Chapter 14.

Kemarin, Yoo Mi mendapat sebuah pukulan yang amat menyakitkan untuknya dan juga Yeon Joo. Ia harus menerima fakta kalau adiknya yakni Yeon Joo harus mengalami kebutaan permanen. Yang artinya Yeon Joo tidak dapat melihat keindaahan dunia ataupun bermain alat musik lagi.

Sejak saat itu Yoo Mi sangat terpukul dengan keadaan Yeon Joo. Rasanya ingin sekali memberikan kedua mata miliknya untuk Yeon Joo. Akan tetapi hal itu tidak memungkinkan baginya karena ia masih ingin hidup. Masih banyak yang harus ia lakukan untuk mendiang Ayahnya.

Semakin hari semakin melemah keadaan Yoo Mi. Ia tidak mau makan sampai mengerjakan laporan untuk kantor pun ia tidak memiliki tenaga untuk itu. Sudah seminggu ia seperti ini, keadaannya sangat memprihatinkan. Baginya, Yeon Joo merupakan dunia kedua baginya. Adiknya itu sangat periang, keadaan rumah pasti sangat sepi jika tidak ada sosok Yeon Joo.

Setelah beberapa hari dirawat, Yoo Mi akhirnya diperbolehkan untuk pulang. Dan sejak saat itu pula Yoo Mi selalu menghabiskan waktunya dikantor. Ia sengaja menyibukkan diri untuk melupakan urusan Yeon Joo sejenak.

Saking sibuknya ia dengan pekerjaannya, ia sampai melewatkan waktu makan. Jin Woo yang diam diam selalu memperhatikan kegiatan mantannya itu, menjadi merasa sangat iba pada Yoo Mi. Mau tidak mau ia harus menunjukkan wajah dan mengajakknya untuk makan siang di restoran terdekat.

Yoo Mi dan Jin Woo makan di salah satu rumah makan sup tulang sapi dekat kantor. Setelah memesan 2 mangkuk sup tulang sapi, mereka menunggu pesanan dalam diam. Jin Woo bingung harus memulai dari mana. Suasana ini mengingatkannya pada saat mereka belum berpacaran dulu.

Jin Woo pun akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara, tepat pada saat yang bersamaan Yoo Mi pun juga membuka mulutnya. Keduanya pun terdiam sesaat.

"Kau duluan saja, Yoo Mi ssi."

Yoo Mi sedikit terbatuk, "Kau saja yang makan, aku sedang sibuk."

Yoo Mi pun segera berdiri untuk meninggalkan Jin Woo. Akan tetapi Yoo Mi kalah sigap, sehingga sebelah tanggan Yoo Mi berhasih Jin Woo raih dan menahannya untuk tidak pergi.

Ternyata dari kejauhan ada In Ho yang tidak sengaja melihat mereka dan In Ho mengira kalau Yoo Mi adalah Yeon Joo. Panaslah hati In Ho. Ia sama sekali tidak terpikirkan bahwa orang yang dilihatnya bukanlah Yeon Joo melainkan Yoo Mi, Kakak kandung Yeon Joo.

"Yoo Mi ah, kau harus makan agar bisa merawat Yeon Joo karena saat ini hanya kau satu satunya yang dimiliki olehnya."

Mendengar kata kata Jin Woo membuat butiran kristal jatuh di pipi Yoo Mi. Segera Yoo Mi memeluk tubuh Jin Woo, menumpahkan segala kesakitan yang ia rasakan. Jin Woo yang menerima perukan itu pun perlahan membelai helai demi helai rambut lurus Yoo Mi. Setelah Yoo Mi agak tenang, Jin Woo menyodorkan segelas air untuknya.

"Kau tenang saja, masalah Ayahmu dan kecelakaanmu. Biar aku yang mengurus itu semua."

In Ho yang menyaksikan hal itu membuat raut wajahnya seperti orang menahan amarah sambil mengepalkan tangan kemudian berjalan pergi dengan amarah di hatinya.

Yoo Mi terdiam beberapa saat, "Tolong kau lakukan itu dan juga tolong jaga Yeon Joo saat aku tidak bisa."

Jin Woo sempat bingung dengan perkataan Yoo mi tapi ia tidak ingin bertanya lebih jauh lagi karena ia tidak mau menyakiti perasaannya lebih dalam lagi.

