"Apa Raina udah keterlalulan banget yaa? Kak Revan sampai ngebentak Raina tadi, padahalkan Raina ndak tau apa-apa. Hiks, hiks, Raina emang udah nakal banget yaa, Raina udah buat semua ikan hias kesayangan mama mati." Ucap Raina dengan nada lirih.
Devano yang melihat gadis itu sedang menangis pun berusaha untuk menghiburnya.
"Kamu gak salah sayang, mungkin aja maksud Revan bentak kamu tadi itu supaya lain kali kamu bisa bersikap sedikit lebih dewasa," ucap Devano, pipi Raina memerah seketika saat Devano memanggilnya sayang.
"Emang Raina kekanakan banget yaa?apa, kak Revan marah karena ndak suka sama sikap kekanakan Raina ini?" Tanya Raina, dengan kepala yang terus menunduk.
"Nggak kok, buktinya aku bisa suka sama kamu." Blush, pipi Raina semakin bersemu merah.
"ihhh, Devano kok gitu kan Raina jadi malu." Ucap Raina menutupi wajah nya dengan kedua telapak tangannya. Ingatan Raina tertuju saat dua hari yang lalu, saat itu Raina baru saja menyelesaikan hukumannya.
Devano tiba-tiba datang dan memberikannya sebuah cincin berlian yang sangat cantik. Devano melamarnya secara tiba-tiba di hadapan kedua orang tuanya.
"Hahaha, makanya kamu jangan nangis lagi dong sayang. Kita keluar sekarang yuk, keluarga kamu sangat khawatir dengan keadaan kamu. Revan juga kelihatan menyesal banget karena udah bentak kamu tadi."
Akhirnya setelah di bujuk oleh Devano, Raina kini mau untuk keluar dari kamarnya dan menemui keluarganya. Revan pun sudah meminta maaf langsung pada Raina.
Dan sekarang, Raina dan Devano tengah berada di suatu pusat perbelanjaan. Tangan Devano yang selalu menggenggam jari jemari lentik milik Raina takut gadis itu hilang katanya.
Devano teringat pesan-pesan yang di sampaikan keluarga Raina sebelum membawa gadis itu pergi, jangan coba-coba melepaskan tangan gadis itu jika tidak ingin dia hilang dan jadilah sekarang tangan mereka saling bertautan.
Raina jelas senang tangannya di gandeng Devano, ini adalah kali pertama Raina merasakan bisa sedekat ini dengan seorang pria selain pria di keluarganya.
"Dev, gimana kalo Raina beliin gelang couple buat Diva?" Tanya Raina dengan mata mengerjab lucu, membuat Devano tersenyum gemas melihatnya.
"Apapun yang kamu beliin, Diva pasti suka sama hadiah yang di kasih kamu sayang." Jawab Devano sambil mengelus kepala Raina dengan lembut.
"Beneran?? Ayo, Raina udah ndak sabar mau belanja hahaha" Raina dengan semangatnya menarik tangan Devano dari satu toko ke toko lainnya untuk mencari barang yang di inginkan.
****
Devano menjadi frustasi melihat wajah Raina yang terus cemberut sejak keluar dari pusat perbelanjaan. Gadis cantiknya itu rupanya tengah cemburu berat.
"Lain kali, kalo Dev jalan sama Raina atau sama siapa aja pake masker aja. Kalo perlu, nanti Raina minta ke papa buat beliin Dev topeng. Raina ndak suka mereka selalu lihatin Dev, Dev kan tunangannya Raina. Cuma Raina yang boleh natap Dev seperti itu, mereka ndak boleh siapapun ndak boleh hiks, hiks, hiks," tuh kan bener, Raina tengah cemburu berat karena saat di pusat perbelanjaan tadi banyak gadis-gadis remaja bahkan wanita dewasa yang memandang Devano dengan tatapan terpesona.
Raina bertambah kesal saat Devano membalas sapaan mereka, belum lagi ada beberapa orang yang mengejek dirinya. Devano yang saat itu izin ke toilet tidak mengetahuinya, jadi lah sekarang Raina ngambek pada Devano.
"Sayang, kenapa aku harus pake masker? Kamu cemburu yaa, iya deh lain kali aku gak bakal senyum sama siapapun selain sama kamu dan keluarga kita. Sekrang kamu jangan marah lagi okay?" Akhirnya Raina menganggukkan kepala nya setuju.
