Suasana bandara New Chitose pagi ini nampak lengang, kesibukan bandara yang umumnya lumrah dijumpai pada sebuah bandara apalagi bertaraf International tidak tampak terlihat, Penunjuk waktu yang terletak tepat diatas sebuat tembok besar putih yang menghadap kearah pintu keluar penumpang menunjukan waktu tepat pukul 06.10 pagi, terang saja bandara ini sepi walaupun bertaraf international tapi bandara ini tidak beroperasi 24 jam dan pesawat yang baru saja ku tumpangin adalah pesawat pertama yang mendarat pagi ini, masih sembari memperhatikan sekitar dan mata yang sibuk mencari informasi terkait posisi JP Office untuk penukaran Pass yang akan kugunakan selama 7 hari ke depan, tak sengaja perhatianku menangkap satu objek familiar, coffee shop yang sudah cukup melalang buana diperkopian dunia dan kuputuskan untuk beristirahat sejenak sembari mengisi ulang energi akibat penerbangan red eye dari Jakarta.
Tepat pukul 08.30 pagi waktu bagian Jepang kuputuskan untuk menuju JP Office yang terletak di Basement 1 Bandara ini, setelah lengkap administrasi dan Pass ditangan maka petualangan Solo Traveller yang terbilang nekat akan dimulai, ini memang salah satu impianku untuk bisa berkunjung ke negara terfavoritku sendirian sesuai moto yang selalu kusisipkan pada hidupku " try one once in your lifetime " paling tidak akan ada bakal cerita untuk anak dan cucu kelak,
Miris memang berandai andai memiliki anak cucu diusia berkepala tiga, dimana aku bahkan belum pernah berhubungan dengan lelaki manapun, pastinya bukan karna trauma terhadap pria seperti cerita di novel novel kesukaan Dina dan bukan karena aku tidak tertarik pada lawan jenis, ini semua akibat ulah Dimitri yang tidak lain kakak sulung Dina, Ya cinta monyet yang kupupuk dan tumbuh subur hingga akhirnya aku terjebak dengan brother-sisterzone termenyesakkan seantero Depok.
Setelah menunggu 10 menit dalam kedinginan akhirnya kereta menuju Sapporo tiba, aku menggunakan kereta lokal yang tercangkup dalam jaringan JP Pass, perjalanan menuju jantung pulau Hokkaido ini memakan waktu 30 menit, Pemandangan diluar jendela membuatku terkesima rumah penduduk dan lapangan kosong tertutup salju putih.
"cantik" batinku.
Tiba-tiba terdengar nada dering yang sangat kuhapal dan pastinya bukan milik salah satu penumpang kereta, seketika semua mata mengarah kepadaku, dengan gerak cepat kuambil handphoneku dari tas kecil yang bertengger didepan dada biasa kusebut "kantong Doraemon" lalu kutekan icon merah pada layar.
" Abang, aku lagi dikereta, jangan telpon." ketikku cepat
" Ra, Kamu udah sampe? kok ga ngabarin?" balasnya
" Iya, tadi lagi ribet, ini mau ngabarin udah keduluan sama Abang." jawabku
" Telpon aku kalo kamu udah sampe Sapporo ya". titahnya
" Oke" balasku pendek, dan kembali memasukan benda pipih itu ke kantong Doraemon.
Jepang dengan segala keunikannya akan selalu menjadi negara favoritku ditambah lagi Dimitri menetap di negara ini sejak 10 tahun yang lalu, walaupun setiap tahunnya dia akan kembali ke Jakarta namun ini merupakan kali pertama aku berkunjung ke tempatnya berada walau sejujurnya tidak tepat jika dikatakan mengunjunginya karena agendaku sebenarnya adalah liburan ala Backpack dan hanya akan singgah di Tokyo selama 2 hari dimana Dimitri bermukim.