Chapter 10.

Saat ini Jin Woo sedang berada di sebuah restoran di daerah Gangnam. Ia sedang mengikuti pesta penyambutan bagi dirinya. Semua orang tampak bersenang senang dan mengobrol satu sama lain sambil meminum bir yang mereka pesan.

Kalau Jin Woo perhatikan, tidak jauh dari tempat ia duduk sekarang, ia melihat seorang wanita muda. Rambutnya diikat kebelakang dan memiliki wajah yang masih bisa dikategorikan cantik. Merasa sedang diperhatikan, polisi wanita itu segera menoleh ke arah Jin Woo. Jin Woo yang terkejut pun segera mengalihkan pandangannya.

Tidak sengaja kepala polisi, melihat hal itu dan langsung berdiri dan meminta perhatian dari rekan rekannya sebentar.

"Nah kita akan perkenalkan diri dan posisi kita kepada anak baru kita."

Masing masing pun memperkenalkan diri mereka. Kini tiba giliran polisi wanita tersebut tetapi polisi wanita itu bukan memperkenalkan dirinya, ia malah asik menuangkan soju dari botol ke gelas. Semua orang yang hadir disana menatapnya penuh tanya, seolah olah mereka sedang mengintrogasi seorang penjahat.

Sadar akan hal tersebut, polisi wanita itu memandang sekelilingnya. Ia menatap heran pada rekan rekannya.

"Ya! Cepat perkenalkan dirimu!" kata salah seorang yang ada disana.

"Wae(Kenapa)?"

"Ah, mulai lagi." Min Sook yang duduk disebelah Jin Woo berkata sambil menghela nafas.

"Apa yang dimulai?" tanya Jin Woo heran.

"Namanya Lee Ma Rin, dia itu jabatannya detektif sama seperti aku dan kau. Tapi sayangnya dia sangat suka melamun dan sedikit aneh." bisik Min Sook.

Jin Woo mengangguk anggukkan kepalanya sambil mengambil daging sapi dari atas panggangan.

"Saya rasa hal itu tidak diperlukan lagi karena Min Sook telah melakukannya untuk saya. Betulkan Min Sook ssi(kata yang menunjukkan rasa hormat bagi orang yang baru pertama ditemui atau tidak terlalu dekat)?."

Min Sook yang sedang meminum birnya pun tersedak dan mengangguk dengan pasrah. Jin Woo yang melihat hal itu pun langsung mengerti kenapa polisi wanita itu dibilang aneh.

'Menarik. Aku jadi ingin tau tentang dia lebih lagi.'

Selama sisa waktu, Jin Woo terus saja memperhatikan Lee Ma Rin. Dari gerak geriknya Jin Woo merasa kalau Lee Ma Rin ini memiliki sebuah rahasia. Sampai pada akhirnya acara tersebut pun selesai.

Satu persatu dari mereka pun mulai meninggalkan tempat itu, termasuk Jin Woo dan juga Ma Rin. Jin Woo terus berjalan menuju apartemen yang baru ia sewa. Entah mengapa ia merasakan seseorang mengikutinya dari halte bus sampai sekarang.

Daripada terus termakan pikiran anehnya, Jin Woo memutuskan untuk berbalik dan melihat ke belakang. Ada seorang wanita di belakangnya sedang mengikutinya berjalan. Semakin lama semakin cepat. Jin Woo kemudian segera berbalik lagi dan merasa kalau Ma Rin sengaja ingin berbicara berdua dengan dirinya.

'Memang ya, jadi orang tampan itu agak sedikit merepotkan.' sambil berkata begitu Jin Woo sedikit merapihkan rambutnya dengan tangan dan tanpa menggunakan kaca.

Langkah Ma Rin pun terdengar semakin jelas, Jin Woo yang hampir selesai merapihkan rambutnya pun segera berbalik. Tapi alangkah terkejutnya Jin Woo ketika Ma Rin terus saja berjalan melewati dirinya.

'Salah aku menduga, ternyata dia sama sekali tidak mengikutiku dan tidak ingin berbicara denganku.'

