kisah bangsaku 1
3 abad lamanya, ibu pertiwi mengandung buah hati ternanti
3 abad lamanya pula, ibu menangis, menangis dan terus menangis
Menetes tangisan darah, warna tanah ini pernah tak coklat tapi merah
Oleh sebab tumpahnya darah, disambi tenaga diperas, tubuh disiksa, nyawa dicabut
Tanah mereka dibeslah, mereka didigulkan dari tanahnya sendiri
Dianggap asing, tidak punya hak atas hasil garapan-garapan disawah, teh-teh dikebun
Hingga menjelang saatnya melahirkan putera-puterinya
Ibu selama-selama berabad-abad murung akhirnya mulai tersenyum
Ibu menyayangi dan membesarkan anak-anaknya 3 tahun lamanya
Baru 3 tahun, putera putrinya sudah fasih bicara
Mereka sudah mengerti ayah sudah mengerti ibu
Mereka bertanya kemana ayah kami ibu, ibu diam dan meneteskan air mata
Sang anak mengerti dalam diamnya ibu terbalut kesedihan bukan main
Berbulan-bulan menanti membukalah mata anak-anak itu
Ia melihat sendiri ayahnya dipaksa bekerja hingga tulang diperban kulit
3 tahun itu, sudah mendewasakan cepat-cepat
Mereka meneriakkan serentak kata-kata yang mulai cetha
Kata-kata itu adalah merdeka
Kata-kata yang hilang, sejak jatuhnya keagungan Nusantara
Tergali pula harta yang terbenam 350 tahun lamanya
Pancasilalah itu dan lahir pula nasionalisme
Wujuddan dari sekian demi sekian jerih payah
Jeritan dari abad yang terbelenggu, berkumandanglah proklamasi
Maka merdekalah kami bangsa Indonesia.
Kisah bangsaku 2
Negeri kita ini pernah berjuluk nusantara
Nusa berarti pulau dan antara berarti diantara
Pulau-pulau bertabur ribuan banyak lagi lautannya
Dengan gejolak ombak yang tiada henti, terus-menerus
Hembusan angin menghantam pesisir, menggoreskan tanda
Tanda yang menyanyat luka dalam
Jauh sebelum negeri ini menjadi negeri
Negeri kami subur, disuburkan dengan mayat bergelimpangan
Kemanusiaan timur dialienisasikan
Hingga tibalah pembebas, dengan sejuta harapan disuburkan angan
Tetaplah negeri kami bukan pemberian
Ibu pertiwi memandang pejuang-pejuang bangsa, matanya menjadi saksi
Perjuangan mencari keadilan di tanah sendiri
Saksi sejarah yang punya cerita.
Kisah bangsaku 3
Jikalau angin netherland dan air hujan nippon
Dengarlah kisah ini
Kisah angin dan hujan
Gelap mata sudah memenuhi pandang
Kepada apa yang disebut kekuasaan
Demi kekuasaan mulailah dikejar kata menang
Menang mana angin dengan air
Angin bersabung dengan hujan, menjadi badai
Dimulai ketika awan terlampau penuh, kehabisan daya penampung
Meneteslah air lalu menghujani bumi
Dihambatlah air oleh angin dihempas kesana kemari
Agar supaya tidaklah turun
Dengan segenap kekuatan angin, tetaplah kalah
Kuatlah air dibandingkan angin kala itu
Alangkah berat tak mampu dibendung, tembuslah air turun ke bumi
Ketiap-tiap wilayahnya, membasahi dengan penuh
Menghanyutkan perasaan bumi bahwa air bermanfaat menyuburkan bumi
Namun tetaplah air yang banyak menenggelamkan bumi
Tetapi bumi tetap diinjak-injak air, tetaplah tertindas
Bahwa diinjak tetaplah sebuah penindasan
Dan bangkit berdiri adalah jalan satu-satunya.
Kisah bangsaku 4
Ketika kuasa blok sentral sudah mulai suram
Di bumi kami diberikan janji sebuah kisah
Terlepas wilayah demi wilayah tak mampu dibendung
Bahkan terlepas pula wilayah sendiri
Terpukul muka terbentur sangkur
Berakhirlah perang yang melayangkan jutaan jiwa
Ketika tenggelamnya sinar kejayaan matahari kala itu
Bergantikan malam mencekam ditusuk-tusuk sepi dan pandangan mata yang kosong
Tetapi di bumi kami dimulailah sebuah kisah
Membangun negeri yang namanya dikulikan 350 tahun lamanya
Di malam selama 350 tahun kami terus bermimpi
Memimpikan sebuah kemerdekaan buat umum
Namun mimpi itu tidak sia-sia, berkat tekat seluruh rakyat Indonesia
Merdeka karna persatuan, berdiri kokoh dalam saling mengerti perbedaan.
Kisah Bangsaku 5
Kisah itu bernama kemerdekaan
Dan Kisah baru saja dimulai, perjuangan kita belum selesai
Kemerdekaan sesungguhnya adalah awalan
Karena kemerdekaan akan terus dirongrong
Diserukan kebelumannya kepada ketidakterimaan kenyataan
Ketika kuku perjajahan hendak kembali ditancapkan
Pemuda Indonesia memberanikan diri
Membusungkan dadanya menghalau pengaruh imperialis
Tak segan membunuh anak kapitalis
Meneriakkan anti nekolim kedalam kalbu
Pemertahanan kemerdekaan mencatat pilu
Jutaan anak bangsa harus gugur
Demi mempertahankan tanah air
Jasa telah meringkas mereka menjadi satu
Dan dikenangkan sebagai veteran.
(Diambil dari kata-kata Putera Sang Fajar)
"Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong" (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno).