Suasana yang tenang dan sunyi serta cuaca yang cerah menghiasi setiap sudut ruangan di perpustakaan. Cahaya matahari yang menembus kaca menyinari separuh wajah Johan di saat ia sedang membaca. Dikala itu Johan terlihat sangat memukau dengan ketampanannya. Jelas saja banyak cewek di sekolah tertarik padanya. Wajah oriental dengan kulit kuning langsat menjadi ciri khas dari dirinya. Ia memiliki postur tubuh yang tinggi dan gagah sehingga menambah nilai plus padanya. Tapi entah kenapa, aku tak tertarik sama sekali padanya.
" Seandainya saja Johan melepas kacamatanya mungkin dia lebih tampan". Gumamku. Aku langsung menghampirinya dan duduk di depannya.
" Hai Jo.." Sapaku.
" Lama banget sih? Gak tau orang nungguin sampai jamuran apa?". Katanya sambil mengomel.
" Iyaaa.. iyaaa maaf ya kalo aku telatnya lama..".
" Kenapa? Apa ada si komo lewat makanya kamu terlambat ke perpustakaan?".
" Hahaha.. nggak laahhh.. tadi ketoilet dulu aku.. makanya lama.. hehehehe.. (Maaf ya Jo.. aku berbohong.. padahal aku lihat my crush di lapangan basket..)". Gumamku dalam hati.
" Ya udah kalau gitu.. yukk kamu besok mau bahas tentang apa emangnya?". Tanya Johan.
" Aku besok presentasi tentang darah sih.. Jadi pasti ada pengenalan macam-macam darah, penyakit tentang darah dan hal-hal yang berkaitan dengan darah gitu.."
" Okee.. Ya udah yuk mulai bikin mappingnya dulu."
Sepanjang siang sampai sore aku bersama Johan di perpustakaan sekolah hingga perpustakaan tutup. Aku belajar banyak dari Johan. Apa yang Johan jelaskan padaku tentang materi untuk presentasi sabgat mudah aku pahami hingga kami lupa waktu jika langit sudah mulai sore. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang saat itu.
" Jo, kita pulang yuk.. sudah sore juga, lagian perpusnya kan juga mau tutup..". Ucapku
" Iya ya, ya udah yuk pulang..".
Kami berbenah dan segera meninggalkan sekolahan.
Ketika aku hendak keluar sekolah, aku melihat tim basket sedang berlatih seperti biasa sore itu. Daaann.. aku melihat kak Roy sedang tanding dengan adik kelas. Rasanya ketika melihat kak Roy bermain ituu.. sangat mengagumkan.
" Ayoo cheell.. kamu ngapain di situ?". Tanya Johan yang sudah mengambil sepeda motornya.
" Ah, iya iya.. tungguin aku..". Aku berlari kecil nememui Johan yang sudah siap dengan motornya dan kami pulang ke rumah.
" Kamu tadi lihatin apa chel?". Tanya Johan ketika dalam perjalanan pulang.
" Oww.. itu aku lihatin anak basket.. aku baru tahu kalau anak basket itu latihannya jam segini".
" Iya emang jam segini latihannya.. biar gak kepanasan kalau siang-siang.. mereka juga lebih nyaman kalau latihannya malam kaaann.."
" Iya juga sihh.. Ehmmm Jo, ini hujan lhoo.. kamu bawa jas hujan lebih nggak?".
Tiba-tiba langit berubah menjadi gelap, dan rintik hujan mulai turun. Kami menepi di depan toko sejenak agar tak kehujanan. Seketika saja hujan turun sangat lebat, sehingga kami benar-benar tak dapat menerjang hujan yang turun. Udara semakin dingin, membuatku menggigil kedinginan. Tiba-tiba Johan melepas jaket yang ia kenakan dan memakaikannya padaku. Aku terkejut ketika ia memasangkan jaketnya di pundakku, padahal aku melihat sendiri jika ia menahan dinginnya angin hujan sore itu.
Aku menoleh ke arahnya dan berkata..
" Kenapa kamu kasih aku jaketmu? Apa kamu bodoh?! Kamu sendiri juga kedinginan seperti itu!!"
" Ahhh.. gak apa.. lagian kamu sudah menggigil kaya gitu.. aku nggak tega lihatnya. Kalau aku sih santai aja chel.. masih bisa aku tahan kok dinginnya.. hehehe"
" Apanya yang masih bisa di tahan?! Sini mana tanganmu!". Aku mengambil kedua tangannya dan segera menggosok-gosokkan kedua tanganku hingga panas dan menaruhkannya di kedua tangan Johan sambil meniup-niupkan agar ia lebih hangat meskipun sedikit.
" Cheeelll.. kamu ngapaiinn?"
" Nggak lihat apa?! Aku mencoba membuatmu sedikit hangat karena jaketmu sudah ku pakai dan pada akhirnya kamu sendiri kedinginan!"
