Putri Salju

Di perpustakaan Elsa tiba tiba bertemu dengan Fairial. Lelaki itu terlihat lesu dan kelihatannya tidak sadar diikuti oleh Elsa.

Fairial meletakkan buku yang dipinjamnya ke dalam rak.

Elsa mendekatinya. "Hey."

"Eh elo." Jawab Fairial.

Elsa melihat buku IPA yang dipegang fairial "Tau aja jawaban halaman 50 ada dibuku itu. Lo udah selesai ya ngerjainnya?"

"Iya El. Lo juga udah?"

Elsa mengangguk. Fairial usai meletakkan semua bukunya. Ia bergegas pergi.

"Lo kenapa akhir akhir ini?" Tanya Elsa tiba tiba.

"Maksudnya?"

"Ada alasan kan Lo mukul Daren kemarin?"

"Iya."

"Apa alasannya?"

"Lo nggak perlu tahu."

"Shafiyya kan?"

"Darimana Lo tahu?"

"Eh? umm nebak. Shafiyya kelihatan dekat sama Daren belakangan ini. Apa Lo dan dia berantem gara gara shaf--"

"Bukan urusan Lo." Ucap Fairial langsung beranjak.

"Lo nggak bisa bohongin gue Rial. Lo suka sama dia. Lo terlalu rindu dengan dia."

Fairial bergegas pergi dari sana. Ia tak perduli dengan perkataan Elsa. Gadis itu ditinggal meskipun ia terlihat pilu.

Lelaki itu cukup membuatnya terpukul dengan perlakuannya. Padahal sebelum shafiyya datang, ia sudah berharap lebih dengannya. Shafiyya menduduki tempat yang seharusnya dan sepantasnya jadi miliknya

"Kenapa sekarang Lo begitu Rial. Padahal yang duluan Dateng itu elo."

###

Bagiku, hidup ini benar-benar membosankan. Setidaknya untuk saat ini sang tuan putri sudah mulai bosan dengan semua tugasnya …

Segelas coklat panas ia selurup penuh khidmat. Elsa (17) dikamar yang luas dan serba biru ini ia kerap mengasingkan diri bersama kekhusyuannya, buku pelajaran dan lampu meja didekatnya, dengan pintu tertutup dan sudut dibinaran matanya yang terus menempel pada buku paket terbuka dihadapan.

Ia sesekali mengangguk paham. Lalu kembali meninggalkan segelas itu dimeja dan kembali mengerjakan.

Baginya belajar adalah penting, bukan karna untuk masa depannya saja, tapi untuk mematuhi rambu-rambu yang diberikan oleh ibu dan ayahnya jika ingin selamat berada dirumah ini.

Sejak kecil ia selalu dicekoki pelajaran, buku dan matematika, kehidupannya juga tak jauh dari hal –hal itu. Ibu nya kini berada dilondon, dan ayahnya berada diluar kota, sehabis pulang sekolah ia tak diperbolehkan kemana-mana, main-main atau sebagainya.

Ia mempunyai banyak mata-mata. Jadi tak mudah baginya untuk bisa meloloskan diri dari ini semua, hidupnya dipenuhi kekangan. Ia serasa dibelenggu untuk bisa membiasakan diri dengan kehidupan ini.

Terkadang ia suka merasa lelah, harus berkali-kali berurusan dengan sapu padahal dirinya bukan lagi seorang anak kecil, sejak kecil ia sering dipukul oleh ayahnya ketika nilai rapot nya tidak memuaskan, tidak sesuai dengan otaknya yang hanya menerima nilai sembilan tanpa satupun nilai yang lebih rendah dari itu.

Setiap akhir bulan ketika ayahnya pulang, gadis itu rutin menyerahkan hasil-hasil nilai harian nya ketika disekolah kepada ayahnya. Agar dilihat. Hasilnya memuaskan, elsa pun dibuat lega hatinya. Ia tak lagi harus berkutat dengan sapu lidi ataupun omelan super. Namun taka da yang tahu dengan nilainya besok.

Ia selalu ketakutan disetiap saat ia menyerahkan nilainya. Hari demi hari elsa hidup seakan diambang bencana. Hari demi hari elsa belajar mati-matian untuk mewujudkan apa yang orangtuanya inginkan, sampai kalanya ia tumbuh dewasa ia makin tumbuh jadi seseorang yang dingin, terlatih, acuh pada lingkungan dan cerdas.