***

Keesokkan malamnya, Yoo Mi hendak pulang dari kantor. Ia lebih memilih untuk berjalan kaki, alasannya simple ingin menghirup udara malam. Tetapi sebenarnya ia ingin mengenang masa masa dimana dirinya bersama dengan Yeon Joo waktu Yeon Joo masih dapat melihat.

Ia berjalan terus, tidak terasa ia hampir sampai di rumahnya. Saat hampir sampai, ia berjalan sambil menunduk lalu ada seseorang yang menghalangi jalannya. Lalu ia segera melihat orang itu.

"Kau sudah makan?" Jin Woo berkata sambil menghalangi jalan Yoo Mi.

Jin Woo sengaja menunggu Yoo Mi di sini. Biar bagaimana pun juga, Yoo Mi pernah menjadi bagian penting dari hidup Jin Woo. Oleh karena itu Jin Woo ingin memastikan keadaan Yeon Joo baik baik saja.

"Ne(Iya/Sudah). Ada apa mencari aku?" kata Yoo Mi sambil melirik jam tangannya.

"Aku hanya mencemaskan keadaanmu."

"Malam malam begini?" tanya Yoo Mi.

Jin Woo hanya tersenyum sembari menggaruk garuk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Dalam hatinya, Yoo Mi merasa bahagia ternyata Jin Woo masih memperhatikan dirinya, bahkan sesudah mereka putus. Mereka pun berjalan beriringan sampai rumah Yoo Mi.

Dalam perjalanan, Jin Woo banyak melontarkan lelucon lelucon yang konyol. Tanpa Yoo Mi sadari, ia tertawa mendengar lelucon Jin Woo.

"Aku senang akhirnya kau bisa tertawa lagi."

Mendengar ucapan Jin Woo, Yoo Mi pun menjadi salah tingkah dibuatnya. Ia pun sedikit berdehem hanya untuk menetralkan suasana. Seketika suasana mulai menjadi canggung kembali. Tidak terasa mereka pun sudah sampai di depan rumah Yoo Mi.

"Sudah sampai. Terimakasih sudah mengantarku. Aku masuk dulu."

Jin Woo menahan tangan Yoo Mi dan maju satu langkah untuk memeluk Yoo Mi dari belakang.

"Berbahagialah Yoo Mi ssi, kau pantas untuk bahagia."

Setelah mendengar itu Yoo Mi pun segera melepaskan rangkulan Jin Woo dan masuk ke dalam rumahnya. Sebelum pergi Jin Woo memastikan keadaan aman barulah ia pergi.

Malam semakin larut, waktu menunjukkan pukul 00.00 tengah malam. Yoo Mi tidak bisa mejamkan matanya untuk tidur. Pikirannya selalu terarah pada Yeon Joo, entah kenapa memikirkannya saja membuatnya gelisah.

Akhirnya ia memutuskan untuk pergi keluar kamar untuk mengambil segelas air. Yoo Mi pikir mungkin segelas air putih hangat dapat memberikan ketenangan pada perasaannya. Ia pun segera menuju dapur untuk memenuhi keinginannya.

Saat menuju ruang makan, Yoo Mi sempat melihat bayangan seseorang yang melintas di halamam melalui jendela kamarnya. Ia mengabaikannya karena ia berpikir ia sedang berhalusinasi karena tidak dapat tidur. Ia pun berjalan menuju ruang makan untuk minum.

Setelah memuaskan rasa dahaganya, ia menaruh kembali gelas ke meja. Pada saat itu menaruh gelas, ia mendengar seperti suara pintu dicungkil. Mendengar itu Yoo Mi makin penasaran, ia segera menuju ke kamarnya untuk mencari telepon genggam miliknya.

Namun sayangnya ia tidak menemukannya di mana pun. Entah sejak kapan penjahat itu berhasil masuk, tiba tiba saja penjahat itu sudah berdiri dibelakang Yoo Mi.

"Lama tidak berjumpa, Han Yeon Joo." sambil tersenyum licik ia menyapa Yoo Mi yang ia kira Yeon Joo.

'Han Yeon Joo? Dari mana ia bisa mengetahui nama adikku? Lama tidak berjumpa? Jadi Yeon Joo kenal dengan penjahat ini?'

