Arsen berjalan memasuki rumahnya dengan sempoyongan. Kaira berjalan menghampiri suaminya yang terjatuh di lantai. Wanita itu membantu Arsen berdiri.
"Minggir" Arsen mendorong tubuh Kaira dengan lemah. Sepertinya mabuk membuat tenaganya terkuras.
"Kaka kenapa mabuk?" Tanya Kaira membantu Arsen menaiki tangga menuju kamar pria itu.
"Kaira" Lirih Arsen membuat senyum gadis itu terbit. Pasalnya suaminya itu tidak pernah memanggilnya sejak mereka menjadi suami istri.
Kaira membuka dengan perlahan pintu kamar Arsen. Kaira baru pertama kali masuk ke kamar milik pria itu, banyak foto gadis itu disana, membuat senyumnya mengembang. Senyumnya menghilang ketika melihat lantai kamar Arsen yang begitu berantakan, robekan-robekan foto dirinya dimana-mana.
Kaira membantu Arsen berbaring di ranjang pria itu. Membuka sepatu Arsen meletakkan di bawah tempat tidur. Menyelimuti tubuh suaminya dengan selimut.
Gadis itu berjalan menuju foto dirinya dengan ukuran besar yang berada di tembok sebelah kanan. Di atas TV di kamar suaminya.
Asik dengan kegiatan melihat foto-foto. Sepasang tangan melingkar di perutnya. Tubuhnya menegang. Dari jarak sedekat ini dia bisa mencium alkohol dari mulut suaminya.
Arsen mencium leher Kaira dengan menggebu-gebu. Membuat gadis itu takut. Kaira berusaha melepaskan pelukan suaminya di perutnya. Arsen menahan pergerakan Kaira dengan memegang tangan istrinya.
Pria itu membalikkan tubuh istrinya dengan kasar. Melumat bibir istrinya dengan rakus membuat Kaira memejamkan matanya. Gadis itu benar-benar takut, suaminya dipengaruhi alkohol sehingga dia tidak tahu apa yang dia perbuat. Pria itu mungkin akan menyesal karena melakukan hal itu.
Arsen melepas ciumannya di bibir Kaira "Kaira... brengsek" Ucapnya setelah itu pria itu kembali mencium Kaira dengan ganas.
Hati Kaira seperti diremas. Mendengar orang yang dia cintai mengumpat. Dia tahu mungkin itu pengaruh alkohol tapi tetap saja hatinya sakit mendengar suaminya mengumpat kepadanya.
Tangan Arsen mendorong tubuh Kaira menuju ranjang. Pria itu mendorong tubuh Kaira dengan kasar ke atas ranjang. Menindih tubuh gadis itu. Kembali melumat bibir istrinya. Tangannya terulur untuk merobek baju Kaira dengan kasar.
Pria itu seperti kesetanan. Melakukan semuanya dengan terburu-buru. Kaira menahan tangan Arsen yang ingin membuka penghalang terakhir di tubuhnya.
"Kak—" Arsen membungkam mulut Kaira dengan mulutnya. Tangannya membuka pakaian di tubuhnya dengan cepat.
Air mata Kaira keluar ketika Arsen masuk dengan kasar. Tubuhnya seperti terbelah menjadi dua. Tanpa menunggu rasa sakit itu mereda pria itu langsung bergerak dengan cepat.
"Akhh sakit.. Berhenti tolong" Kaira mencoba mendorong tubuh Arsen dengan sisa tenaganya.
Arsen meremas payudara Kaira dengan kasar. Pria itu seolah tuli tidak mendengarkan perkataan istrinya. Mulutnya menelusuri leher Kaira, menggigit leher itu. Meninggalkan bekas kemerahan disana.
"Tolong berhenti.. Hikss"
———
Kaira menelungkupkan tubuhnya di atas kasur setelah Arsen menarik dirinya dari tubuhnya. Air matanya masih terus mengalir. Arsen melakukannya berkali-kali padahal itu adalah pertama kali baginya.
Arsen tertidur setelah menarik dirinya dari tubuh Kaira. Nafasnya teratur. Tangan Kaira menutup mulutnya mencoba meredam tangisnya. Seluruh tubuhnya sakit. Sejak pertama kali menyentuh sampai pria itu tertidur, Arsen tidak pernah memperlakukannya dengan lembut. Pria itu selalu terburu-buru dan melakukannya dengan kasar.
Kaira berjalan dengan tertatih-tatih mengambil pakaiannya yang sudah tidak berbentuk. Wanita itu keluar kamar Arsen dengan keadaan polos. Tidak ada orang yang melihat mengingat sekarang pukul dua dini hari.