Ia tumbuh menjadi orang yang disegani oleh orang sekitarnya, termasuk teman sekelasnya ketika smp, banyak orang yang meminta bantuannya ketika ulangan tapi ia tak perduli. Nilai seratus selalu ada dihadapan meja ayahnya dan ia sering dibuat melayang karna rasa kagum ayahnya yang jarang sekali ia lihat. Ia luluh oleh perasaan itu ia ingin menciptakannya lagi. Ia ingin melihatnya lagi.

Ia Ingin memberi rasa kebanggaan lagi kepadaayahnya. Dan kesan tersendiri itulahyang menjadikan titik balik elsa tertarik dalam hal pelajaran.

Satu persatu pesaing ia hempaskan dengan mudah bukan hanya dalam pelajaran tapi juga kegiatan tambahan seperti karate, paskibra, basket dan voli Ia selalu mendapat nilai paling memuaskan dibanding murid yang lain.

Perlombaan ia sabet dengan mudah sebagai sang juara. Keping demi keping medali emas dan piala ia raih dan menumpuk dirumah.lama ia hidup dalam keindahan yang ia ciptakan sendiri karna prestasinya dalam merebut hati ayahnya. Elsa serasa berada diatas angin.

Ia bisa melakukan apapun seorang diri dan apapun yang ia inginkan akan dituruti oleh sang ayah. Sampai kalanya tiba ia masuk ke SMA Global, masa-masa indah yang dikiranya akan berlanjut indah berbanding terbalik dengan kenyataan, laki-laki itu muncul dan secepat itu ia meruntuhkan semua fantasi berwarnanya.

Upacara perhelatan puncak MOS untuk pertama kalinya dalam hidup elsa dilaksanakan. Semua siswa berbaris rapih sesuai yang terstruktur oleh guru didepan lapangan. Meskipun sekolah ini swasta tapi akreditasinya lumayan baik dan fasilitasnya lengkap.

Sekolah ini juga termasuk salah satu sekolah paling elit dijakarta .dalam hati elsa memang lebih suka bersekolah di negeri .tapi ayahnya malah menyuruhnya bersekolah disini. Karna sekolah ini kepunyaan teman dekat ayahnya.

Wajah putih nya makin terlihat pucat. Ia seperti sedang menahan sakit. Elsa masih tegak berdiri mendengar pidato kepala sekolah. Terik mentari semakin menyorot para siswa yang sedang berbaris dilapangan . elsa berdiri paling belakang sebagai yang tertinggi dalam barisan siswa.

Ialah yang paling banyak tersorot oleh sang mentari dibelakangnya kala itu.elsa semakin dibuat tak karuan karna salah satu organ tubuhnya yang dibuat menegang. Ditambah ia juga sedang sakit perut sejak tadi pagi .

Ini adalah ketegangan pertamaku disekolah ini…

‘’Sesuai yang saya janjikan tadi , saya akan mengumumkan peserta MOS paling terbaik angkatan tahun 2013-2015.yang acaranya kita lakukan beberapa waktu lalu siap siap ya …’’

Kepala sekolah yang juga sekaligus teman dekat ayah elsa itu kini membuka amplop yang berisi nama peserta terbaik itu, ialah yang paling dijadikan pusat perhatian diatas panggung megah itu.

Semua siswa sangat bersungguh-sungguh melihat kelanjutan dari ini. Mereka tegang dengan perkataan lanjutan dari sang pemilik sekolah.

‘’Oke … sebelumnya saya akan memberi informasi bahwa kriteria ini dipilih karna beberapa alas an. Pertama kepemimpinan , keaktifan dan kecerdasan, sebagai poin plus juga ternyata dia adalah satu-satunya siswa dengan nilai paling sempurna dalam ujian tulis dan dia adalah murid paling berprestasi disekolahnya dulu, penasaran kan siapa..….‘’ Elsa semakin menegang.

‘’Dia adalah … ‘’

Seseorang tiba tiba menepuk pundak elsa dari belakang ‘’Ck…apaan sih’’

Elsa tak menghiraukan, ia tak menoleh, ia serius mendengar detik-detik nama itu dipanggil. Ia sangat berharap itu namanya.

