12

Qinzo masih saja memperhatikan setiap gerakan yang di lakukan Raina, dari gadis itu yang melakukan kejahilan hingga membuat Bima kesal. Semuanya tidak lepas dari penglihatan Qinzo, namun pria itu tidak menyadari bahwa gerak-geriknya sudah di sadari oleh seseorang.

Raina tau kalo Qinzo selalu menatapnya dan Raina sangat tidak menyukai itu.

"Berhenti natap Raina ihhh, papa ngapain sih dia disini?" Ucap Raina yang sudah tidak tahan dengan Qinzo yang terus saja memandangnya.

Seseorang yang sedari memperhatikan Qinzo tersenyum menterinya saat Raina berkata seperti itu.

Qinzo, Daren terkejut dengan perkataan Raina. Sedang kan Bima sudah sangat tau dengan tabiat Raina tidak suka dipandang orang lain.

"Hahh, maaf ya nak Qinzo anak saya tidak suka di pandang seperti yang nak Qinzo lakukan. Raina sayang, gak baik bicara seperti itu di depan orang yang lebih tua." Ucap Bima memberi nasehat pada Raina. Qinzo tersenyum, mengerti kenapa Raina selalu bersikap ketus padanya.

Raina gadis pertama yang menolak ketampanan dari seorang Qinzo. Qinzo sudah terkenal dengan ketampanan dan ke piawaiannya memikat hati perempuan.

"Papa, kenapa Dev belum hubungin Raina? Dari kemarin Dev ndak hubungin Raina juga," tanya Raina, wajah gadis itu berubah seketika.

"Nak Devano mungkin masih banyak kerjaan disana sayang, dia kan udah janji akan menyelesaikan pekerjaan dan segera pulang humm" jawab Bima, sebenarnya pria itu juga bingung kenapa Devano belum juga menghubungi Raina tidak seperti biasanya.

"Tapi Raina udah kangen banget sama Dev, huaaaa Raina mau Dev papa" Bima kelabakan saat Raina tiba-tiba saja menangis,

"Cup Cup sayang, tenang lah aku disini. Aku baru ninggalin kamu seminggu tapi udah nangis gini hemm." Raina membalikkan badannya saat Devano tiba-tiba datang dan memeluknya, bukan hanya Raina yang terkejut Bima, Daren dan Qinzo pun juga terkejut dengan kedatangan Devano yang tiba-tiba. Bahkan, Qinzo sudah bersiap akan memukul Devano yang berani memeluk Raina.

Raina yang sadar bahwa Devano yang memeluknya pun membalas pelukan Devano tak kalah erat.

"Hiks, hiks, Dev jahat. Kenapa baru pulang? Kenapa ndak hubungin Raina? Raina marah sama Dev." Tanya Raina wajah gadis itu tampak kesal namun bahagia secara bersamaan.

Kesal karena Devano tidak menghubungi nya dan bahagia Devano akhirnya pulang.

"Maaf sayang, aku mau bikin kejutan buat kamu tapi tadi aku kerumah kamu nya gak ada ya udah aku susulin kamu kesini. Jangan marah lagi ya sama aku."

Devano melirik pakaian yang di kenakan Raina, pria itu sangat ingat pakaian itu dirinya beli saat hendak menjenguk Diva beberapa minggu yang lalu.

"Ini bajunya kenapa gak di ganti hemm? Tadi pelayan kamu juga bilang kalo kamu gak mau mandi yaa?" Tanya Devano, Raina tersenyum malu mendengar pertanyaan Devano.

"Heheh, Raina ndak mau mandi dan ganti pakaiannya karena Dev belum hubungin Raina dari kemarin." Jawab Raina malu.

"Lihatlah Dev, gadis mu ini sungguh menjengkelkan bukan. Papa sendiri saja sudah lelah menjadi sasaran kekesalannya  hari ini." Ucap Bima mengadu, Daren dan Qinzo hanya diam melihat interaksi mereka bertiga.

"Papa, Raina mau tinggal sama Dev aja boleh ndak?"

"Gak boleh! Kamu dan Devano belum menikah jadi belum boleh tinggal sama-sama." Tolak Bima membuat bibir Raina mengerucut lucu. Devano terkekeh melihat ekspresi wajah Raina yang menggemaskan.

