Dalam diam aku mencintaimu,.
kusimpan rasa dibalik tabir rahasia,..
mengagumimu dalam diam seribu bahasa,.
tersulam rindu dalam jiwa,
sunyi tanpa bunyi.
Tak peduli sekalipun kau hanya dapat kumiliki dalam mimpi,.
menjagamu dari balik bayangan,.
mendekapmu dalam khayalan.
saat kau jauh, rasa gelisah datang menyentuh,.
tak bisakah kau susuri,.
jelajahi hati yang tak mungkin kau singgahi.
aku akan tetap menjadi pemilik cinta tanpa ungkapan,.
mencintaimu dalam diam,.
dalam angan dan impian. (https://taldebrooklyn.com/puisi-cinta/)
Tak mudah ternyata menyukai seseorang hanya dalam diam saja. Namun aku tak ingin pertemanan yang sudah terjalin sejak kecil nantinya rusak karena cinta. Biarlah waktu yang akan menjawab apakah ia jodoh dan tadkirku atau bukan. Saat ini aku ingin menikmati kebersamaan kami sejenak sebelum kita sibuk dengan kehidupan masing - masing di masa depan. Aku cukup bersyukur saat ini dapat bersamanya. Melihat senyumnya, memeluknya ketia ia sedih, dan menemaninya bermain seharian ketika ia merasa bosan. Jika aku dibilang 'Bucin' atau apalah itu, ya mungkin aku seperti itu untuk saat ini dan aku sangat menikmatinya. Karena belum tentu aku dapat bersamanya dan terus berada di sisinya kelak. Aku hanya dapat terus berdoa pada Tuhan untuk yang terbaik masa depan kami.
Matahari mulai meredup sinarnya, kini cahaya berwana keemasan menyinari ruang kelasku yang memiliki jendela menghadap barat. Cahayanya yang masuk menyilaukan sebagian wajahku di temani dengan angin sepoi yang berhembus melalui jendela kelas. Kulihat jam pada dinding kelas yang telah menunjukkan pukul 14.55, menandakan kurang 5 menit lagi waktu pulang sekolah akan berbunyi. Aku baru ingat jika sepulang sekolah nanti aku akan menemani Rachel mengerjakan tugasnya di perpustakaan.
"Ding.. Dong... Ding.. Dong..".
Bel sekolah berbunyi menandakan seluruh kegiatan sekolah telah usai. Aku bergegas merapikan seluruh buku dan alat tulisku kedalam tas dan segera menuju ke perpusatakaan.
"Eh, pulang sekolah ini ke game canter yuk! lagi bosen nih aku di rumah". Ajak Dimas yang duduk di bangku belakangku.
"Wah.. aku gak ikutan dulu ya hari ini.. mau ke perpus soalnya.." Ucapku.
"Hah? ngapain? Emang ada tugas lagi sampe harus kerjain di perpus?". Tanya Dimas.
"Nggak. Aku mau bantuin Rachel kerja tugas bionya di perpus.. Aku udah janji.. gak enak kalau di batalin..". Ucapku.
"Ealahh bro..bro.. kita kalah sama si Angel itu brrooo.. Hahahaha..". Gurau Adam yang tiba-tiba menghampiriku dari samping sembari merangkulkan tangannya ke pundakku.
"Ya maaf bro.. skip dulu ya hari ini.. kan minggu besok kita jalan-jalan ke museum tengah kota itu juga". Ucapku.
"Ow iya! hampir aja gue lupa sama tugasnya bu Nadya!". Ucap Dimas.
"Ya udah ya bro.. Aku duluan.. Byee..".
Segera aku meninggalkan kelas dan menghampiri kelas Rachel yang terletak di sebelah kelasku.
"Ahh.. Dia masih belum selesai to.. kalau gitu aku tungguin di sini aja deh!". Gumamku.
"Mel! Melinda!". Teriak Bella.
"Apa'an sih Bel? gak usah pake teriak-teriak napa!". Ucap Melinda.
