Flashback : Masa Muda

Arsen kecil menatap Kaira yang masih bayi. Anak laki-laki itu menatap Kaira dengan kagum. Kaira tampak sangat imut dengan bibir pink, pipi chubby dan matanya yang kecil. Arsen menyentuh pipi Kaira dengan hati-hati.

"Mi, adek Kaila aneh ya. Matanya gak ada" Ucap Arsen yang sukses membuat Mama Kaira dan Mami Arsen tertawa mendengar celotehan anak laki-laki itu.

"Ada sayang. Nanti liat ya kalau udah besar pasti adek Kaira cantik" Sahut Ratih, maminya Arsen.

"Cantik kaya mami?" Tanya Arsen dengan polosnya.

"Iya cantik kaya mami dan mamanya adek Kaira" Jawab Ratih mengelus kepala putranya.

"Arsen mau gak jadi temennya adek Kaira?" Tanya Tika — mamanya Kaira mengelus pipi putrinya.

"Mau, nanti Alsen ajakin main bola" Jawab Arsen tangannya masih asik menyentuh tangan Kaira.

Sejak saat itu Arsen selalu ke rumah Kaira. Karena jarak rumah mereka yang bersebelahan membuat anak laki-laki itu sering berkunjung ke rumah Kaira seorang diri tanpa ditemani orang tuanya.

Arsen selalu mengajak Kaira berbicara. Meskipun bayi perempuan itu hanya membalas dengan mengedipkan matanya, Arsen merasa sangat senang. Arsen tidak pernah absen mengunjungi Kaira.

Waktu terus berjalan dengan cepat. Tidak terasa keduanya sudah tumbuh menjadi remaja. Kaira sekarang adalah seorang siswi di sekolah swasta bersama Arsen. Kaira adalah siswi sekolah menengah pertama. Sedangkan Arsen adalah siswa sekolah menengah atas.

Arsen dan Kaira setiap hari akan pergi ke kantin bersama. Arsen yang akan menemui gadis itu. Banyak gadis-gadis yang iri dengan kedekatan Kaira dan Arsen. Mereka berharap bisa menggantikan posisi Kaira di samping Arsen.

Arsen adalah ketua OSIS sehingga banyak adik kelas, teman sebayanya bahkan kaka kelas yang sering mencari perhatian di depan laki-laki itu. Kaira akan tertawa terbahak-bahak jika melihat wajah kesal Arsen saat para siswi sedang berusaha melakukan aksi mereka agar mendapat perhatian pria itu.

"Ka, coba lo yang pesen deh gantian" Ucap Kaira, tangannya masih asik membaca direct massage di ponsel Arsen.

"Songong banget, kalo bukan lo yang nyuruh males gue" Sahut Arsen malas.

"Ka Arsen mau gak jadi pacar aku, hmpptt" Kaira menahan tawanya saat membaca pesan dari teman satu angkatannya.

"Ini si Bunga cantik tau kak, kenapa lo gak terima aja dia" Ucap Kaira saat Arsen sudah duduk kembali di bangkunya.

Arsen mendengus mendengar perkataan Kaira "Cantik kalau jual murah percuma" Ucapnya santai.

"Jahat banget lo kak, kalau gue nembak cowok itu kira-kira gue diterima gak kak?" Tanya Kaira menunjuk teman seangkatannya.

"Brian? Jangan lah ngapain dia masih kecil. Cari tu yang seumuran sama gue" Jawab Arsen tersenyum tipis.

"Siapa temen kaka yang ganteng dan baik?" Tanya Kaira bersemangat membuat Arsen mendengus sebal.

"Gak ada. Cuma gue yang ganteng dan baik" Sahut Arsen cepat yang sukses membuat Kaira mendengus.

"Iya lo doang yang baik. Puas" Arsen mengacak rambut Kaira dengan gemas.

Kaira akui banyak teman Arsen yang tampan tapi kalau yang baik memang hanya laki-laki itu. Arsen tidak pernah memberi harapan palsu kepada perempuan-perempuan yang berharap kepadanya. Jika tidak suka laki-laki itu akan menjauh.

Berbeda dengan Arsen, teman-teman Arsen akan mendekati semua perempuan yang berusaha mendekati mereka. Dan mereka akan membuang begitu saja, saat para perempuan itu sudah nyaman.

"Kalau itu cantik gak Kai?" Tanya Arsen memberi isyarat kepada Kaira untuk menoleh kebelakang.

Kaira menoleh "Cantik. Ka Jasmin mah cantik" Jawabnya memperhatikan Jasmin yang sedang memakan bakso bersama teman-temannya.

"Kalau gue sama dia cocok gak?" Tanya Arsen menaik-turunkan alisnya.

Hati Kaira seperti di cubit mendengar perkataan Arsen. Dia tadi hanya bercanda tentang menembak Brian. Tapi kenapa Arsen membalasnya. Laki-laki itu sering sekali bertanya tentang Jasmin kepadanya. Kaira berusaha menjawab sesantai mungkin padahal hatinya seperti di remas. Sakit.