Kaira masuk kedalam kamar mandi. Terduduk di bawah shower. Kembali menangisi nasib sialnya. Dia memang ingin melakukan hubungan suami istri tapi dengan tidak seperti itu.
Kaira menggosok seluruh tubuhnya dengan kasar menggunakan tangannya. Dia merasa sangat kotor. Dia merasa seperti seorang jalang yang sudah dipakai akan dibuang begitu saja dan tidak diperlakukan dengan baik.
Wanita itu berteriak memukul dadanya yang sesak. Bibirnya membiru karena terlalu lama berdiam diri di bawah shower. Memukul kepalanya Ingatannya kembali mengingat Arsen. Suaminya itu menyebut nama wanita lain saat mendapat pelepasan.
"Arrgghhh!!"
"Siapa Bina!!"
"SIAPA DIA??!!"
"Tuhan sakit"
Kaira kembali memukul dadanya. Mencoba membuat hatinya baik-baik saja. Tapi tidak bisa, semakin dia memukul dadanya entah kenapa hatinya semakin sakit. Aneh.
Satu jam sudah Kaira di dalam kamar mandi. Seseorang mengetuk pintu kamar mandinya.
"Non, Non ngapain di dalem kamar mandi lama-lama?" Tanya Yanah. Wanita paruh baya itu sudah lima belas menit menunggu majikannya keluar kamar mandi.
Lima belas menit yang lalu. Yanah terbangun ingin melihat majikannya, apakah sudah masuk ke kamar atau belum. Yanah menemani Kaira menunggu Arsen yang tidak kunjung pulang. Tapi wanita paruh baya itu izin tidur lebih dulu karena dia benar-benar ngantuk.
Pukul tiga kurang lima belas menit wanita paruh baya itu terbangun. Dia keluar dari kamar menuju ruang tv disana dia tidak menemukan Kaira. Akhirnya dia memutuskan untuk mengecek di kamar wanita itu.
Pintu kamar Kaira dalam keadaan terbuka. Yanah masuk kedalam kamar Kaira. Wanita paruh baya itu menunggu selama lima belas menit. Tapi majikannya itu tidak ada tanda-tanda akan keluar. Akhirnya dia memutuskan untuk mengetuk pintu kamar mandi.
"Non baik-baik aja kan?" Tanya Yanah. Perasaan wanita itu tiba-tiba tidak enak ketika tidak ada sahutan dari dalam kamar mandi.
Yanah akhirnya memutuskan membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci. Matanya membola saat melihat Kaira yang pingsan dengan bibir membiru di bawah shower.
"Non kenapa gini?" Yanah mengambil handuk kemudian mematikan shower. Matanya berkaca-kaca melihat keadaan Kaira.
Banyak bekas merah-merah di tubuh wanita itu. Yanah tahu bekas apa itu. Tapi siapa yang tega melakukan itu kepada majikannya. Yanah mencoba membangunkan Kaira. Tapi Kaira tidak bergeming sedikitpun.
Yanah berlari keluar kamar. Meminta bantuan Arsen. Dalam keadaan seperti ini hanya Arsen yang bisa membantunya. Yanah menggedor pintu kamar Arsen dengan tidak sabar.
"Den!!"
"Den Arsen!!"
Pintu kamar terbuka menampilkan Arsen dengan piyama tidurnya. Yanah memberitahu apa yang terjadi dengan Kaira. Arsen berlari menuju kamar Kaira.
Matanya membola melihat keadaan Kaira. Dengan cepat pria itu mengangkat tubuh Kaira meletakkannya di atas kasurnya. Arsen menyuruh Yanah untuk mengambilkan handuk dan air hangat. Tubuh Kaira sangat dingin membuat Arsen khawatir terjadi sesuatu dengan istrinya.
Arsen menyelimuti tubuh Kaira dengan banyak selimut. Pria itu mengompres kening Kaira dengan handuk yang sudah di masukkan kedalam air hangat. Sedangkan Yanah membaluri telapak kaki Kaira dengan minyak kayu putih.
Setengah jam berlalu dingin di tubuh Kaira tidak berkurang. Arsen menyuruh Yanah untuk pergi dari kamar Kaira dan menutup pintu kamar wanita itu.
Arsen membuka seluruh pakaiannya. Pria itu masuk kedalam selimut yang sama dengan Kaira. Tangannya menarik tubuh Kaira kedalam pelukannya. Menyalurkan panas di tubuhnya ke tubuh istrinya.
Pria itu meremang saat tubuh polos mereka bersentuhan. Arsen mencium kening Kaira dengan lama. Mengusap punggung telanjang istrinya.
"Maaf" Lirihnya.