Orang itu kembali menepuk belakang elsa. Gadis itu tetap tidak menoleh. Dan yang ketiga kalinya orang yang dibelakangnya itu menepuk belakangnya. Elsa langsung menoleh dengan kesal "Duh..’’

Laki-laki bak seorang pangeran muncul dihadapan elsa, ia tersenyum lalu menunjuk kea rah rok putih bagian belakangnya yang ada bercak darah. Elsa merasa gawat. Ia langsung menutup-nutupi bagian belakang rok pendeknya itu dengan topi. Ia datang bulan.

Kenapa bisa-bisa nya ia tidak sadar. Elsa langsung melihat ke sekitar, memastikan semua murid tak ada yang melihat. Atau menertawakannya. Ia merasa sangat malu apalagi dihadapan orang yang baru dikenalnya itu.

Apakah mungkin dia seorang senior disekolah ini. Tapi kalau diteliti lagi dari seragamnya . Itu terlihat masih baru dan seragamnya juga sama dengan seragam yang elsa pakai. Putih putih. Sedangkan yang dikenakan senior kan putih biru kotak-kotak

Tiba tiba lelaki berkacamata itu langsung mengacungkan tangan, ia coba memanggil salah satu guru yang berjaga didekat barisan siswa. ‘’Pak ada siswi yang sakit disini …’’

Eh ??!

Seorang guru lantas cepat-cepat menghampiri elsa dan menuntunnya menuju uks. Setelah sempat bertanya beberapa pertanyaan pada Elsa, sang guru justru menyangka kalau elsa belum makan dari pagi. Padahal punya lima pelayan terbaik sudah cukup untuk bisa membuat nasi goreng kesukaannya.

‘’Muhammad Althaf fairial beri tepuk tangan sekali lagi untuknya …’’

Suara iringan music dari speaker semakin menambah keramaian detik itu. Semua siswa yang berupacara turut bertepuk tangan menyambut nama sang pemenang.

Sementara elsa yang hanya mendengarnya lewat speaker ketika sedang dituntun dibuat sesak. Ia tak terima dengan semua kenyataan ini.

Tidak mungkin ….

Padahal ia sudah sangat yakin dengan jawabannya, dengan ujian tulis itu, dengan hasil yang harusnya menjadi kebanggaannya dimata sang ayah. Ia tidak percaya ini bisa terjadi padanya. Bagaimana respon ayah nanti .

‘’Ma..maaf pah …aku gak bisa jadi yang terbaik ‘’

Wajah itu semakin dilipatnya sedih. Dihadapan sang ayah ,ia tertekuk lutut tanpa ada sedikit pun air mata itu menjeda.Ditambah lagi ada kejadian memalukan seperti tadi yang membuatnya makin menekuk diri.

Ia takut akan ada bencana datang setelah ini. Entah itu datangnya dari tangan ayahnya atau ibunya.

Sang ayah lantas membalikkan kursi putar nya ke belakang. ‘’Ayah maafkan, tapi untuk semester ini kamu harus berjuang lagi untuk meraih juara satu dikelas..’’

Eh ?...

Itu artinya …

‘’Ayah maafin elsa ..?... ‘’

‘’Hm…–ya..”

‘’Ma…makasih …’’

Ia kembali berguguran air mata… dengan keadaan kaki yang masih terpaku pada lantai dan posisi betis yang dirantai untuk tetap berdiri disana. Ini pertama kalinya. Ia tak pernah mengira ayah akan bersikap seperti ini. Apa mungkin ia cukup menghargainya yang sudah berjuang mati-matian selama ini.

Tapi tetap saja, ia harus berjuang mati-matian lagi …

Seminggu setelah upacara perhelatan MOS selesai dilaksanakan, kegiatan belajar mengajar sudah mulai aktif bagi seluruh siswa kelas satu. Elsa adalah yang biasa paling awal datang ke kelasnya. Ia sering datang pagi buta akhir-akhir ini karna untuk bisa memilih kursi, tempat yang nyaman dan sesuai dengan keinginan hatinya.

Ia juga lebih suka datang pagi, karna untuk merasakan udara pagi yang segar dan sepi lewat jendela disebelah kirinya. Ia duduk dibarisan kiri pojok dekat jendela. ia duduk dideretan paling depan. Persis dekat sekali dengan pintu. Dan ketika ia melihat pintu. Elsa tersentak melihat satu sosok berkacamata itu muncul dan mereka jadi saling melihat.

