🖋_______ Aku tengah duduk bersandar di atas kasur kamarku kala Hars, suami resmiku berdiri diambang pintu dan berkata dengan wajah datarnya.
"aku akan menikahinya, sebaiknya kau rahasiakan semua ini dari orang tua kita"
perkataanya begitu memukul perasaanku.
aku menatap matanya dan berkata "Mas, sadarlah mas.. Aku ini istrimu.. aku tahu kau ini tidak mencintaiku sama sekali.. tapi tolong mas, sadarlah. kembalilah ke jalan yang lurus.." tak terasa air mataku bergulir membasahi pipiku.
"kau tahu? aku akan tetap menikahinya dengan atau tanpa persetujuanmu" kata mas Hars kemudian meninggalkanku yang tengah sendirian di ruang kamar.
______..,,🌺𝓓𝓳𝓪𝓴𝓪𝓻𝓽𝓪,20 𝓞𝓴𝓽𝓸𝓫𝓮𝓻 2020🌺,,..______
"Alhamdulillah, akhirnya kalian resmi menikah... Hmm, ayah tahu. Hars memang laki-laki yang baik dan bertanggung-jawab.
Semoga kalian akan segera di beri momongan ya" Ucap ayahku dengan perasaan yang sangat bahagia. Aku hanya tersenyum kecut atas pernikahan ini.
Bukan aku tidak bahagia, aku bahagia melihat ayahku yang berbahagia beserta keluarga dari mempelai putra pun sangat bahagia atas pernikahan kami.
Pria yang ku ketahui bernama Hars ini sangatlah lembut dan baik. Ia juga sangat tampan. Ia memiliki kulit putih bersih dan tubuh yang menjulang tinggi bak tiang listrik. Aku tidak sedang melawak, namun inilah kenyataanya.
Mas hars menang sangat tampan. Aku sangat senang karenanya.
"Rena, Mulai sekarang.. Kita akan tinggal berdua di rumah yang sudah ku bangun.
Em.. Mungkin, kau tidak terlalu mengenaliku bahkan mungkin akan sedikit canggung mengingat pernikahan kita adalah hasil dari perjodohan. Namun, aku akan senantiasa menjagamu.." Kata mas Hars di depan para orang tua kami yang benar-benar membuat hatiku meleleh.
Aku hanya mengangguk menanggapi perkataan mas Hars yang begitu manis.
Resepsi Pernikahan kami pun berakhir . Aku dan Mas Hars segera mengemasi barang kami dan beranjak dari desa. Aku menaiki mobil yang sama dengan mas Hars, kami hanya berdua.
Perjalanan kami terasa canggung ketika aku merasa Mas Hars hanya diam seribu bahasa.
𝘈𝘱𝘢 𝘮𝘢𝘴 𝘩𝘢𝘳𝘴 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘤𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨 𝘺𝘢?
Fikirku.
Aku pun berusaha memecah keheningan dengan mencoba berbicara denganya.
"Mas,, Apa kau ingin minum sesuatu? Aku membawa susu.." Kataku menawarkan susu yang sedari tadi ku bawa.
Namun diluar dugaan.
Ia benar-benar mengacuhkanku.
Aku mencoba berbicara kembali dengan perasaan canggung.
"Mas-," Belum sempat aku menyelesaikan kalimat ku Mas hars tiba-tiba memotong nya.
"Renata, aku menikahimu bukan atas dasar cinta. Aku telah memiliki seorang kekasih. Karena pernikahan bodoh ini, aku terpaksa meninggalkanya untuk sementara.
Aku sangat mencintainya dan tidak ingin meninggalkanya.. Jadi jangan bersikap bodoh dan jangan memaksakan diri untuk mendekatiku.."
Jantungku terasa berhenti. Aku merasa seperti baru saja terjatuh ke dalam lubang yang sangat dalam. Aku menelan ludahku dan berusaha memaklumi keadaan mas Hars. Aku menahan air mataku yang hampir saja bergulir di pipiku.
"Ah,.. Be.. Begitukah mas? Aku turut merasa sedih. Apakah pacar mu mengetahui ini?"
Tanyaku.
"Diamlah.." Kata Mas hars dingin.
Aku begitu terkejut melihat mas hars yang berubah menjadi sedingin es ini. Mengapa sifatnya bisa berubah secepat ini mengingat didepan keluarga kami, ia begitu lembut.
Apakah benar? Kalau aku merusak kebahagiaan mas hars bersama kekasihnya?
Apakah benar aku hanya orang ketiga diantara mereka? Namun, aku ini istri sah mas Hars. Aku istri mas hars.
Mengapa begitu sakit mengetahui nya ternyata hanya berpura-pura mencintaiku?
Aku kemudian memilih untuk menuruti suamiku ini. Aku hanya terdiam seribu bahasa hingga akhirnya kami berdua sampai di rumah baru kami yang tampak begitu megah.
Mas hars turun dan ia segera mengeluarkan kopernya kemudian ia masuk kedalam rumah.
Meninggalkan aku dan koperku yang masih ada di dalam bagasi mobil yang terbuka.
"Mas.. Koperku berat.." Kataku berusaha meminta tolong kepadanya.
Namun ia sudah jauh masuk kedalam rumahnya.
Aku mengulum bibir bawahku dan berdiam diri. Air mata bergulir di pipiku, aku bimbang antara harus keluar dari sana atau bertahan menunggu semuanya mereda.
Aku berfikir, mungkin mas Hars masih kalut dengan perjodohan ini.
Nyatanya, aku justru merasa seperti dibohongi oleh sikap manisnya selama di desa.
Aku kemudian mengeluarkan koperku dari bagasi dengan bersusah payah.
Aku mengulur gagang koper dan menariknya masuk kedalam rumah.