Qinzo yang mendengar perkataan Bima terkejut begitupun dengan Daren yang baru saja berniat untuk menjodohkan Raina dengan putranya Qinzo. Daren tau bahwa Qinzo memiliki ketertarikan pada Raina.

"Tapi Raina ndak mau tinggal di rumah papa, kalo Shakira dan mama nya masih disana Raina ndak mau pulang." Ucap Raina, Bima tidak bisa mengelak hal itu bahwa Raina sangat tidak menyukai mereka sejak pertemuan pertama.

"Sayang, mereka kan keluarga mama kamu. Kamu gak boleh gitu, mereka juga akan pindah kok setelah mendapat tempat tinggal."

"Disini banyak kok kontrakan atau rumah kosong yang di sewain kenapa mereka ndak tinggal disana aja? Kenapa harus di rumah papa? Papa ndak sayang sama Raina? Raina ndak suka ada orang jahat di rumah kita." Bima tidak bisa mengelak tapi perkataan Raina, semuanya adalah fakta bukan?

"Sayang, kamu tinggal di rumah orang tua kamu dulu yaa. Aku kan belum jadi suami kamu, nanti setelah kita menikah kamu akan tinggal sama aku. Tapi aku janji, kalo mereka jahat sama kamu segera hubungi aku. Aku sendiri yang akan jemput kamu." Akhirnya Raina mau menuruti perkataan Bima berkat Devano.

Raina, Devano, dan Qinzo harus berada dalam satu ruangan karena Bima dan Daren masih harus melanjutkan meeting yang tertunda di ruang rapat.

Sejak tadi Qinzo selalu menatap Devano dengan tatapan tajam, namun Devano mengabaikan keberadaan pria itu dan sibuk bercanda dengan Raina.

Tabiat Raina yang jahil membuat kaki gadis itu gatal jika hanya duduk diam. Devano yang melihat tingkah gadisnya yang mulai gelisah pun mengerti, lalu melepaskan gadis itu dari pelukannya. Qinzo yang melihat apa yang di lakukan Devano pun semakin menatap pria itu tajam dan mengintimidasi, apalagi saat Raina mulai keluar dari ruangan kerja Bima.

"Lo gila ya?! Om Bima kan pesan buat jagain Raina, kenapa lo biarin dia keluar sendirian?" Ucap Qinzo dengan wajah yang memerah.

"Lo siapa berani ngatur apa yang mau gue lakuin? Saya tau apa yang terbaik untuk TUNANGAN saya, ini kantor papa nya tidak masalah kan kalo dia membuat aksi kenakalan nya disini." Ucap Devano, pria itu menekankan kata Tunangan dalam perkataan nya membuat Qinzo membeku seketika.

Setelah mengucapkan itu, Devano juga keluar dari ruangan itu untuk memantau apa yang di lakukan Raina.

"Kakak-kakak tunggu!" Panggil Raina saat melihat beberapa karyawan yang berjalan terburu-buru menuju ke ruang meeting.

Mereka yang di panggil pun membalikkan badan dan mendapati Raina yang tengah tersenyum pada mereka. Wajah Raina yang cantik dan menggemaskan membuat mereka ikut tersenyum, beda lagi dengan karyawan laki-laki yang malah terpesona dengan kecantikan Raina.

"Ada apa ya dek?" Tanya seorang karyawan bertage name Laura.

" Ndak papa, Raina tadi cuma mau manggil aja." Jawab Raina setelah itu berlalu dengan langkah riang meninggalkan para karyawan yang terbengong dengan perkataan Raina. Waktu mereka terbuang hanya karena keusilan Raina, semoga saja pimpinan tidak memecat mereka kali ini.

Berjalan menuju ruangan karyawan yang lain, Raina kembali melakukan aksi jahilnya.

"Kakak cantik, Raina boleh duduk disitu ndak? Raina capek habis keliling-keliling," pinta Raina pada seorang karyawan wanita, Desy nama karyawan itu pun menoleh pada Raina yang memasang wajah lelahnya.