" Ehmm.. makasi kalau begitu. Besok pulang sekolah akan aku traktir mie ayam pak Sabar.. oke?"
" Oke". Jawabku sambil menghangatkan kedua tangannya.
Hujan semakin deras, dan langit semakin gelap. Sudah tak banyak orang yang berteduh di sebelah kami. Dan telah banyak toko yang membuka tokonya untuk berjualan. Karena sudah hampir 2 jam kami menunggu hujan reda, namun hingga saat ini hujan tak kunjung reda melainkan semain deras dan kencang. Banyak orang-orang yang tadinya berteduh bersama kami akhirnya memberanikan diri untuk menerobos derasnya hujan malam itu. Hingga kami memutuskan untuk melakukan hal yang sama.
" Yuk pulang..". Ajak Johan padaku.
" Mau hujan-hujanan?". Tanyaku.
" Iya.. mau gimana lagi.. aku juga pas nggak bawa mantel hujan ini tadi.. Ehmm.. bentar, kamu tunggu di sini dan jangan kemana-mana" Pintanya. Aku tak tahu kemana Johan pergi, dan apa yang akan ia lakukan. Aku hanya melihat ia mengunjungi salah satu toko yang buka dan mengatakan sesuatu pada pemilik toko, lalu pemilik toko tersebut memberikannya 4 lembar kantung kresek yang besar. Lalu Johan berlari kearahku dan memberikanku salah satu kantung kerek tersebut.
" Nih, pakai ini untuk menutupi kepalamu biar nggak pusing dan yang satunya lagi buat tasmu biar gak basah". Ucapnya sambil memakaikan kantung kresek di kepalaku.
Setelah semuanya selesai, kami melaju di tengah hujan yang lebat. Hawa dingin hujan menusuk hingga terasa ke tulang dan aku menggigil kedinginan selama perjalanan. Mengetahui hal tersebut, ia mengulurkan salah satu tangannya dan menarik tanganku ke depan dan menggenggamnya untuk membuat terasa hangat. Padahal tangannya sendiri sudah sedingin es terkena hujan.
Langit semakin gelap, dan lampu jalanan semakin terang. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul setengah delapan malam ketika kami tiba di depan rumah. Hujan masih mengguyur dengan deras dan semakin deras. Johan mengantarkan aku hingga kedepan rumah dan ia langsung pulang kerumahnya.
" Miiii.. Piiii... Nonik pulang...". Teriakku ketika memasuki rumah. Aku menaruk segala barang-barangku dan baju seragamku yang basah di ruang laundry dan berlarian ke kamar mandi.
" Aahhhhh... segar rasanya mandi pakai air hangat hujan-hujan gini.. rasanya pegal-pegal jadi hilang... hmmm selesai mandi enaknya minum jahe hangat atau coklat hangat enak nih. Biar badan hangat, jadi bisa tidur nyenyaaakkk..". Gumamku ketika di dalam kamar mandi.
" BTW mami papi kemana ya? Kok dari tadi gak kedengaran suaranya? Masa iya sudah tidur? Hmmm.. aku cek ke kamarnya aja dulu sebelum bikin coklat". Ucapku setelah selesai mandi.
" Nggak ada di kamar. Miiii.. Piiiii.. Eh, mbok mami papi kemana? Kok nggak ada dari tadi?". Tanya ku pada mbok Inah yang sedang duduk santai di halaman belakang.
" Ohh.. non Rachel.. itu non, mami sama papi tadi pergi keluar.. katanya ada acara dari kantornya papi gituu...". Jawab mbok Inah.
" Oww.. gitu.. ya udah deh.. aku mau buat coklat hangat mbok.. masih ada kan bubuk coklatnya?"
" Wahh sudah habis non.. tadi pagi sudah dipakai mami buat brownis coklat".
" Yaaahhh... padahal lagi pengen minum coklat anget malam-malam gini mbok.. tadi aku abis kehujanan soalnya..".
" Mbok bikinin minuman enak yang anget di badan mau?".
" Minuman ap mbok?"
" Ya ada dehhh.. enak pokok ee.. namanya mi-nu-man-we-dang-cin-ta. Mau apa nggak?? Special iniii.."
" Hahahahahaha.. ada-ada aja ini mbok nah kalau kasih nama.. ya udah aku mau.. eh, ada makanan apa mbok?"
" Ini ada dadar jagung kesukaanya non, sama tahu susu".
" Waahh enak nih, makan gorengan pas hujan-hujan ditemani wedang buatan mbok nah. Aduuhh gak sabar nyobainnya.."
" Ya sudah, tunggu bentar ya non.."
" Ya mbok..". Ketika aku sambil menunggu minuman yang dibuatkan oleh si mbok, aku membuka handphone ku dan melihat banyak pesan dari Johan.