Elsa langsung melengos dan ekspresinya dingin . laki-laki berkacamata hitam itu menggaruk kepala, ia cepat melenggang ke barisan yang sudah dipenuhi para siswa siswi. Kelihatannya ia sedang memburu kursi kosong yang telah banyak ditempati para siswa. Tapi disana masih ada satu kursi kosong lagi. Akhirnya, ia pun kedapatan duduk dibarisan tengah agak belakang.Elsa membuntutinya.

Ini adalah suatu keadaan yang sulit ia percaya. Ia sekelas dengan laki-laki itu. Lelaki yang membuatnya seolah dipermalukan tadi.

Sepanjang perjalanan pengintaiannya, tiba tiba semua orang yang ada dikelas sibuk membicarakan lelaki berkacamata itu. Ada beberapa kata yang tak sengaja ia tangkap oleh kedua telinganya. Meski aslinya ia tak hobi menguping.

‘’Eh liat …dia itu orangnya ya."

‘’Wah. Hebat ya."

‘’Oh dia itu ya yang namanya fairial ..’’

‘’Pinter banget ya katanya..’’

‘’Calon juara kelas itu."

‘’Anak mana dia.‘’

"Dia itu kan murid teladan disekolah dulu, denger-denger sih dia favorit para guru."

‘’Udah ganteng , sopan , pinter lagi, waktu mos aja gue sering dibantu sama dia…’’

‘’Serius ri ? dia yang ngebantu lu apa lu yang minta bantu duluan."

“Pfft..”

“Suek lu!”

Fairial ? itukah nama. Maksudmu, orang yang disebutkan oleh kepala sekolah tadi?!

Hampir berjam-jam elsa melamun diatas meja makannya. Di atas piring berisi nasi goreng favoritnya dan juga sendok yang sudah lama ia pegang ditangan. Terlalu lama gadis berwajah boneka ini mendiamkan semua yang ada disekitarnya.

Para pelayan berjumlah lima orang yang sedang melingkarinya tampak kebingungan dengan ekspresi nona muda mereka. Bahkan tak jarang mereka sempat berbisik-bisikan tentang keadaan sang nona muda yang terlihat parah itu .

‘’Apa butuh dibawa ke rumah sakit ?’’

‘’Ah ngaco kamu ‘’

‘’Rumah sakit mah gak nerima pasien begini’’

Pasti terlalu rumit, bagi elsa dihari pertamanya ini. Baru awal masuk sekolah ia sudah mendapatkan saingan, apa orang itu sangat pandai sampai-sampai para guru dan murid sudah memujinya sedemikian rupa. Padahal baru ujian masuk sekolah, bukan ujian kenaikan kelas. Apa yang harus ia lakukan untuk membuktikan kalau ia bisa mengalahkan laki-laki itu ?

Meskipun dalam hati elsa sempat berpikiran kalau ia akan kalah kedua kalinya dari orang ini, ia tak mau sebegitu mudahnya menyerah, malah ini semua makin menambah keyakinan didalam dirinya untuk terus belajar.

Dan mematahkan dengan cepat rasa kebanggaan lelaki itu.

Lagipula lelaki itu mungkin cuma diperkataan saja ia pandai, itu juga mungkin kebetulan saja ia mendapat nilai sempurna dalam ujian masuk. Ia juga kelihatannya orang yang baik dan suka membantu makanya banyak orang yang suka dengannya dan respect.

Dan jadilah ia mendapat gelar sang murid terbaik di mos. Heh, licik sekali, baik tapi licik ya percuma.

Secara tiba tiba kelas elsa jadi rusuh bukan main. Suara itu bahkan terdengar sampai ke kelas tetangga. Ini spontan terjadi karna sautan itu adalah tanda mereka para siswa yang tidak terima dengan keputusan sang guru yang secara mendadak mengadakan ulangan harian matematika.

Padahal baru beberapa minggu masuk tapi sudah dikasih hadiah perkenalan ulangan. Elsa tidak terhitung dalam sautan itu, karna baginya Ini adalah kesempatan emasnya dalam merebut hati guru dan mengalahkan fairial.

Berlembar kertas ulangan dibagikan, elsa lah yang paling duluan mendapatkan kertas itu menumpuk dari bu reni lalu ia mengambil untuknya lalu mengoper kertas itu ke belakang. Hal itu pun berlaku bagi tiap-tiap barisan lain.

