."
"Tentu, aku akan selalu berada di sisimu. Sebagai balas budiku, karena kau dengan suka rela menolongku."
Jieun mengangguk. "Pergilah! Mereka mungkin mencarimu."
"Kau mengusirku?"
Jieun menatap datar, "Ya! Aku butuh waktu sendiri. Jadi pergilah."
"Hm, aku pergi. Panggil aku, jika kau membutuhkan bantuan ku."
Jieun mengangguk mengerti. Memejamkan matanya sebentar, dan seketika dia merasa kesepian.
"Ini memang duniaku yang sesungguhnya."
*
*
*
Jungkook terduduk dengan lesu dibangku taman. Matanya memerah akibat terlalu lama menangis.
"Ya! Bukankah itu Jeon Jung Kook?"
Jungkook yang mendengar namanya disebut, mengangkat kepalanya. Menatap beberapa gerombolan gadis remaja yang membicarakannya.
Segera, Jungkook menghapus air matanya. Dan berdiri meninggalkan tempatnya. Sebelum keributan menjadi.
*
*
*
Hoseok mengetuk-ngetuk jarinya pelan dimeja, dengan sesekali bersenandung. Menulis beberapa lirik lagu yang dirasa cocok.
Tok!
Tok!
Tok!
Hingga suara ketukan pintu membuat konsentrasinya buyar. Hoseok menggerutu kesal, sembari berjalan kearah pintu.
Terkejut, mendapati Jungkook yang dalam keadaan kacau berada didepan pintu kamarnya.
_
Hoseok masih diam, bahkan selama satu jam Jungkook yang berada dikamarnya tidak membuka mulutnya untuk berbicara.
"Kau punya masalah? Cerita lah!" Minta Hoseok penuh pengertian.
Jungkook tersenyum miris. "Hyeong aku bertemu dia. Maksutku, gadisku. Jieun Noona ku."
Hoseok membulatkan matanya, kemudian menatap Jungkook dengan serius.
"Kau yakin?" Tanyanya penasaran.
Jungkook mengangguk kecil, kemudian matanya terpejam, merasakan setetes air mata jatuh menggenangi pipinya.
"Lalu, apa yang kau tangisi? Kau bahkan sudah bertemu dengannya bukan? Harusnya kau senang."
Jungkook tersenyum miris, mendengar ucapan Hoseok.
"Ya! Harusnya aku senang. Tapi, aku sedih, ketika Jieun Noona menolak keberadaan ku. Dia bahkan berlari menjauh, seolah aku adalah sumber masalah untuknya." Terang Jungkook dengan sedih.
Hoseok yang mengerti, hanya mampu mengelus punggung Jungkook. "Kalau begitu, kau hanya harus lebih berusaha lagi, Jeon Jung Kook. Jangan menyerah."
Jungkook tersenyum mendengar semangat dari Hyeong nya.
*
*
*
Yoongi masih mencoba mengerti, tentang kejadian dimana Jieun menghilang.
"Aku tidak tahu, siapa gadis itu. Tapi, dari mana dia mendapatkan kekuatan itu?"
Yoongi menengadah keatas menatap jutaan bintang diatas langit malam.
"Kau kenapa Hyeong?"
Yoongi menoleh kearah Taehyung yang sudah berdiri dibelakangnya.
"Tidak ada." Jawab Yoongi singkat.
Yoongi sebenarnya masih merasa kesal dengan Taehyung. Mengingat pembicaraan terakhirnya.
"Kenapa kau disini?"
Taehyung menggedikkan bahunya acuh. "Sedari tadi, aku sudah disini. Kau saja yang tidak sadar."
Yoongi mengerutkan keningnya. Mendengar jawaban Taehyung.
"Benarkah?"
Taehyung mengangguk dengan wajah datarnya.
"Ada masalah?"
Yoongi menggeleng. "Jangan berbohong."
Yoongi mendengus mendengar sindiran dari Taehyung.
"Berhenti ikut campur." Jawab Yoongi sinis.
"Ya! Selama itu tidak membahayakan keberadaan kita." Jawab Taehyung tak kalah sinis.
