Pada titik itu aku belum menyadari satu hal lagi, bahkan satu hal yang cukup besar. Waktu yang sama saat aku menyelesaikan eksperimenku dan langsung kuterapkan di seluruh dunia, rencana Cortin juga berjalan. Apa? Donor darah.
Semua orang yang mengenal soal darah secara biologis, maka tahu bahwa darah apalagi sel darah merah terbentuk dari sum-sum tulang belakang bukan? Pada awalnya orang mulai berebutan kantong darah untuk ditranfusi ke tubuhnya, dan ini mungkin rencana Cortin untuk mencari keuntungan dalam kesempitan.
Entah bagaimana, Cortin mempublikasikan bahwa dia memiliki begitu banyak stok sum-sum tulang belakang dan mampu memberikan suplai darah pada manusia. Namun kau tahu, tidak semuanya dapat membayarnya.
Di saat aku melancarkan rencanaku, rupanya aku sudah terlambat selangkah darinya. Banyak kejadian pembunuhan terjadi di seluruh dunia, terlebih lagi dikalangan orang bawah. Semuanya seolah-olah menjadi psikopat dan vampir, haus akan darah satu sama lain.
Memang ini pacuan dari sifat asli manusia yaitu metode penyesuaian untuk bertahan hidup. Namun evolusi ini mengacaukan situasi lebih lagi bahkan, merubah dunia ini menjadi lebih menakutkan.
Tidak hanya di satu daerah, benar-benar menyebar secara rata. Tak satu pun kota yang luput dari kemunculan orang psikopat seperti ini, dan itu terjadi dengan hitungan detik saja. Benar-benar kali ini aku terlambat, dan masalah yang semakin besar muncul.
Kalau begini aku hanya bisa menghentikan kehancuran dunia, tetapi tidak dengan manusia. Mental mereka bahkan lebih rusak daripadaku, sampai membuat manusia seolah vampir. Tidak kusangka seburuk ini.
Bahkan saat aku mengetahui ini, aku meminta Kiera untuk diam di rumah saja berlindung, dan menaikkan pagar pelindung yang mengelilingi rumahku. Tingginya beberapa meter, sekitar lima kalau tidak salah, jadi cukup aman. Ini benar-benar mengisolasi diri secara berlebihan.
"Gila… barusan saja aku senang kita berhasil mengatasi situasi ini. Dalam sehari setelah berita itu, dunia sudah tak ada kedamaian lagi."
Belum selesai masalah monster, sekarang malahan tambah diresahkan oleh manusia yang bersifat layaknya vampir. Padahal ini benar-benar manusia Terra, bukan dunia lain yang sudah mengenal mana sejak awal, tapi malah mirip dunia fantasi.
Kejadian ini mirip seperti komik fantasi yang sesekali aku baca saat aku mengistirahatkan diriku sejenak dari buku pelajaran apa pun itu. Bahkan kalau di buku fantasi kejadiannya tak begitu sadis, tetapi ini sudah tidak bisa dibandingkan lagi.
Jika ini animasi Jepang, bisa kubilang salah satu genre paling atasnya bukan fantasi, tetapi gore alias penuh darah. Dunia ini sekejap saja diwarnai oleh merah gelap pekat membuat dunia ini menjadi sepenuhnya suram.
Warna ini sama seperti warna yang kudapati di dunia monster yang waktu itu, semuanya merah total. Tidak ada lagi yang bisa kuharapkan selain berlindung saja. Sekarang aku jadi berpikir, seharusnya aku menyerah saja kemarin dan pergi dari dunia ini.
"Tunggu… kurasa setelah sejauh ini aku merasakan ada yang aneh dengan pengenaan waktunya. Entah kenapa Cortin selalu bertindak tepat pada waktunya. Malahan kita yang sering terlambat mengambil keputusan dan solusi."
"Ah, sekarang aku mengerti. Selama ini orang yang kita cari-cari menjadi biang keladinya adalah Cortin. Manusia semua dibutakan oleh kelangsungan hidupnya, tak memikirkan mereka menari di atas telapak tangan Cortin."
Kami menyadari semua ini bagian dari rencana Cortin, tepat sejak hari mana mulai menghilang. Walau kami mengerti itu dirinya, tetapi menemukannya, mencari tahu cara bekerjanya, semuanya tidak kami ketahui.