Mulai dari saat itu ulangan dimulai. Semua murid menunduk. Membaca soal yang terdiri dari sepuluh nomor. Ada dari mereka yang sibuk mengutak atik kepalanya, menyentuh bibir pulpen ke atas kertas, lalu membacanya lagi.

Elsa terlihat santai ketika mengerjakannya. berkali-kali ia menyunggingkan senyum sambil terus menjalankan seisi otaknya agar beroperasi. Ia masih sangat ingat dengan rumus ini, logaritma, aljabar, eliminasi. Ia sering menemuinya ketika smp.

Sampai kalanya nomor sepuluh ia baca dan ia tulis jawaban lengkap dengan rumusnya. Seorang laki-laki sudah mengumpulkan terlebih dulu kertas ulangannya. Tak salah lagi. Dia adalah fairial.

Sial … aku kalah cepat.

‘’Wow… belum ada sepuluh menit lho…kamu yakin nggak mau diperiksa dulu?‘’

‘’Nggak Bu, saya yakin‘’

‘’Oke.. sekarang tunggu diluar dulu ya’’

Lalu disusul temannya yang duduk dibelakang. Beberapa orang yang dekat bangkunya dengan fairial juga bergiliran selesai dan mengumpulkan kertas ulangannya, elsa tak mau kalah ia segera bangkit dari kursinya dan ikut mengumpulkan kertas ulangan tersebut ke meja bu reni.

Dari kejauhan elsa terus menatap tajam laki-laki itu, fairial. lelaki yang namanya sedang mengangkasa dan yang sedang dikelilingi oleh banyak teman sekelasnya. Elsa benar benar muak dengan kecurangan lelaki itu dalam merebut hati banyak orang. Bisa-bisanya ia memberi contekan keteman-teman sekitarnya dalam waktu singkat itu, bahkan mereka semua serentak mendapatkan nilai sempurna diulangan matematika barusan.

Ini gila.

Elsa kembali melamun, ketika ia dihadapkan lagi pada meja makan yang hampir meluber tiap tiap makanannya. Meski nyatanya seabrek makanan ini sengaja dibuatkan hanya untuk dua orang, ia dan ayahnya yang belum pulang kerja .

Elsa masih belum terlalu nafsu makan, ia hanya bergeming mengabaikan piring kosong diatas mejanya yang minta diisi nasi. Kelima pelayan yang selalu mengelilinginya pun bingung, mereka kembali berbisik satu sama lain .

‘’Kayaknya si non lagi jatuh cinta deh."

‘’Sembarangan, dia itu lagi putus cinta."

‘’Kalo putus cintanya ya disambungin lagi dong."

“Emangnya layangan.”

Berkat kejadian hari itu akhir-akhir ini elsa jadi lebih sering berbohong kepada ayahnya. Tentang nilai, pelajaran dan keadaan hatinya yang sebenarnya. Tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya kalau perjuangan mati-matiannya disemester pertama ini sudah hancur diawal.

Setiap ulangan ia selalu mendapatkan nilai terbesar kedua dibanding fairial. Hari ke hari ia terus berada dibawah kepemimpinan fairial. Rasanya sesak sekali, seolah tak berudara. Ditambah lagi yang biasa mendapatkan nilai seratus bukan hanya dia saja, tapi teman-teman fairial juga .

Elsa tahu itu pasti karna dia yang terlalu caper membagi-bagikan contekan. Ia terlalu ingin dilihat hebat oleh orang-orang sampai-sampai semua orang memujinya karna kebaikannya. Ini terlalu menyebalkan !

Pernah suatu ketika, elsa satu kelompok dengan fairial dalam pelajaran bahasa inggris . lalu ia kembali mendapati fairial memberi jawaban dari yang ditanyakan temannya, padahal temannya itu bukan dari kelompok elsa. Elsa pun geram.

Ia langsung menggebrak meja lumayan keras. Sampai-sampai semua siswa yang berada didalam kelompok itu kaget bukan main.

‘’T-toilet.’’

Nyatanya ia tak benar-benar berani menghadapi nya didepan umum.

Di depan kaca toilet ia terlihat sangat kacau. Padahal baru saja ia membasuh wajahnya. mencoba memadamkan amarah yang meluap-luap karna fairial. Bagaimana bisa ia melawan saingan yang perisainya saja teman-teman sekelasnya.