"Nggak. Itu lho di depan ada Johan. tumben banget dia nyamperin kelas kita ya gak Mel?"
"Mana? Ehh.. Iya! Gue samperin bentar ah..". Ucap Melinda sambil keluar kelas menuju ke Johan.
"Haiiii Johan!". Ucap Melinda di temani teman-temannya.
"Oh, hai Mel..". Ucapku.
"Kok sendirian aja sih? Nungguin siapa?". Ujar Melinda dengan sedikit genit padaku.
"Nungguin Rachel, tuh anaknya masih di dalem".
"Ohhh.. ya udah kalau gitu aku balik duluan yaa.. bye Jojo..".
Setelah Melinda pergi bersama teman-temannya, aku melihat Rachel yang masih menyelesaikan catatannya yang sesekali melihat ke arahku. Karena masih lama, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan terlebih dahulu sembari memberi kode ke Rachel untuk langsung menuju ke perpus.
Setibanya di perpus, aku langsung menuju ke tempat duduk di sebelah jendela yang terpapar sinar matahari sore. Aku menaruk tasku di bangku lalu aku menuju rak-rak buku yang terdapat di belakang mejaku, aku mencari beberapa buku referensi tentang materi yang akan digunakan Rachel saat presentasi besok dan beberapa buku bacaan yang tersedia di perpus. Sambil menunggu Rachel datang aku membaca buku bacaan yang aku ambil tadi. 5 menit, 10 menit, hingga 15 menit berlalu Rachel belum datang juga ke perpus.
"Lama betul anak ini! Masa iya dia lupa padahal dia sendiri yang memintaku untuk membantunya." Ucapku dalam hati ketika sedang menunggu Rachel. Aku pun berinisiatif untuk menjemputnya ke kelas, karena pikirku ia masih belum selesai mengerjakan catatannya.
"Bu Nur, saya titip tas dan buku-buku di sana ya! Saya mau ke toilet dulu!". Ucapku pada penjaga perpustakaan.
"Oh iya Jo!". Ucapnya.
Di saat perjalanan menuju kelasnya, aku melihat Rachel yang sedang berdiri melihat ke arah lapangan basket. Ia berdiri cukup lama dan hanya diam saja, aku kira ia sedang melamun hingga lupa tujuannya denganku. Namun ketika aku hendak menemuinya, aku melihat tatapannya tertuju pada satu titik. Aku penasaran ia melihat ke arah apa dan siapa yang ia lihat. Sedangkan di lapangan basket sedang ada latihan anak-anak basket.
"Ohh.. dia lagi lihatin Rio anak kelas 3 rasanya.. Hmm.. Apa dia lagi suka sama Rio ya? Heemmmhhh...( sambil menghela nafas), ya sudahlah aku kembali aja ke perpus, nanti pura-pura gak tahu aja kalau dia datang." Ujarku dan aku langsung kembali ke perpus.
Sedih rasanya, ada perasaan kecewa dan cemburu dalam hati ini. Tapi aku menyadari siapa diriku. Yah.. aku bukan siapa-siapa juga buat Rachel, toh aku juga gak punya hak dalam kehidupannya. Kalau pun dia suka sama Rio yang tukang play girl itu aku bisa apa. Sudah ah, jalani aja sekarang dengan apa adanya. Tak lama kemudian, Rachel pun datang dengan berlarian ke arahku. Ia datang dengan alasan dari toilet, Aku tahu ia sedang berbohong padaku. Rasanya ia tak ingin aku mengetahui alasanya yang sebenarnya kenapa ia terlambat menemuiku. Aku berusaha untuk bersikap biasa aja seperti orang yang tidak mengetahui apapun dan ia tak menyadari jika aku tadi melihatnya sedang memperhatikan Rio di lapangan basket. Segera saja aku mulai mengajari materi-materui yang diperlukan Rachel untuk presentasi besok, hingga tak terasa waktu berputar semakin cepat dan hari sudah semakin sore.