"Cocok. Lo ganteng dan ka Jasmin cantik" Jawab Kaira dengan senyum manisnya. Berusaha terlihat baik-baik saja.

"Kalau gue tembak dia kira-kira dia terima gue gak?" Tanya Arsen.

"Uhukk"

"Eh kenapa sih?" Arsen memberikan air minum kepada Kaira. Gadis itu menerimanya dengan cepat. Kaira kaget mendengar perkataan Arsen yang dengan santainya bertanya kepadanya.

"Hati-hati dong kalau makan tu" Arsen menatap khawatir Kaira.

———

Satu minggu setelah kejadian di kantin. Arsen benar-benar menyatakan cintanya kepada Jasmin. Kaira mendengar cerita Arsen dengan malas. Laki-laki itu bercerita bagaimana dia menembak dan Jasmin yang menerimanya karena gadis itu sudah menyukai Arsen sejak lama.

"Lo dengerin gue kan Kai?" Tanya Arsen menatap Kaira yang sedang asik menonton film kartun kesayangannya di TV.

Keduanya sedang berada di rumah Kaira. Hari ini hari minggu Arsen akan main ke rumah Kaira seperti biasanya. Sebenarnya gadis itu sedikit bingung, laki-laki itu sudah memiliki kekasih tapi kenapa kebiasaannya tidak berubah.

"Ya dengerin lah" Jawab Kaira seadanya.

"Bentar lagi Jasmin ultah menurut lo apa kado yang bagus untuk dia?" Tanya Arsen masih menatap wajah Kaira dari samping.

Laki-laki itu memperhatikan bentuk wajah Kaira dari samping. Kaira memiliki mata monolid, hidung mancung yang berbentuk love di lubang hidungnya dan pipi chubby. Gadis itu sebenarnya cantik dan menggemaskan. Tapi entah kenapa Arsen tidak bisa jika harus menjadikan Kaira kekasihnya. Laki-laki itu takut dia menyakiti Kaira jika mereka menjadi sepasang kekasih. Dia berjanji kepada Kaira kalau dia akan selalu membahagiakan gadis itu. Tidak menjadi kekasih gadis itu bukan berarti tidak bisa membahagiakan dia kan.

"Tanya aja sama cewek lo dia lagi pengen apa. Kalau gue ngasih saran takutnya cewek lo gak suka" Jawab Kaira.

"Namanya kado suka gak suka harus suka dong. Buruan menurut lo apa yang bagus" Arsen mencubit pipi chubby Kaira dengan gemas.

"Boneka mungkin"

Arsen menganggukkan kepanya. Mencoba mencerna ide yang diberikan Kaira. Banyak gadis yang menyukai boneka, dan laki-laki itu yakin Jasmin juga menyukainya.

"Oke deh boneka. Lo temenin gue belinya ya" Kaira hanya bergumam.

Hati dan telinganya panas mendengar celotehan Arsen yang tidak berhenti membicarakan Jasmin. Gadis itu iri dengan Jasmin kenapa gadis itu bisa seberuntung itu mendapatkan laki-laki seperti Arsen. Bolehkah Kaira berharap mereka berdua putus.

Kaira menggeleng, tidak boleh egois. Dia harus memikirkan kebahagiaan Arsen. Cinta mungkin tidak harus memiliki fikirnya. Biarlah hanya dia yang tahu perasaannya kepada laki-laki itu.

"Arsen lunch disini aja ya" Ucap Tika berjalan menghampiri Kaira dan Arsen yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.

"Maaf ma, Arsen ada janji sama seseorang. Next time deh Arsen makan disini ya" Sahut Arsen merasa tidak enak menolak mamanya Kaira. Karena ini untuk pertama kalinya dia menolak ajakan mama sahabatnya itu.

Tika menatap Kaira sekilas "Oke deh tapi janji ya next time lunch disini"

"Iya ma, janji"

Setelah itu ketiganya terdiam. Arsen sedang membalas pesan Jasmin. Keduanya janjian untuk makan siang bersama setelah itu berkencan seperti anak seusianya.

Kaira menatap layar televisi dengan tidak minat. Sedangkan Tika, wanita paruh baya itu menatap iba anak gadisnya dengan diam-diam. Dia tahu kalau anak gadisnya itu mencintai sahabatnya itu. Kaira tidak pernah bercerita kepadanya, tapi dia tahu dari tatapan anaknya kepada Arsen.

"Ma, Arsen pamit ya" Arsen mencium punggung tangan Tika.

"Iya, Hati-hati ya Sen" Tika mengusap kepala Arsen.

"Gue pergi ya bakpao. Bye.. " Arsen mencubit pipi Kaira dengan kuat setelah itu dia berlari keluar rumah Kaira.

"Sialan lo muka pucet!"