Bukan hanya laki-laki itu saja yang jadi saingan elsa sekarang tapi ada lima orang, lantas ia harus bagaimana ? apa ia harus mengumumkan lagi kekalahannya didepan sang ayah ?

Sepuluh menit lagi bel pulang menggema. Semua kelas sudah siap-siap dipiketi oleh para murid yang kebagian giliran piket. Sementara siswa dan siswi lain yang bukan giliran piket, kebanyakan sudah mengasingkan diri didepan kelas atau juga duduk didekat taman sambil menunggu detik-detik mereka dipulangkan oleh bunyi bel .

Elsa duduk sendirian diluar kelas, ditengah canda tawa teman-teman sekelasnya atau yang beda kelas. Atau yang sedang bergroup dengan teman-teman kelompoknya, berkali-kali ia terlihat kebosanan, jam ditangannya jadi pusat perhatiannya di beberapa menit ini.

Seseorang tiba tiba duduk tak jauh dari sampingnya. Jam tangan dan tas hitamnya terlihat serasi. Dan itu semua sudah cukup membuat elsa sadar pemilik kaki panjang itu siapa.

Fairial.

Elsa mendengus, ia cepat-cepat menjauhkan dirinya dari dekat fairial . fairial yang merasa dijauhi, lantas heran dan bingung. Setahunya ia tidak pernah punya masalah dengan gadis ini.

Apa mungkin ada hal yang ia tak sadari terjadi dan telah menyakitinya. Atau apa mungkin karna kejadian tadi pagi.

Fairial tersenyum paham. Ia secepat itu sadar dengan kesalahannya

‘’Maaf …’’

Eh ?

Elsa menoleh

‘’Apa ada yang kamu sembunyiin dari saya ? ‘’

Elsa tak mau tahu. Ia masih sangat kesal dengannya.

‘’Jangan terlalu merumitkan masalah…”

Elsa makin terlihat kesal . ia membuang muka. Seolah ia digurui

‘’Setidaknya aku tak sebohong dirimu yang senang menutupi diri.. lewat eksistensimu yang begitu tinggi dimata orang, menutup segala kekuranganmu dengan sesuatu hal agar terlihat baik dan pengecut. Semua orang seakan menjadi perisai bagi dirimu dan mengatakan kau benar dalam berbagai hal."

‘’Hal apa ?’’

"Tanya saja pada dirimu, Tanya pada banyaknya orang yang telah kamu bagi contekan dan akibat buruk dari contekan yang kamu beri itu, tentang masa depan mereka yang sengaja kamu rusak.’’

Fairial lama berpikir , dan ia mulai paham.

‘’Lalu ? ada lagi ?’’

Eh ?...

‘’Persaingan sehat, aku hanya ingin itu, kalau memang kamu orang yang pandai buktikan hanya kamu saja yang pandai, bukannya orang lain dibawa-bawa. Juga, jangan lakukan hal curang seperti mencuri perhatian orang, itu adalah hal paling aku benci.’’

Fairial menatapnya lama. Ia mengerjap dan ia terlihat tak paham dengan ini. elsa gugup, ia terlalu banyak berkata yang tidak-tidak

‘’Ya, yaudah lah gak bakalan ngerti’’

Di saat yang bersamaan bel pulang bergema dari tiap speaker ditiap sekat ruangan, semua siswa dan siswi langsung bergegas kedalam kelas mengambil tas dan pulang, sementara elsa yang sejak tadi memegang tasnya ditangan langsung bersegera pulang dan meninggalkan fairial dengan seribu pertanyaan terselubung.

Ujian semester pertama segera dimulai, berlembar kertas ulangan sudah menumpuk diatas meja guru untuk nantinya dibagikan ketiap-tiap barisan. Semua murid nampak sudah lebih dari siap menerima kertas ulangan yang berisikan soal pilihan ganda itu.

Di tangan masing-masing siswa sudah ada pulpen hitam. Elsa ditengah itu diam-diam melihat fairial yang dalam lamunannya, fairial kembali melihatnya dan gadis itu kembali berpura-pura tak melihat

Hari demi hari elsa belajar makin keras, sampai tibanya pembagian hasil rapot bayangan semester satu dilaksanakan . elsa peringkat satu . kegembiraan meluap sangat dari hati elsa. Ayahnya semakin merasa bangga padanya , malah ia menyuruhnya untuk terus belajar dan mempertahankannya.

