Prolog

Di sebuah hutan dengan pohon-pohon willow yang menjulang tinggi terdapat banyak satwa yang indah dan mereka hidup bahagia di tempat itu.

Tetapi setiap harinya, selalu saja ada penggangu yang ingin merusak keindahan mereka.

Seperti sekarang, seorang pria terlihat tengah mencoba untuk memanah seekor rusa yang sedang tenang memakan rumput.

Merasa arah panahnya sudah tepat ke rusa, pria itu kemudian melepaskan tali busur dan membiarkan anak panah tadi melesat menuju sasarannya.

Tetapi tanpa dia duga datang anak panah dari arah lain dan menghancurkan anak panah pria itu, juga membuat rusa tadi melarikan diri.

"Siapa kau?" pria itu mencari disekelilingnya tetap nihil, hutan itu terlalu sunyi seharusnya satu gerakan saja dapat dia dengar tetapi sekarang tidak ada satupun suara yang muncul.

Pria itu kembali dikejutkan oleh datang anak panah lain dari arah belakang, untung saja dengan cepat dia menyadarinya atau malaikat kematian akan menjemput saat itu juga.

"Berhenti menjadi pengecut dan tunjukkan dirimu!" Ujar tegas pria itu masih terus siaga.

"Bila aku keluar lalu apa yang ingin kau lakukan? Membunuh ku?" Suara lembut dan tenang muncul dari balik pohon, suara itu berhasil mengangetkan pria tadi, dia tidak menyangka bahwa yang menantangnya adalah seorang wanita.

Pria tadi kembali bersuara, "tunjukkan siapa kau kita perlu bicara." Dia menatap kepohon tempat suara lembut tadi muncul.

Tiba-tiba saja dari atas pohon itu turun seorang wanita muda dengan surau perak memandangnya sengit.

Wanita itu memegang sebuah pedang di tangan kanannya dan busur panah di tangan kirinya.

"Sekarang kau sudah melihatku, lalu sekarang apa yang ingin kau lakukan," ujar wanita bersuara lembut tapi tetap ketus, masih dapat terlihat ketidaksukaannya kepada pria itu.

"Apakah ini tidak termasuk wilayah kerajaan Calchas?" pertanyaan pria itu lantas membuat sang wanita itu kebingungan.

Wanita itu memiringkan kepalanya menatap pria itu, "Calchas? Kerajaan seberang?"

"Kurasa aku telah melewati batas kerajaan, maafkan aku." Pria itu berbicara seraya memberikan hormat.

"Perkenalkan aku Deondre Aegisthus putra mahkota dari kerajaan Calchas."

Sedangkan gadis bermata biru tadi hanya menatap datar pangeran didepannya.

"Lalu siapakah anda?"

"Willow, kerjaan Armory?" jawab gadis dengan nama willow itu.

"Sepertinya itu bukan nama asli anda...."

"Tidak penting namaku, yang terpenting sekarang kau pergi dari wilayahku, atau aku akan memanggil para serigala untuk mencabik-cabik wajah tampanmu," potong lady willow menujuk tepat ke wajah deon.

"Wah-wah putri willow anda terlalu kasar, apakah anda sedikit santai berbicaranya."

Tanpa menjawab willow mengacungkan ujung pedangnya ke depan wajah deon.

"Baik-baik putri willow, saya akan pergi tapi bolehkah saya kembali lagi besok?" Pertanyaan itu kembali menaikkan emosi willow dan kembali mengacungkan pendangnya yang sempat dia turunkan.

"Saya tidak akan membunuh hewan-hewan disini ataupun merusak tanaman, saya hanya ingin mengobrol dengan anda."

"Aku tidak memiliki waktu untuk itu, masih banyak tempat yang harus ku pantau, jadi jangan menganggu pekerjaanku," jawab willow memasukan kembali pedangnya kemudian melompat naik keatas pohon dan pergi menjauh dari posisi deon berada.

"Aku akan kembali lagi."

Willow masuk kedalam kerajaan dan berjalan menuju ke kamarnya.

"Dari mana malam-malam begini baru pulang?" tanya seorang wanita paruh baya dengan pakaian khas ratu kerajaan, disampingnya terdapat seorang gadis yang sangat mirip dengan willow.

"Hutan."

"Dari pada tinggal disini kenapa kau tidak tinggal dihutan saja, lebih pantas untukmu," ujar gadis yang sangat mirip dengan willow.

"Jaga bicaramu Celandine." Wanita paruh baya itu menenggur gadis itu, dan gadis itu hanya mendengus kesal.

"Celandina tidak baik keluar malam sampai larut seperti ini, nanti takutnya malah terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan."

"Jangan khawatir bu, aku bisa menjaga diriku sendiri, aku ahli pedang dan panah terbaik di kerajaan ini mana mungkin ada yang berani menyakitiku," jawab celandina tersenyum tipis kemudian masuk kedalam kamarnya.

Celandina dan Celandine anak kembar dari kerajaan armory yang seharusnya salah satu dari mereka tiada, tetapi keputusan raja yang menentang peraturan kerajaan membuat mereka berdua masih bisa bersama.

Sudah sejak lama kerajaan armory memegang kepercayaan bahwa anak kembar akan membawa bencana untuk kerajaannya, banyak yang menentang keputusan raja yang mempertahankan anak kembar mereka.

Oleh karena itu kerajaan memutuskan jalan lain membiarkan anak kembar itu tetap bersama tetapi salah satu dari mereka dilarang menujukkan dirinya.

Dan Celandina lah yang dipilih untuk menjadi bayangan kembarannya, dan dilarang untuk keluar dari kerajaan.

Berbeda dari kembarannya celandina harus belajar sendiri diistana sesekali raja membantu sang anak kesayangannya belajar.

Dibandingkan belajar berdansa celandina sejak kecil sudah berlatih pedang dan memanah bersama raja, keahliannya dalam menggunakan pedang dan memanah secara bersamaan membuatnya semakin disayang oleh raja, hingga sering ikut raja bertempur di medan perang.

Dan memberikan keringanan dengan mengizinkan dia untuk keluar pada malam hari.

Hal itu menimbulkan rasa benci dari kembarannya karena merasa dinomor duakan oleh ayahnya

Didalam kamarnya Celandina yang telah selesai membersihkan diri berjalan menuju koridor kamar, dia menatap kearah bulan yang sinarnya telah menerangi seluruh koridor kamarnya, kemudian dia tersenyum.

"Sudah cukup untuk hari ini," gumamnya lalu masuk kembali kedalam kamar dan memutuskan untuk tidur.