Informasi soal dirinya pun tidak ada sama sekali, hanya nama saja pada daftar penduduk dunia. Namun kalau soal data yang lebih komplit, orang ini 'anonymous' penuh. Keberadaannya sangatlah rancu, dan banyak kesalahan informasi dalam pencariannya. Tidak pernah ada yang tepat sasaran walau aku sudah meminta IAI dan mencari tahu sendiri.
Melacak dari mana dia melancarkan sinar radio? Oh jangan harap, IP adressnya sudah diacak parah dan bahkan keberadaannya bisa ditemukan di berbagai pucuk dunia dalam waktu yang bersamaan seolah dia sudah menduga hal ini. Aku tidak mengetahui apa rencananya, tetapi kalau dibiarkan lebih jauh, semuanya akan hancur.
"Arghhh, baru kali ini aku kesal dengan seseorang selain Kuroshin dan komplotannya. Apa jangan-jangan orang ini juga bawahan Kuroshin yang diturunkan langsung ke sini?"
"Tidak mungkin, dia pasti hanya menggerakan tali-tali permainan dari atas. Kurasa dia tidak sebodoh itu dan tidak sabaran untuk membuat kita tersiksa."
Saat ini aku hanya bisa menyuruh para pegawaiku untuk tinggal diam di sini. Karena aku punya banyak persediaan, seharusnya mereka bisa bertahan untuk sementara waktu di perusahaanku yang terjaga aman.
Selain itu, aku membereskan setiap barang yang berguna termasuk data-data dan hasil dari perusahaanku selama ini. Tidak kusangka bahwa aku harus menyerah pada akhirnya dan kabur layaknya pecundang.
"Tidak perlu khawatir sayang, pada dasarnya masalah skala dunia bukan sesuatu yang bisa kita bisa selesaikan sendiri walau kita dewa."
"Semoga saja begitu. Berpikir seperti itu hanya untuk memberikan dorongan mental positif walau sedikit, terima kasih sayang."
Kacau semua rencanaku, dan gagal lagi aku ini. Dalam beberapa hari ini, aku akan mempersiapkan semuanya dan menyiapkan sihir teleportasi skala besar seukuran satu rumah. Tidak ingin kusia-siakan rumah sebagus ini walau aku bisa membuatnya lagi nanti.
Aku dan Shin sudah membuat persetujuan, bahkan hanya salah satu dari rumah kami yang akan diteleportasi, dan itu adalah rumahku. Anak-anak Shin pertamanya protes, tetapi akhirnya ditenangkan oleh Lala, mamanya.
Jangan harap aku mampu menteleportasi dua rumah ukuran beberapa ribu meter, kau bercanda kalau benar. Satu saja sudah memakan begitu banyak mana, sangat banyak. Makanya kalau kau berpikir aku dapat menyelamatkan semuanya, hilangkan harapan itu.
Namun memang, untuk barang-barang yang ada di rumah Shin dapat kusimpan, di dalam kalungku setidaknya. Dan kata Shin, beberapa dokumen pentingnya biar dia yang simpan sendiri di kalung Pentarundum yang punya kemampuan sama, hanya terbatas tidak seperti kalungku.
"Sudah tidak ada lagi yang ketinggalan bukan di rumahmu Shin? Jurai, tidak ada barang satu pun yang tidak terbawa kan di perusahaan."
"Semuanya bersih."
"Aman, kau sendiri yang memasukkan sendiri."
Dengan itu aku melancarkan sihir yang membuatku jadi pecundang, sihir teleportasi. Oh ya, aku menteleportasi antar dunia itu memerlukan koordinat lengkap, jadi aku tidak bisa teleportasi ke Terra karena sudah banyak berpindah dan tidak ada sinyal untuk ditangkap tersisa di sana.
Berbeda dengan di Heiya, aku sudah meminta Jurai untuk menanamkan penanda agar aku tahu di mana posisi dunianya itu sekarang. Sebenarnya misal aku tahu koordinat lingkaran rotasi Terra, seharusnya aku bisa menebak di antara itu semua, kalau tidak gagal.
"Sihir teleportasinya… berhasil… kita sudah sampai di Heiya."
"Sin!!"