Tapi disela kegembiraan itu ada hal yang tiba tiba menurutnya salah, elsa teringat dengan senyuman tulus dari fairial yang keluar ketika elsa diberi sambutan meriah oleh teman-teman sekelasnya dan para guru.

‘’Yah bukan fairial ..’’

‘’Kenapa fairial malah rangking tiga ? kok tiba tiba nilainya anjlok di ujian kemarin ya? ‘’

‘’Apa dia sakit ? ‘’

‘’Dia baik-baik aja kan ?’’

Suara sebagian siswa yang terdengar oleh kedua telinganya langsung membuat elsa berpikir kalau kemenangannya hari itu adalah kebohongan. kebahagiaan elsa hari itu sukses disabotase. Gadis ini menghampiri fairial yang tengah memilih buku diperpustakaan.

‘’Semua kebahagiaanku ini palsu kan ?’’

Ia tersenyum. berpaling ke rak buku lainnya.

‘’Gue hanya berusaha ngelakuin apa yang menurut lo terbaik.’’

Elsa membuang muka.

‘’Aku ingin persaingan yang sehat, bukannya ini.‘’ Ketus elsa

‘’Apa peringkat terlalu dipentingkan dalam hidupmu ?’’ Tandas fairial

Elsa kembali melengos, ia terlihat sedih ketika mengingat peraturan yang dibuat ayahnya.

‘’L-- Lo gak perlu tau tentang hidup gue.’’ Ujar Elsa.

Tangan fairial membuka lembar demi lembar buku yang ada ditangannya sambil terus membacanya tanpa terdengar sedikitpun suara. Tapi kini ia menutup buku nya tiba tiba..

‘’Oh iya … tentang pembicaraan waktu itu…sebenarnya lo salah, gue bukan tipe orang kayak gitu, dari dulu ya gue emang begini, ngasi contekan. Tapi ya jadi urusan dia, dan gue ngaku salah tapi disatu sisi gue bukan orang yang suka curang. Apalagi untuk mencuri-curi perhatian orang lain sampe bikin gue terkenal. Keliatan beken dan hebat. Heh gak sama sekali, masalah contekan biarlah itu jadi urusan mereka masing-masing . dan akibatnya mereka jugalah yang nanggung nanti. Ingat .. jadi orang pinter itu gak gampang. Orang pinter juga makhluk sosial.’’

Elsa terpatung memandangnya lama. Ia serasa disentak oleh perasaan yang menuntut fairial benar. Mulut nya serasa dikunci untuk mengatakan lain lagi didepan fairial. Baru kali ini ia dibuat kalah seperti itu.

Berkali-kali elsa menendang bebatuan kerikil yang ada ditaman sekolah sambil berjalan. Ditangannya kini terpegang buku paket ipa. Ia melangkah malas kea rah kumpulan siswa yang tengah berkumpul ditaman sekolah dan berbaris.

Kali ini para siswa mendapat tugas kelompok menelitijenis tumbuhan dan makhluk hidup yang ada disekitar taman. elsa paling tersendiri, ia sadar ia tak memiliki teman. Semua murid langsung berdesakan mencari-cari teman dekatnya untuk membentuk kelompok.

Apalagi yang sejak awal mos mereka sudah mempunyai banyak teman. Mereka sangat mudah untuk melakukan hal ini karna teman mereka sudah lebih dari cukup untuk membuat sebuah kelompok, jauh berbeda dengan elsa, gadis dingin yang makin lama malah semakin terbelakang dan mundur dari lingkaran itu.

Ditambah lagi ada nyamuk yang senang sekali menyedot darah dari kulit mulusnya. Satu atau tiga kali ia lantas heboh sendiri menabok nyamuk itu dengan tangan dan terakhir dengan buku.

Gadis konglomerat kaya itu semakin tidak betah.Ia rindu dengan rumahnya dan ruang kelas nya yang ber AC. Ia terus menggaruk semua bagian tubuhnya yang terlihat, sambil terus berjalan entah kemana, tiba tiba ia langsung menabrak fairial.

‘’Eh ..ma..maaf’’ elsa gugup.