Yoongi menatap Taehyung tajam. Kemudian memilih pergi tanpa mengucap sepatah katapun.
Karena jika dia menjawab, semuanya tak kan langsung berhenti. Malah akan menjalar kemana-mana.
*
*
*
Wendy bergerak gelisah diatas tempat tidurnya. Matanya tak mau terpejam, sekalipun dia merasa lelah.
Pesan dari Ilhoon lah yang membuatnya merasa gelisah.
"Kenapa dia harus kembali, disaat seperti ini?"
Wendy mengusap wajahnya pelan. Mengingat perjanjian kerja sama antara dia dengan Ilhoon.
Flashback on~
"Kau yakin akan melakukan apapun, asal aku membuat sahabatmu itu menjauh?"
Wendy mengangguk ragu, mendengar ucapan Ilhoon.
"Kau nampak ragu, Wendy Son."
Wendy mengerjap, kemudian menggeleng tegas, jika dia tidak merasa ragu sedikitpun.
"Baiklah, kalau begitu. Kau harus mau tidur dengan ku, temani aku malam ini."
Wendy terkejut, mendengar permintaan Ilhoon. Oh! Dia lupa, Ilhoon adalah orang yang licik.
"Kalau kau tidak mau, maaf saja. Aku tidak akan membantumu. Dan aku akan menemui sahabatmu, mengatakan semua rencanamu."
Wendy menegang, mendengar ancaman Ilhoon.
Tidak ada pilihan lain, selain menuruti permintaan pria licik dihadapannya.
"Dengan syarat, setelah kau membuat Jieun Noona menjauh dari Jungkook."
Ilhoon tersenyum puas. Dengan kemudian menuruti permintaan Wendy.
"Tentu."
Flashback off~
"Sialan! Harusnya aku tak pernah bekerja sama dengan pria licik itu."
Wendy mengumpat kesal. Jika mengingat perjanjiannya dengan Ilhoon.
"Sekarang, aku harus bagaimana?"
*
*
*
Suara alunan musik menggema ditelinganya. Gadis berparas cantik itu berjalan dengan sedikit meliukkan tubuhnya.
"Ah! Aku tidak tahu, jika dia secantik itu."
"Eeeiiiiiy, dasar bodoh. Kemana saja kau, sampai tidak sadar jika dia memang cantik?"
Gadis itu mengerling nakal, ketika mendengar ucapan beberapa pria yang dilewatinya.
-
Sudah lebih dari 30 menit, Yoongi memperhatikan gadis diujung ruangan tersebut. Gadis yang sejak tadi diperhatikannya bahkan saat melangkah masuk dan duduk ditempat favoritnya.
"Jadi, haruskah aku membelinya agar dia berhenti keluar masuk club?"
Yoongi terus memperhatikan, bahkan saat gadis itu berjalan bersama seorang pria.
Mata Yoongi menajam, melihat tangan pria disamping gadis itu bertengger mesra dipinggang ramping gadis itu.
"Sialan!"
Saat itu juga, Yoongi mengubah dirinya dalam bentuk tak terlihat, mengikuti gadis dan pria tersebut dengan perasaan kalut.
Yoongi menatap sebuah pintu yang bertuliskan Privat Room membuat Yoongi dengan perasaan kesalnya menembus pintu didepannya.
Yoongi membulatkan matanya ketika melihat gadis itu tersenyum penuh kemenangan setelah sipria ambruk tak sadarkan diri.
Kemudian gadis itu memanggil wanita lain yang kebetulan juga ada didalam ruangan itu.
"Lakukan seperti biasa. Pergi setelah melakukannya."
Yoongi mengernyit ketika mendengar ucapan gadis tersebut.
Yoongi masih tetap mengikuti gadis tersebut. Hingga gadis itu terduduk ditempatnya kembali. Menatap kumpulan orang-orang yang sudah mabuk melakukan hal-hal yang tak senonoh.
Dan saat itu juga, Yoongi melihat setetes air mata jatuh dari mata indah milik gadis dihadapannya.
"Aku lelah."
*
*
*
Rabu, 30 September 2020
20:02