"Joo! apakah kamu masih belum selesai?? Perpusatakaannya mau saya tutup!". Teriak Bu Nur yang telah bersiap-siap menutup perpustakaan sambil berdiri di samping mejanya.
"Oh iya bu! ini kami juga mau pulang kok bu! Tolong di tunggu sebentar ya. Saya beresin buku-buku dulu." Ucapku pada Bu Nur.
"Buku yang tadi kamu ambil di taruk di situ aja! Nggak usah di kembaliin, biar besok aja saya yang kembalikan!".
"Iya bu!".
Cepat-cepat aku dan Rachel merapikan buku-buku kami dan bersiap untuk pulang ke rumah. Saat kami berjalan keluar dari ruang perpusatakaan, aku melihat langit yang sudah di penuhi awan yang gelap dan gemuruh petir yang mulai menyambar-nyambar. Saat itu juga aku ingat jika aku lupa memasukkan jas hujan ke dalam sepeda motor. Aku mengajak Rachel untuk segera keluar dari sekolahan sebelum hujan turun. Aku memacu sepeda motorku dengan kencang dan berharap agar sampai di rumah sebelum hujan turun, namun apa daya rencana manusia tidak sama dengan kondisi cuaca hari itu. Kami kehujanan saat di tengah-tengah perjalanan. Hujan yang turun semakin deras dan berangin, jalanan pun mulai licin dan berbahaya jika aku mengendarai sepeda motorku dengan kencang. Aku memutuskan untuk berteduh di depan sebuah toko yang masih tutup bersama pengendara sepeda motor lainnya.
Angin berhembus cukup kencang, sedangkan baju kami sudah hampir setengah basah kuyup dan kami mulai merasakan dinginnya hujan menusuk hingga tulang. Aku melihat Rachel yang mulai mengigil kedinginan di balik jaket tipisnya. Tanpa pikir panjang, aku memberikannya jaket yang aku gunakan dan segera aku mencari kantung plastik agar tas dan barang-barang kami aman dari air hujan. Aku berlari menyusuri toko-toko yang buka dan membeli beberapa lembar kantung plastik, namun pemilik toko sangat baik padaku sehingga ia memberikan kantung plastik itu dengan cuma-cuma padaku. Setelah mendapatkan dau lembar kantung plastik yang berukuran cukup besar, segera aku kembali ke Rachel yang sedang menungguku dan memberikannya untuk melindungi tasnya dari hujan. Kami menunggu beberapa jam berharap hujan cepat reda, tetapi saat itu hujan tak kunjung reda dan semakin deras hingga beberapa toko di samping kami mulai menyalakan lampu-lampu dan toko yang kami buat berteduh pun mulai membuka toko mereka. Satu persatu pengendara sepeda motor yang bersama dengan kami berteduh mulai meninggalkan kami dan mereka menerjang hujan.
"Hmm.. sudah jam segini, sudah malam.. apa aku pulang saja ya hujan-hujan kaya orang-orang? Kalau nggak pulang sekarang, mau sampai kapan menunggu hujan ini reda? Kok kayanya nggak akan reda semalaman deh." Ucapku dalam hati dan akhirnya aku memutuskan untuk mengajak Rachel untuk pulang di bawah rintik-rintik hujan malam itu. Di saat dalam perjalanan pulang, aku merasakan tubuh kecil Rachel masih menggigil. Aku menarik tangannya di balik punggungku dan menggenggamnya dengan erat sebagai upayaku untuk membuat tangannya lebih hangat sedikit. Saat itu aku lakukan, perlahan ia mulai menjadi tenang dan tangannya pun tidak sedingin sebelumnya hingga kami tiba di rumah.
"Sudah sampai rumah nih. Cepetan masuk rumah lalu mandi air hangat ya! Aku balik pulang dulu. Bye chel!". Ucapku padanya sambil melaju pulang ke rumahku.
Sesampainya aku di rumah, segera aku mengambil ponselku dan mengirim pesan pada Rachel lalu akupun mandi dengan air hangat juga.