Akhirnya, karena Jin Woo penasaran dengan Me Rin akhirnya ia memutuskan untuk mengjentikan langkah Ma Rin.

"Ya, Lee Ma Rin. Berhenti disana!"

Merasa namanya dipanggil, Ma Rin pun menghentikan langkahnya dan segera berbalik dan menghadap Jin Woo. Entah mengapa setelah Ma Rin menghapnya dengan sorot mata heran, Jin Woo malah  tidak bisa berbicara karena gugugup.

"Kim Jin Woo ssi, apa yang anda ingin tanyakan?"

"Yah- itu... Kau sengaja mengikutikukan?"

Ma Rin pun tersenyum, lalu menghampiri Jin Woo.

"Tidak. Saya tidak mengikuti anda saya ingin pulang ke rumah dengan cepat karena ada acara televisi yang sedang ingin saya tonton." jelas Ma Rin panjang lebar.

Jin Woo dibuat terdiam oleh perkataan Ma Rin.

"Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, saya permisi."

Ma Rin pun berjalan meninggalkan Jin Woo yang sibuk sendiri dengan pikirannya. Ia sama sekali tidak menyangka jika ia dan Ma Rin akan tinggal di satu lingkungan yang sama. Menit berikutnya ia langsung mengacak mgacak rambutnya sendiri karena malu.

"Aish... Kenapa tidak terpikirkan oleh ku? Aku jadi mempermalukan diri sendiri. Aish."

***

Keesokkan harinya di kediaman keluarga Han, disalah satu kamarnya terdengar sebuah suara teriakkan dan juga suara barang barang berbenturan satu dengan yang lain. Yoo Mi yang baru saja selesai lari pagi segera menghampiri sumber suara tersebut yang asalnya dari kamar Yeon Joo, adiknya.

Ketika membuka pintu kamar tersebut, alangkah terkejutnya Yoo Mi mendapati kamar adiknya yang tampak berantakkan seperti kapal pecah dan pemilik kamarnya baru saja keluar dari kamar mandi sambil merapihkan rambutnya. Yoo Mi yang melihat itu hanya bisa tersenyum tipis melihat kelakuan adiknya yang tidak jauh berbeda dengan dirinya.

"Butuh bantuan."

"Oh, eonni."

Yoo Mi pun segera masuk dan mulai merapihkan pakaian Yeon Joo yang berserakan diatas tempat tidurnya.

"Eonni ingin bicara denganmu, apa bisa?"

Yeon Joo pun berbalik dan segera menyambar tas punggung yang ada di meja belajarnya.

"Ini tentang Ayah."

Yeon Joo langsung menghentikan segala aktivitasnya dan terdiam. Yoo Mi menduga bahwa Yeon Joo mengalami trauma sejak kematian Ayah mereka yang terkesan begitu tiba tiba. Yoo Mi segera menghampiri adiknya dan segera membenamkan wajah adiknya yang sudah basah karena air mata ke dalam dekapannya.

"Mianhae, eonni membahas ini pagi pagi."

Mendengar perkataan Yoo Mi membuat Yeon Joo menangis lebih keras dan Yoo Mi pun menepuk nepuk punggung adik tercintanya itu. Setelah dirasanya Yeon Joo agak tenang barulah Yoo Mi mengutarakan maksudnya, akan tetapi ia melihat jam sudah menunjukkan jam 8 kurang 15 menit. Diurungkannya niatnya itu dan menyuruh Yeon Joo untuk cepat berangkat.

***

Saaat tiba di sekolahnya, Yeon Joo sangat ceria. Teman temannya pun heran akan perubahan mood Yeon Joo yang tiba tiba. Ae Ra dan So Hee pun menghampiri Yeon Joo dan menanyakan apa sebab dari senyum Yeon Joo saat ini. Pada saat itu juga muncullah In Ho yang baru saja tiba di sekolah memotong pembicaraan mereka.