Mana overused, aku berlebihan menggunakan mana dalam sekali jalan. Tidak, bukan berlebihan lagi, bahkan aku menghabiskan seluruh manaku. Kalau bisa sampai mengambil apa yang seharusnya tidak ada, yaitu darahku.
Makanya aku kehilangan tenagaku dan membuatku menjadi ambruk seketika. Semuanya otomatis panik saat melihat aku tersungkur walau tidak kehilangan kesadaran. Tidak hanya Kiera, Feliha, atau mama, tetapi teman-temanku pun juga.
Hei jangan berisik tolong, nanti Ais bangun Kiera yang repot nanti malahan. Mendingan kalian bantu aku memastikan kondisi saja malah lebih berguna daripada memperhatikan diriku yang tidak jelas ini.
"Tidak apa-apa kok, sudahlah. Tolong cek saja kondisinya apakah semuanya aman. Jurai juga, kau yang paling mengerti dunia ini dari kami, tolonglah."
"Baiklah, tunggu di sini sebentar, jangan memaksakan diri kak."
Ah, sudah sejak lama dari Jurai memanggilku kak dan mengakui bahwa aku kakaknya. Yahh, tidak buruk juga kalau Jurai selalu begitu, walau kalau tidak aku tak peduli juga. Menyebutku kak artinya dia menghargaiku, sebagai keluarga setidaknya, bukan teman saja.
Kalau saja dia selalu bersikap seperti ini, kurasa kedekatanku dengannya akan bertambah dan jarak di antara kami akan menyempit dalam kurun waktu singkat. Bahkan mama hanya bisa tersenyum melihat kejadian ini.
Benar-benar ya, terlalu banyak hal yang aneh dan di luar kapabilitasku beberapa waktu terakhir ini. Dan pada akhirnya aku tak berkutik lagi selain hanya bisa kabur seperti ini. Memalukan sebenarnya, tetapi apa boleh buat.
"Sayang, kau lagi-lagi memaksakan diri. Seharusnya tidak usah satu rumah di bawa juga tidak apa-apa kok. Pun rumah seperti ini dengan model modern akan mencolok di dunia dengan zaman medieval ini."
"Ah, soal itu jangan khawatir Kiera. Selama beberapa tahun ini, penduduk dunia ini sudah menerima peralatan modern, jadi dunia ini teknologinya melonjak tinggi."
"Tunggu, jadi sekarang banyak peralatan teknologi di dunia ini? Bahkan yang bentuknya masih kerajaan?"
Itu bukan aku yang terkejut, tetapi Kiera. Ya wajar saja sih kaget, karena pengaruhnya pun dari Jurai saja seorang. Tanpa Jurai, tidak ada teknologi seperti ini, aku juga cukup terkejut saat tiba-tiba Jurai membahas ini beberapa waktu yang lalu.
Ya setidaknya dunia Kimino masih benar-benar bersih dari teknologi apa pun itu, karena Kioku juga tak berniat melakukannya. Sejak dulu niat Kioku hanyalah untuk hidup bebas, apa dayanya dia harus mati tubuhnya karena mengorbankan diri untuk yang terbaik.
"Tentu, influensi Jurai selama dia muncul di hadapan banyak orang dunia ini sangatlah berdampak besar. Akhirnya dia memulai pengenalan teknologi kepada penduduk dunia Heiya. Awalnya aku juga terkejut, lama-lama terbiasa."
"Ah iya, makanya sewaktu kau datang di dunia Heresia, kau tidak terkejut dengan teknologi yang ada, hmm, dimengerti."
"Anuu nyonya-nyonya, bolehkah aku pergi ke kamarku? Aku ingin memulihkan diri…."
Kalau sudah keasikan ngobrol jadi begini. Untung saja Lala belum ikut nimbrung, kalau iya jadi arisan. Sekalian aja mama ikutan, tambah ambyar dah nantinya. Makanya sekarang aku hentikan sebelum terlambat.
Toh sebenarnya aku tidak masalah soal mereka berbincang, malahan aku suka. Namun aku masih kelelahan, dan aku tak bisa bangkit sendirinya kalau tidak dipapah. Otomatis saja tentu aku buka suara.
"Ahh maafkan aku sayang, jadi kebablasan bicara. Mama, tolong gendong Ais dulu, aku papah Sin ke kamar dulu."
"Bantu saja, Ais kemarikan saja."
"Terima kasih."