"Kenapa lama sekali?" Tanya mas Hars setelah aku sampai di kamar.
"Ma.. Maaf mas, anu... Itu tadi berat kopernya" Kataku kemudian akan membuka isi dari koperku.
"Ehhh!!!" Teriak mas Hars menghentikan aksiku.
"Kamarmu bukan disini,.."
Ia kemudian menarik tanganku dengan paksa dan menuntunku pada kamar sempit di dalam rumah itu.
Aku sedikit terkejut dengan perlakuan mas hars yang seperti ini.
"Mas.. Ini kamar pembantu kan??" Tanyaku kepada mas hars.
Ia hanya mengangguk. Kemudian ia menyuruhku menunggu disana sementara ia kembali ke kamarnya.
Aku tidak mampu berkata-kata setelah mas hars kembali ke kamar sempit ini dengan membawa koperku.
"Ren, kamu tidur disini. Aku tidak ingin sekamar bersamamu"
Ia kemudian keluar dari kamar itu.
"Mas hars,.. Sebenci itukah kamu sama aku mas?? Diantara kamar lain?? Kamu memberiku kamar pembantu??"
Kataku menghentikan langkah kaki Mas hars.
Mas hars hanya menoleh dan meninggalkanku tanpa menutup pintu kamar.
Tubuhku merasa lemas setelah mas hars menghilang dari edaran mataku.
𝘠𝘢 Tuhan, 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘪𝘬.. 𝘛𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘬𝘶𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶..
Bulir air mataku jatuh melewati pipiku.
Aku bergegas menutup pintu dan segera merapikan baju-bajuku kedalam lemari.
Setelah menyelesaikan, aku buru-buru pergi tidur dengan maksud melupakan permasalahan ku dengan mas hars.
____🌺𝓹𝓪𝓰𝓲 𝓱𝓪𝓻𝓲🌺___
Alarm ponselku berbunyi tepat pukul 4 pagi, aku segera bangun dan berlari ke kamar mandi membersikan tubuhku.
Aku mandi dan bersolek sedikit. Memakai baju terbaiku. Berharap mas hars akan luluh. Tidak lupa aku menyiapkan sarapan pagi untuk mas hars.
Aku kemudian mengetuk pintu kamar mas hars yang terkunci dan mencoba membangunkanya.
"Mas harss.. Ayo bangun mass, aku sudah memasak makanan untukmu"
Kataku sembari mengetuk pintu.
"Mas..." Aku kembali mengetuk pintu.
Hingga pada akhirnya mas Hars membukakan pintu.
Tubuh tingginya menghadang ku.
Rambut acak-acakan khas seseorang yang baru terbangun menambah kesan ketampanan seorang Harselion.
Namun, bukan senyuman dipagi hari yang manis. Melainkan sebuah tatapan sinis menyambut ku.
"Mengapa kau mengganggu istirahatku?"
Aku yang kebingungan pun mendadak bisu dan gagu.
"A.. Anu.. Itu... Sarapan. Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu!"
Kataku.
"Aku tidak terbiasa sarapan. Kau makan sendiri saja.."
Ia kemudian kembali ke dalam kamarnya dan membanting pintu tanpa memperdulikan aku yang masih berdiri di depan pintu.
Akibat nya, Dahiku harus menerima hantaman keras dari pintu kamar mas Hars.
Aku yang merasa kesakitan ini berlari ke kamarku dan terisak.
Aku duduk diam di depan cermin. Air mataku terus bergulir membuat jalan baru pada pipiku.
"Sakitt... " Rintihku.
Aku memeriksa luka yang kini sudah mengeluarkan cairan kental berwarna merah yang merembes keluar dari dalam kulitku.
Aku kemudian mengambil obat merah dan sehelai perban dari kotak P3K yang selalu kubawa kemana-mana.
"Aaah.. Sakit.." Kataku.
Setelah selesai menutup lukaku, aku segera berlari ke meja makan dan duduk di salah satu kursi menunggu mas Hars keluar dari dalam kamarnya.
Beberapa makanan, air putih dan susu sudah tersaji di atas meja makan.
Waktu menunjukan pukul 06:30.
Namun hars belum keluar juga. Aku sudah menunggunya sejak tadi.
"Apa mas hars tidur lagi?"
Kataku lirih.
Aku kemudian beranjak dari kursi hendak menuju kamar Hars yang letaknya tidak jauh dari dapur.
Dan benar saja, Hars kini sudah berdiri dihadapanku. Aku pun mencoba menawarinya makan.
"Mas makan dulu yuk.." Kataku.
Dengan tatapan dingin, Ia kemudian berjalan mendekati meja makan dan hanya meraih satu gelas susu sapi yang lalu ia teguk sampai habis.
"Lho mas?? Kok cuma minum susu?" Tanyaku agak khawatir.
"Aku sudah bilang padamu,.. Aku tidak biasa sarapan. Jangan memaksa ku untuk makan sampah makanan yang kau masak ini! Dan... Kau tidak udah memaksa dirimu untuk semuanya, karena sampai kapanpun,, aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai istriku"
Ia kemudian pergi meninggalkan rumah setelah kalimat nya yang telah merobek perasaanku.
Apa iya? Dia seorang lelaki yang tidak punya hati? Kalaupun ia tidak bisa menerimaku untuk menjadi istrinya,
Setidaknya anggaplah aku sebagai seorang wanita. Mengapa ia begitu membenciku,..
Sementara aku mencoba melakukan kewajibanku sebagai seorang istri.
Aku menyentuh luka di dahiku. Sementara air mata telah membasahi pipiku. Aku, Sherina.. Seorang gadis sepertiku.. Tidak akan pernah mungkin membahagiakanya
______________🌺𝓑𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓫𝓾𝓷𝓰🌺_______________