Tidak sulit untuk membujuk Raina, selama itu tidak benar-benar membuatnya sakit hati gadis itu akan sangat mudah untuk memaafkan.
Setelah adegan menangis dan ngambek nya Raina, kini dua sejoli itu sudah berada di rumah sakit besar tempat Diva di rawat saat ini.
"Assalamualaikum," ucap Devano dan Raina saat memasuki ruang rawat Diva.
"Waalaikumsalam," jawab semua yang berada di ruang rawat Diva.
"Devano, kamu udah datang nak ehh ada calon mantu mama ternyata. Ayo, sini Diva dari tadi udah nanyain kamu terus loh." Ucap Sari menyambut kedatangan Devano dan Raina, di dalam ruangan itu bukan hanya mereka ada juga Nadia, Ririn dan Sera mereka adalah sahabat Diva serta Kevin sahabat Devano.
Mereka (Nadia, Ririn, Sera dan Kevin) kaget melihat Devano yang menggandeng perempuan lain. Mereka memang belum mengetahui bahwa Devano dan Raina sudah bertunangan, setahu mereka Devano telah memiliki pacar dan itu bukanlah Raina.
"Hay Diva, aku Raina. Oh iya, tadi Raina dan Dev beliin gelang ini buat Diva. Semoga Diva suka yaa, gelangnya couple loh sama punya Raina." Ucap Raina, memberikan sebuah gelang yang dibelinya tadi kepada Diva.
Dengan senang hati Diva menerima gelang pemberian Raina.
"Makasih ya, aku suka. Kamu seharusnya nggak usah repot-repot. Lihat kamu datang aja aku udah senang, sekali lagi makasih yaa." Ucap Diva, gadis itu terlihat senang dan tak enak hati dalam waktu bersamaan.
"Gak apa-apa dek, oh iya kita gak bisa lama disini kakak takut nanti Raina di cariin keluarganya." Mendengar perkataan Devano, wajah Raina cemberut seketika.
"Dev, kita kan tadi udah izin sama mama papa Raina sama kak Revan juga udah. Kok ngomongnya gitu sihh, Raina masih mau disini. Raina masih mau temenin Diva." Ucap Raina dengan wajah kesal.
"Ehh, bukan gitu maksudnya sayang. Kamu kan harus istirahat juga, kamu lupa tadi habis ngapain di rumah? Kamu juga belum makan apa pun dari pagi, sekarang kita pulang yaa." Bujuk Devano, semua orang yang mendengar perkataan Devano yang sangat lembut serta pengertian pada Raina di buat cengo.
Mereka tau bagaimana pembawaan Devano yang selalu bersikap datar pada siapapun, Devano dulu enggan bersikap lembut bahkan pada mantannya dulu.
"Raina mau makan disini aja, boleh kan Diva? Raina masih belum mau pulang, Raina mau disini aja. Raina bosen di rumah, Raina janji kok ndak bakalan bikin ulah." Ucap Raina mengerjabkan matanya lucu. Semua orang tertawa melihat ekspresi wajah Raina yang menggemaskan.
Tatapan Devano tertuju pada sahabatnya Kevin yang tengah menatap sang gadis dengan tatapan memuja. Pria tampan itu mendengus kesal, membuka jas yang kini sedang di kenakannya lalu menutup kepala sahabatnya dengan jas nya.
"Sayang, sini makan dulu. Janji ya, habis makan kamu jangan bikin ulah dulu." Ucap Devano, mengalah dengan sikap keras kepala Raina. Raina hanya menurut, kembali menganggukkan kepalanya dengan lucu. Menerima suapan demi suapan dari tangan Devano.
Tanpa memperdulikan Sekitar, Raina dan Devano malah asik suap-menyuap makanan. Sari dan Dimas tersenyum bahagia melihat keromantisan keduanya begitupun dengan Diva yang bahagia kakaknya bisa lepas dari cinta palsu wanita jadi-jadian yang sudah membuatnya koma selama berbulan-bulan, berbeda dengan keempat remaja lainnya yang masih melongo tak percaya melihat besarnya perhatian yang di berikan Devano pada Raina.
Mereka masih belum percaya, Raina yang terlihat manja namun cantik dan imut mampu mengubah seorang Devano Putra Nugraha.