Pertunjukannya

''Kenapa ?''

Fairial kebingungan, ia berasa dilihati oleh ku cukup lama.

"Enggak. '' Aku melengos

Kami saling berdiaman. Kedua kaki kami terus melangkah beriringan. Kita hendak berangkat sekolah.

''Fairial ?''

''Hmm?"

''Kamu menganggapku apa selama ini ?''

''Eh?''

''Adik kan yah ?''

Ia tersentak .

''Jangan anggap aku sebagai perempuan, anggap aku sebagai adik laki-lakimu ! bisa kan ?''

Fairial kembali tersentak. Kami saling bertatap lama. Fairial memicing. dan

''Kau ganti kela-- ?''

''Bodoh ! Bukan begitu !''

''Lalu apa ?''

''A-aku cuma sedang mengetesmu''

''Kayak pinter aja ''

Saat itu fairial kembali menjadi sasaran amukanku. Dia mirip seorang matador sementara aku jadi bantengnya. Kami seperti ini lagi. Sepanjang perjalanan pulang itu kami saling melakukan hal-hal yang biasa terjadi. Jitak-jitakan, lemparan sepatu. Rusuh ketika sepatu itu malah nyangkut ke atas pohon. Fairial terbahak menertawakanku.

###

''Apa aku masih setengah -setengah?"

Lapangan nampak penuh sesak oleh siswa-siswi SMA Global. Seorang gadis berkerudung topi berdiri kokoh diantaranya. Akulah dia. Disini sedang ada pertandingan basket. Dua kelompok basket yang terdiri dari enam orang itu sukses menjadi pusat perhatian lapangan sekolah.

Beberapa anggota cheerleaders sibuk menyemangati idola lapangan mereka. Terutama yang kini ada di kanan dan kiri ku. Sejak tadi ada yang sibuk berdandan, memoles bedak atau sekedar membenarkan rambut lalu bersorak kembali.

Mereka terlalu khawatir jika penampilan mereka rusak ketika dilihat oleh para pebasket itu. Bagaimana tidak, itu adalah cowok-cowok ganteng mirip sekuteng yang kemarin bertebaran dikantin.

''wooooo fairial ! caiyooo !!''

Dan kenapa ada nama fairial disitu

Teriakan mereka beruntun terdengar di telingaku. Mereka saling menyemangati grup basket dari kelas mereka. Meski Ini adalah pertandingan ekskul biasa dan bukan pertandingan lomba macem-macem, tapi terlalu banyak yang menunggu-nunggu permainan mereka.

Mereka ditunggu-tunggu karna kegantengan itu.

''Oh iya fi, cowok lo keren banget kalo pake lens ''

Perut ku jadi mual. Apaan ? Cowok ?!

Aku memandang fairial sekilas, pfft aku baru sadar, fairial tampak aneh nggak pake kaca mata!

''Bukan ...dia tuh gantengan pake kacamata ''

Hah??? Aku sesak napas

''Salah ! dia ganteng pake kedua mode itu ''

Aku kena TBC!

Fairial ! Apa gantengmu itu bisa kumakan ?

Pandangan kini teralihkan kea rah elsa. Teman yang lain sibuk memandangnya, gadis itu benar-benar terasingkan disana. Ia seperti terbungkus oleh sesuatu hal, yang menempelkan matanya untuk selalu kea rah itu.

Entah sejak kapan Ia agak maju dan mulai menjauh dari kami. Padahal dilihat dari sini pun sudah kelihatan. Gadis itu sangat serius menonton pertandingannya. Dan memang benar, pertandingan dribel bola itu memang sedang dalam keseruannya.

''Liat liat, si elsa." Gadis disamping shafiyya menunjuk kea rah elsa dengan dagunya.

''Palingan dia lagi sakit perut sekarang ...''

''Heh, elsa. Udahlah si daren diliatin gitu ntar orangnya jadi kesandung lho ..''

Sekerjap elsa yang mendengarnya langsung melipat bibir dan memburunya dengan tatapan tajam

''Bhahaha kayak shinchan !'' Seloroh Clarissa.

''Berisik lu risa!'' Sembur elsa.

Shafiyya agak menahan tawa, responnya sama dengan tiga orang yang ada di sekitarnya. Lalu setelahnya elvina, gadis yang berdiri disamping kanan shafiyya lanjut menambahkan .

''Daren itu cowok playboy disini ... tapi kayaknya elsa nerima dia apa adanya ...buktinya dia rela jadi pacar ke sekian-sekian nya.''

''Elsa? Gadis secantik dia ?'' Tanyaku

''Iya, gadis secantik dia."

Semua siswa berhamburan keluar gerbang dengan macam-macam tunggangannya Parkiran macet. Merayap. Baru pertama kalinya aku dibonceng motor oleh seorang teman perempuan. Pemilik beat biru ini adalah elsa.