"Yeon Joo ya, akhirnya kau tersenyum lagi. Senang melihat senyumanmu." kata In Ho seraya tersenyum. Entah apa yang terjadi dengan Yeon Joo, ia merasa kalau senyuman In Ho tadi itu sangatlah manis ditambah dengan sinar matahari pagi yang masuk lewat jendela dan menyinari dirinya.

Yeon Joo merasa jantungnya yang serasa akan meledak pun segera pergi berlari menuju toilet untuk menenangkan diri. Ae Ra yang kebingungan dengan sikap Yeon Joo pun segera menyusulnya. So Hee yang sudah mengerti akan situasi itu pun hanya menghela nafas sambil mengangkat sebelah kakinya, melipat kedua tangannya, dan memalingkan pandangannya ke luar jendela.

"Ada apa dengannya? Kenapa saat aku datang dia malah pergi?"

So Hee hanya bisa mengangkat bahunya dan kembali ke tempat duduknya karena bel tanda masuknya pelajaran telah berdering dan Baek sonsengnim sudah datang.

Waktu berjalan amat cepat, tidak terasa mereka akan menghadapi dunia perkuliahan. Semua anak kelas 3 telah berkumpul di aula sekolah. Mereka sangatlah antusias dan juga sedih karena sebentar lagi mereka akan berpisah satu sama lain dan meninggalkan bangku SMA dan menginjak dunia perkuliahan.

Saat acara berfoto bersama, In Ho tampak memperhatikan Yeon Joo dari kejauhan. Ia ikut tersenyum saat mendapati Yeon Joo tersenyum. Hal tersebut dilihat oleh sahabatnya, Min Hyun. Sambil membawa kamera dan buket bunga ia pun mengajak In Ho berfoto.

Ckrek.

"Ya, setidaknya tersenyumlah sedikit. Ini kan foto perpisahan kita!"

"Shireo(tidak mau)! Sudah jangan ganggu aku, aku-"

"Ne, araseo. Aku mengerti, aku pulang duluan. Sampai bertemu lagi."

"Eo, pergilah."

Sesudah itu Min Hyun pergi dengan sedikit mengomel tanpa suara. Tepat pada saat itu juga Yeon Joo langsung menghampiri In Ho dan mengajaknya untuk pulang bersama.

Mereka lebih memilih untuk berjalan kaki dan menghabiskan waktu bersama di kafe sambil memakan pakbingsoo (es krim korea) berdua. Sepertinya Yeon Joo akhirnya mengetahui alasan Min Hyun bertanya ke universitas mana ia akan berkuliah.

"Ya, Yeon Joo kau akan melanjutkan kuliah di universitas K'ARTS?"

"Aniyo. Wae So Hee ya?"

"Apa, jadi kau-"

So Hee pun segera mengacak rambutnya fustrasi meninggalkan tanya bagi Yeon Joo.

"Apa kau tau, siapa yang bertanya?"

"Min Hyun. Waeyo? Tadinya aku ingin melanjutkan kesana namun aku harus mengambil alih perusahaan Ayahku maka dari itu aku pindah ke universitas Yonsei. Apa ada yang salah?"

So Hee menggelengkan kepalanya sambil memijit kepalanya yang berdenyut.

"Kau tau, yang bertanya itu bukanlah Min Hyun melainkan In Ho, sahabat baikmu."

Mendengar hal itu Yeon Joo pun merasa bersalah pada sahabatnya In Ho.

"Yeon Joo ya, wae geurae(ada apa)?"

"Begini, sebenarnya..."

In Ho salah mengira kalau Yeon Joo akan mengatakan perasaannya pada In Ho. Ia malah tersenyum senang, tidak sabaran dengan apa yang ingin dikatakan Yeon Joo.

"Sebenarnya aku tidak jadi kuliah musik tetapi aku sudah mengambil jurusan bisnis di universitas Yonsei."

"Mwo? Jadi kau membohongiku sejak awal?" In Ho marah sekali mendengar hal itu.

"Bukan begitu... Mianhae In Ho ya."

In Ho mengacak rambutnya frustrasi kemudian ia langsung berjalan kearah luar kafe tanpa memperdulikan teriakkan Yeon Joo yang terus memanggil namanya.

***