"Adek nya kenapa bisa ada disini? Kamu boleh duduk disini dulu yaa, kakak mau nganterin berkas-berkas ini dulu." Ucap Desy, Raina tersenyum senang karena Desy termasuk karyawan yang baik Raina akan mengusulkannya untuk naik jabatan.

"Kamu namanya siapa? Kok bisa ada disini?" Tanya Desy.

"Sini Raina bisikin," Desy sangat terkejut saat Raina mengatakan siapa dirinya sebenarnya yang merupakan putri kesayangan pimpinan mereka.

"Ahh, maaf nona saya tidak mengetahui nya." Ucap Desy dengan sedikit menunduk.

"Kakak ndak perlu takut, Raina akan usulin kakak buat naik jabatan sama papa karena kakaknya baik sama Raina." Desy tersenyum senang mendengar perkataan Raina, perempuan itu sama sekali tak menyangka bahwa putri bosnya ini sangatlah baik hati. Sangat berbeda dengan rumor yang beredar yang mengatakan Raina adalah gadis yang nakal dan selalu berbuat ulah pada orang di sekitarnya.

Dari jauh Raina melihat seorang wanita yang berdandan sangat menor, dengan bedak di atas ketebalan rata-rata serta lipstik yang merah. Bahkan pakaian yang di gunakan pun sangat tidak layak jika di sebut pakaian kantoran.

"Tante, tante, lipstik nya jatohh!" Teriak Raina membuat wanita bernama Riri itu panik seketika, mencari sekiranya dimana lipstik yang di maksud Raina itu terjatuh.

Raina tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi Riri yang sedang kebingungan mencari lipstik nya. Riri yang akhirnya sadar sedang di kerjai oleh Raina pun wajahnya memerah malu, apalagi saat karyawan lain yang melihat menjadikannya bahan tertawaan.

Bukan tanpa sebab Raina melakukan hal itu pada Riri, Raina tau bahwa Riri kerap kali sering menindas karyawan yang lain terutama OB, OG dan karyawan baru yang lebih rendah di bawah jabatannya yang seorang manager keuangan perusahaan.

Desy yang melihat tingkah Raina pun sadar bahwa rumor yang dia dengan bukan lah rumor belaka tapi kenyataan, untung saja dirinya tidak menjadi korban kejahilan Raina.

"Heh gadis kecil, beraninya kamu mempermalukan saya di depan karyawan lain!! Kamu pasti karyawan baru kan, lihat saja saya akan membuat kamu menderita berada di perusahaan ini!" Ucap Riri dengan wajah yang merah padam karena amarah.

"Baiklah tante, kita lihat siapa yang akan menderita nantinya. Dadah tante, sampai ketemu lagi. Ups, itupun kalo tante masih di pekerjakan disini." Ucap Raina sambil berlalu membuat Riri semakin marah.

"Nona, seharusnya tidak melakukan hal itu nona. Dia adalah wanita yang berbahaya, sudah banyak karyawan disini yang menderita karena berurusan dengannya." Ucap Desy, perempuan itu sangat khawatir dengan keselamatan Raina setelah ini.

"Sayang, sudah puas bermainnya humm? Ayo, sekarang kita pulang. Kamu bahkan belum pulang dan mengganti pakaian." Ucap Devano, pria itu sedari tadi memang selalu memantau apa yang di lakukan Raina.

Sedangkan di ruangannya, Bima sedangkan melakukan pembicaraan penting dengan sahabatnya Daren.

"Saya tidak mengharapkan apapun Bim, aku hanya ingin menjodohkan Raina putri mu dengan Qinzo putraku. Aku harap kamu bisa fikirkan ini lagi, "

"Maafkan saya Daren, tapi putriku Raina sudah bertunangan. Mereka bahkan saling mencintai, saya tidak mau merusak kebahagiaan putriku sendiri." Bima tentu saja terkejut dengan permintaan Daren, mereka baru saja bertemu setelah berapa tahun tidak bertemu namun tidak di sangka Daren justru ingin menjodohkan putranya dengan putri kesayangannya Raina.

"Saya mohon paman, saya mencintai Raina sejak pandangan pertama." Ucap Qinzo

"Saya tidak peduli kamu mencintai Raina atau tidak, tapi saya tidak akan melepaskan Raina untuk kamu."