Ia terlihat cocok dengan helm biru mudanya. Gadis ini sesekali tersenyum kea rah belakangnya, memberi tahuku agar sedikit lebih sabar menghadapi kemacetan itu.

Kita janjian makan-makan disebuah restoran, tepatnya saat itu kita berenam.

Sudah sampai keluar gerbang ternyata disana ada fairial yang sudah standby. Ia sedang menunggu tuan putrinya pulang.

''Mau kemana ?!'' Tanyanya

''Rial ! sorry aku bareng mereka. Oh iya ...nanti tolong bilangin ibu ya aku pulang telat!'' ,

Aku dibawa pergi oleh beat biru milik elsa. Sementara kelima gadis yang sejak tadi mengintil dibelakang ikut melenggang sambil silih berganti menggoda fairial.

''Ehem-ehem pacarnya dibawa''

''Ciye ditinggal tuan putri..''

''Dah rial ...''

''Pinjem dulu ya shafiyya nya ''

Setelahnya fairial menggerutu kecil.

"Pacar-pacar, tuan putri, bawa sekalian sama gerobaknya !''

###

''Hah serius? berarti fairial dekat banget dong sama kamu?"

Aku tersenyum, kelima gadis ini mengerubungiku seperti madu .

"Bukannya dekat lagi ... tapi aku sudah menganggapnya sebagai saudara sendiri."

Entah mulai sejak kapan aku sudah di interogasi begini tentang kehidupan masa laluku. Jadi nyangkut ke kehidupan Fairial. Mereka yang tadinya sibuk dengan hape dan dunia cybernya jadi total memusatkannya ke arahku. Si narasumber yang tahu banyak hal tentang sang idol school.

Tapi untuk masalah keluarga fairial , aku agak merahasiakan dan mengenyampingkannya. Aku tak mau kisah keluarganya dijadikan topic pembicaraan dan diketahui banyak orang diluar. Hanya aku lah yang perlu tahu tentang itu.

Sepanjang waktu itu melesat, pembicaraan mengenai fairial berlangsung seru, malah kadang menghadirkan suasana sedih dan tawa. Sedihnya karna aku suka iri dengan kepintaran fairial dan tawanya karna permusuhan abadiku dengannya.

Bahkan tak jarang ada yang terpingkal-pingkal karnanya . Ternyata itu elsa. Aku baru tahu dia bisa tertawa selepas itu.

Elsa, si pemilik kamar berseri dan rumah seluas istana kerajaan ini benar-benar seakan tuan putri. Dia mirip fairial versi perempuannya, dia cantik ,cerdas , dan aktif bukan tapi dia sempurna.

Wajahnya bersih, hidungnya mancung, tingginya bahkan hampir menyamakan fairial. Gadis ini keturunan jerman, pantas saja ia terlihat mencolok dibanding wanita lain. Dia ramah. Ia tidak sombong sama sekali. Baik terhadap semuanya. Tidak jarang banyak lelaki yang salting karna kebaikan dia.

Dialah satu-satunya orang yang pertama kali menyambut ku dengan senyuman ramah, yang sampai sekarang aku selalu simpan.

Aku terus diinterogasi, sampai kalanya mereka mengajak perang bantal. Mereka dan aku saling tertawa. Clarissa terus menyasar Elsa dengan bantalnya.

Tiba tiba canda tawa dan keseruan perang bantal antar keenam gadis ini, lenyap. Suara seorang laki-laki muncul. Dia terdengar familiar sampai elsa yang menyadarinya lantas membuka pintu.

Daren muncul dan langsung memeluk elsa. Tapi hanya dalam mimpi.

Sebelum ia berusaha memeluk elsa, gadis ini langsung cepat-cepat menghindar . dan kontan laki-laki ini jadi memeluk pintu.

''Sorry lo ngapain kemari ?''

''Kok kamu gitu sih sayang kan kamu sendiri yang ngundang ...''

''Nggak, kan maksud gue nggak nyampe ke depan kamar juga." Ucap elsa

Semua saling menggoda mereka berdua.

Padahal kelihatannya, elsa nampak tak menghiraukan laki-laki playboy itu. Justru sejak tadi kedua matanya sibuk beralih ke sosok lelaki berjaket baseball yang ada dibelakang punggung daren. Waktu, angin dan rotasi bumi serasa menghenti ketika ia melihatnya . elsa hampir dibekukan oleh tatapan itu.

''Fai--''

''Rial kok?'' Ucapku langsung berlari ke arah pintu. Secepat itu aku langsung mendarat disamping elsa.

Kenapa dia bisa ada disini ?

''Nggak tau, aku tiba tiba diundang sama temen-temen basket, kirain mau latihan, tau-taunya malah ngumpul dirumah elsa."

Aku jadi mengerutkan dahi kea rah elsa. Gadis itu tersenyum manis. Ternyata gadis ini punya pertunjukkan.