‘’Kelompok kita kurang satu lagi. Lo mau ikut ?’’ Tawar fairial

Elsa serasa bermimpi, yang lain sudah lengkap dengan kelompoknya. Tak ada pilihan. ‘’I,iya gue mau.‘’ Ucapnya canggung

Seorang gadis tiba tiba bersorak ‘’Yay ! kita sekarang punya si rangking satu sama si ganteng fairial horeeee ! hidup gue sempurnaaaaaa.’’ Heboh si gadis berponytail yang ternyata adalah clarissa.

‘’Halah ris lu tuh..’’

Elsa menahan tawa.

‘’Tapi bener juga ye bro .. kalo dipikir-pikir kelompok kita beruntung banget kayaknya deh … ada yayang eca yang pinter andehoy sama fairial haha serasa ketiban durian montong’’ Kata daren

Elsa mengerutkan dahi. Tapi itu sambil tersenyum.

Kebahagiaan hari itu berlalu cukup lama dengan mereka. Dengan canda tawa yang hadir ditengah-tengah kegundahan hati dan permasalahan peringkat. Sampai berlalunya hari esok, nilai seratus mereka bertujuh raih karna hasil memuaskan dari kelompoknya.Hal yang tidak pernah elsa sangka.

Dari sini, Elsa jadi semakin mengenal clarissa beserta ketiga temannya, malah sesudahnya ia diajak bergabung oleh geng clarissa yang berjumlah empat orang .ia juga belajar banyak dari fairial. Tentang jalan hidupnya dan cara penyelesaian masalahnya. Dia yang hampir setiap hari elsa pusingkan diatas meja makannya kemarin, kini malah jadi sumber inspirasinya.

Sesuatu berubah ketika semester dua dimata. Elsa menemukan banyak hal penting yang baru ia dapatkan setelah mengenal fairial bahkan seiring berjalannya waktu elsa jadi semakin dekat dengan fairial, apalagi ketika fairial dan dirinya terpilih menjadi anggota osis.

Elsa merasa tak ada lagi perseteruan didalam hatinya tentang fairial, tak ada lagi dinding yang membentang diantara mereka, tentang masalah peringkatnya ataupun rasa dengki terhadap kepintarannya.

Ditambah lagi ada poin tambahan dibalik ini, ayahnya selama dua tahun ini akan pindah tugas ke New York. Jadi semua masalah tentang peringkat, nilai dan antek-anteknya sudah tak elsa hiraukan lagi.

Ia bebas terbang lagi layaknya burung. Tak ada yang paling membahagiakan hidupnya selain ini.

Diburunya satu sosok lelaki berseragam putih abu didepannya, ia menyendiri didekat pohon besar, menyimak hembusan angin yang datang menggoyangkan rumput. tangannya langsung menutup kedua mata fairial termasuk kacamatanya.

"Tebak siapa.‘’

‘’Siapa ya. ‘’ Fairial

tersenyum, coba menebak. ‘’Tukang cendol.’’ Tebak nya

‘’Sialan ‘’ Elsa tertawa dan langsung memukul bahunya.

Elsa ikut duduk disamping fairial "Ngapain sih lo disini’’

‘’Tau … lagi pengen sendirian." Jawab Fairial.

Anak-anak rambut mereka berdua saling berkeliaran dihantam angin.

‘’Pfft, engap ya punya fans banyak’’

Fairial mengernyit, seraya melengos kea rah elsa lalu membuang senyumnya ‘’Kalian berdua sama aja."

‘’Eh siapa ?’’ Tanya Elsa penasaran.

Fairial tak bersikap atau berkata apa apa lagi setelahnya, fairial hanya menatap apa yang ada didepannya.rerumputan hijau dan lapangan. dan menjadi objek paling misterius yang belum pernah elsa pecahkan seumur hidup. Apa sebenarnya yang fairial rasakan saat ini.

Dan siapa sebenarnya orang yang ia maksud barusan. Teman sekelasnya, daren, rian, clarissa, atau siapa ?

Dan mengapa akhir akhir ini elsa jadi semakin kepo tentang semua hal dari lelaki itu, malah elsa coba melakukan beberapa cara untuk menginvestigasi seluruh info tentang fairial secara diam-diam lewat daren. Teman sekelas juga teman seklub basket fairial.

Elsa malah dituduh suka dengan daren ketika beberapa temannya sering pergoki elsa sedang bersama daren. Padahal setiap kali ia melihatnya saja kepingin muntah. Apalagi mendengar gombalan-gombalan mautnya yang basi total.