Begitu banyak pertanyaan yang muncul pada pikiran Yoo Mi, sampai ia tidak begitu memperhatikan pertanyaan yang dilontarkan oleh penjahat itu. Karena pertanyaannya tidak kunjung dijawab, maka ia memukul wajah Yoo Mi.

Yoo Mi yang merasa kesakitan hanya bisa memegangi sebelah pipinya yang memerah bekas pukulan. Air mata pun membasahi pipinya, seumur hidupnya belum ada yang memukulnya. Bahkan orangtuanya sendiri.

"Sakit? Itu juga yang aku rasakan waktu kau menolakku dulu."

Penjahat itu lalu melepas masker yang ia kenakan dan bertanya sekali lagi pada Yoo Mi dan sekali lagi ia menggelengkan kepalanya. Penjahat itu pun bertambah marah akibat ulah Yoo Mi. Lalu ia mengeluarkan sebilah pisau dan mengarahkannya ke arah leher Yoo Mi.

"Sekali lagi aku bertanya apa kau mengenalku?"

Tetapi Yoo Mi menggeleng perlahan, membuat kesabaran penjahat itu habis kemudian ia segera melayangkan pisaunya. Tepat pada saat itu Yoo Mi pun mengatakan yang sebenarnya. Tapi terlambat, pisau telah menggores tepat pada leher Yoo Mi dan darah segar pun mulai mengalir keluar.

Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Yoo Mi menjelaskan semuanya pada penjahat itu. Tidak lama kemudian, ia menghembuskan nafas terakhirnya. Penjahat itu pun jatuh terduduk disebelah Yoo Mi. In Ho tidak menyangka telah salah membunuh orang.

***

Jin Woo langsung keluar tanpa mematikan mesin mobil begitu ia tiba di depan rumah Yoo Mi. Tadi ia sedang meminum secangkir kopi paginya di kantor sambil iseng iseng melihat siaran pagi televisi. Televisi tersebut sedang menayangkan sebuah berita terkini. Sebuah kasus pembunuhan dan Jin Woo hendak mematikan televisi tersebut.

Pada saat jarinya hendak menekan tombol off, pembawa berita itu memberitakan inisial korban dan lokasi terjadinya pembunuhan itu. Ia sangat terkejut mendengar hal itu dan Jin Woo segera menuju rumah Yoo Mi tanpa memperdulikan panggilan dari atasannya.

Maka disinilah ia sekarang, saat hendak masuk Jin Woo ditahan oleh beberapa polisi yang berjaga di depan. Untungnya yang mengatasi kasus ini adalah seniornya dulu di kampus dan ia diizinkan masuk dengan catatan ia tidak boleh menyentuh benda benda apapun.

Jin Woo berkata kepada seniornya, jika tangannya diborgol saja dari pada ia akan merusak TKP. Hyo Ra menyetujui ide tersebut dan ia segera memborgol kedua tangan Jin Woo dan membawanya masuk ke dalam.

Ketika sudah sampai di dalam, Jin Woo melihat tubuh kaku seorang gadis yang bersimbah darah terbaring kaku dilantai rumah. Jin Woo yang melihat itu langsung menangis sekaligus merasa mual. Ia tidak sanggup melihat gadis yang ia cintai telah pergi untuk selamanya. Lebih lebih dengan kondisi mengenaskan seperti itu.

Hyo Ra segera menghampiri Jin Woo yang sedang menangis lalu membuka borgol yang mengikat tangan Jin Woo. Begitu borgol telah terlepas, ia segera meninju tembok yang ada di hadapannya.

"Bodoh, bodoh kau Jin Woo kenapa kau meninggalkan Yoo Mi sedirian."

Mendengar itu Hyo Ra langsung menduga bahwa ini ada kaitannya dengan Jin Woo. Jadi, Jin Woo langsung diintrogasi ditempat. Setelah diintrogasi secara singkat, Jin Woo merasakan bahwa ada sesuatu yang aneh. Laki laki yang memata matai mereka saat ia dan Yoo Mi sedang makan di restoran dekat kantor Yoo Mi.

Jin Woo mengepalkan kedua tangannya sambil berkata, "Aku pastikan kau akan membayar apa yang telah kau lakukan."

***