POV: Author
Bagi Adrian, hari Senin adalah hari yang paling melelahkan. Itu karena di hari senin, kelasnya mendapatkan jatah pelajaran Penjaskes yang tentu saja sangat menguras tenaga. Dan pada pagi hari tadi dia sudah berdiri sebagai pemimpin upacara juga, nanti ditambah lagi sepulang sekolah Adrian masih harus tetap berada di sekolah sampai dengan jam lima sore.
Tubuhnya benar-benar sudah kelelahan sekarang.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari sepuluh menit yang lalu, dan sekarang terlihat Adrian masih tertidur di mejanya. Di kelas ini hanya tinggal Adrian seorang diri, kelas XI IPA 1.
Adrian butuh tidur sebentar.
.
Sepuluh menit kemudian terlihat seorang pemuda lainnya masuk ke kelas XI IPA 1, dia adalah Dwiki si wakil ketua OSIS. Ah iya, ketua OSIS SMA ini adalah Adrian, mereka baru menjabat selama dua bulan lebih.
Dwiki yang sudah berada di depan kelas Adrian pun sudah dapat melihat Adrian yang masih tertidur. Dwiki pun langsung mendekat ke arah tempat Adrian tidur.
Dwiki ini kelas XI IPA 7, tahun lalu mereka berdua sekelas di X IPA 2, tapi sekarang mereka sudah beda kelas. Walaupun berbeda kelas mereka tetap berteman baik, terbukti mereka sekarang menjadi pasangan ketua dan wakil ketua OSIS sekolah ini.
"Woy Adrian, gak ikut rapat lo?" tanya Dwiki sambil menggoyangkan bahu Adrian pelan. "Sepuluh menit lagi rapat dah mulai nih."
Adrian yang tidurnya diganggu pun perlahan mulai bangkit dari meja yang tadi di jadikan tempat tidur dadakannya.
Dia bangkit sambil mengucek ringan matanya. "Hmm? Dwiki? Jam berapa sekarang!?" tanya Adrian mulai panik saat tersadar dia baru saja tertidur.
"Gak usah panik, rapat belum dimulai. Masih ada waktu sepuluh menit lagi." beritahu Dwiki. "Lebih baik sekarang kita caw ke markas." tambahnya.
"Lo duluan aja, gue mau ke toilet dulu mau cuci muka sekalian kencing." kata Adrian.
"Oke."
Dan mereka berduapun keluar dari kelas XI IPA 2 tapi mereka berbelok dengan arah yang saling berlawanan, Dwiki belok kanan menuju ruang OSIS sedangkan Adrian belok kiri menuju toilet.
Saat di perjalanan menuju ke toilet yang ada di ujung koridor, Adrian mengedarkan sedikit pengelihatannya dan melihat SMA nya ini sudah sepi, hanya ada beberapa anak yang sedang main basket tapi masih dengan menggunakan seragam putih abu-abu.
Ngomong-ngomong soal basket, yang menjadi kapten tim basket SMA ini adalah Afrian, adik kembarnya Adrian. Ya mereka memang kembaran, tapi dengan sifat yang berbeda.
Afrian mempunyai kelas di XI IPS 3, dia juga mendapat julukan biang onarnya SMA ini, berbeda sekali dengan Adrian yang menjadi contoh teladan murid lain.
Saat ini Afrian sedang tidak masuk ke sekolah, dia baru saja di skors akibat telah membuat kerusuhan di pertandingan basket kabupaten minggu lalu.
Afrian yang diduga menjadi dalang kericuhan pun mendapatkan skors selama tujuh hari, dia juga tidak diizinkan keluar dari rumah oleh ayahnya.
Setelah selesai memperhatikan para siswa kelas satu yang sedang main basket itu pun Adrian langsung masuk ke toilet dan melakukan kegiatannya di dalam sana.
Setelah selesai dengan urusan di toilet, Adrian langsung pergi ke ruang OSIS. Saat masuk ke dalam ruang itu, Adrian bisa melihat anggota rapatnya sudah lengkap. Sudah ada wakilnya, sekretaris bendahara dan beberapa anggota seksi serta seorang pimbina OSIS juga ikut mendampingi rapat ini.
"Baiklah, mari kita mulai rapat minggu ini." kata Adrian penuh wibawa setelah menduduki kursi kebesarannya.
-skip time-
Rapat OSIS minggu ini pun selesai pukul lima sore. Tidak banyak yang dibahas, bahasan utama mereka adalah tentang acara peringatan ulang tahun sekolah mereka ini.
"Bro, gue pulang duluan ya." kata Adrian pamit pada Dwiki.
"Oke."
Setelah mendapat balasan itupun Adrian langsung pergi menuju ke area parkir sekolahnya, dia akan pulang naik motor KLX miliknya. Ini hadiah yang diberikan oleh ayahnya saat dia naik kelas dua SMA.
Afrian juga mendapat hadiah yang sama, bedanya KLX milik Adrian berwarna putih sedangkan KLX milik Afrian berwarna hitam ditambah milik Afrian sudah sedikit di modifikasi di beberapa bagian sedangkan milik Adrian masih seperti baru sehingga bunyi knalpot KLX milik Adrian sedikit lebih sopan.
Saat sudah di area parkir, Adrian segera menuju ke tempat motornya berada. Setelah sampai Adrian langsung menaiki motornya dan segera pulang menuju rumahnya yang berada di pusat kota.
.
Sesampainya di rumah Adrian langsung memasukkan motornya ke bagasi dan melihat juga KLX hitam milik adik kembarnya terparkir rapi di sudut bagasi dia pun segera masuk ke rumahnya melalui pintu yang ada di bagian dalam bagasi, tidak melalui pintu utama rumah ini.
Kediaman keluarga Abrakadijaya sebenarnya tidak cocok jika disebut rumah tempat ini lebih cocok disebut sebagai mansion ataupun sebagai istana sekakian. Lihat saja luasnya yang hampir menyamai ukuran lapangan sepak bola serta bangunan utama yang mempunyai tiga lantai. Kediaman keluarga Abrakadijaya sangat megah, itulah kesan oertama dari setiap orang yang pertama kali berkunjung ke sini.
Adrian tidak melihat seorang pun di ruang tamu rumahnya ini. Ini hal yang biasa, ayahnya akan pulang malam sedangkan para pelayan tinggal di tempat yang terpisah dari rumah utama. Mereka menyebutnya rumah pelayan.
Para pelayan akan masuk ke rumah utama jika waktu makan akan dimulai, mereka akan memasak dan beres-beres di jam-jam ini.
Sedangkan Afrian, dia menebak pasti adiknya itu sedang berada di kamarnya sendiri sedang bermain game online favoritnya, itu kebiasaan Afrian.
Adrian kemudian naik menuju lantai tiga di mana kamarnya serta kamar ayah dan adiknya berada. Oh iya, mengenai si Ibu. Ayah mereka telah menceraikan ibu mereka setelah ibu mereka ketahuan selingkuh, itu kejadian delapan tahun yang lalu. Itu artinya Adrian dan Afrian sudah tidak berjumpa dengan ibunya selama delapan tahun itu.
Adrian sampai di depan pintu kamar nya yang sedikit terbuka, hmm sedikit terbuka? Rasanya tadi pagi Adrian sudah menutup rapat pintu kamarnya ini, apa mungkin para pelayan yang melakukannya? Hah ceroboh sekali.
Saat setelah mendorong pintu kamarnya untuk masuk, Adrian terkejut ternyata di dalam kamarnya ada adiknya Afrian yang sedang membaca buku berwarna abu-abu dan bagian depan buku itu bertuliskan DUA BIRU dengan tinta spidol.
"Hahh ternyata lo Af," kata Adrian lega setelah mengetahui siapa pelaku yang masuk ke dalam kamarnya tanpa izin.
Tapi tunggu dulu, sepertinya ada hal yang janggal di sini.
Hah!?
Buku itu kan!?
Diary miliknya yang telah lama hilang!?
Bagaimana buku itu bisa ada di tangan adik kembarannya?
Tidak. Hal yang lebih penting lagi adalah di buku itu Adrian menuliskan rahasia terbesarnya selama ini. Rahasia bahwa dia sebenarnya adalah seorang-
"Lo homo!?" tanya Afrian pada Adrian setelah mereka saling bertatapan.
Bersambung
Minggu, 4 Oktober 2020
©fudansix