Romantika Pengantin Baru

Ayunda diterima kuliah di jurusan yang sama dengan Reza. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di salah satu kampus ternama di Kota Surabaya. Tak hanya itu, mereka juga berada di kelas yang sama.

"Mas, aku dan Reza kan sekelas. Jadi, aku izin bareng dia ya!" Tama mengangguk. Bagaimanapun juga Reza yang sudah membantunya terbebas dari perjodohan dengan perempuan pilihan Mamanya.

"Ini uang saku buat kamu, kalau kurang bilang ya! Nanti, aku transfer."

"Aku nggak punya rekening, Mas."

"Besok kita buat ya! Jadi, uang saku bulanan kamu langsung aku transfer ke sana."

"Nanti aja, Mas. Aku minta bantuan Reza biar nggak ngerepotin Mas Tama." Tama mengangguk setuju.

"Dasar cewek matre, dengar kata uang aja semangat." Batin Tama.

Tin...tin...tin...

Suara klakson motor Reza memecah keheningan di antara Ayunda dan Tama. Keduanya pun segera keluar rumah.

"Aku berangkat dulu ya, Mas." Ayunda mencium tangan Tama. Tama secara sengaja mencium kening Ayunda di depan Reza. Reza menjadi panas melihatnya.

"Yuk berangkat, Ayang!" Reza membalas sakit hatinya.

"Iya, Za. Mas, aku duluan ya!" Ayunda bergegas naik ke motor Reza dan melambaikan tangannya ke arah Tama.

"Kenapa sakit gini sih? Pasti ada yang salah deh" gerutu Tama

******

"Za, temani aku buka rekening dong!"

"Oke."

Keduanya pun bergegas menuju bank yang tak jauh dari kampusnya. Reza membantu mengambil nomor antrian sekaligus mengisi formulir pendaftaran nasabah baru. Reza juga mengeluarkan uangnya untuk mengisi rekening baru Ayunda. Tak butuh waktu lama, Ayunda sudah memiliki rekening baru.

"Thank you, Za."

"Sama-sama, Ayang" Balas Reza sambil mengacak rambut Ayunda.

"Ih, berantakan tahu." Protes Ayunda.

"Berantakan pun juga masih tetap cantik."

"Ih, apaan sih. Jangan bikin aku besar kepala dong, Za."

"Emang cantik, buktinya Mas Tama mau kan sama kamu?" Ayunda mengangguk.

"Btw, Mas Tama bakalan suka nggak ya sama aku?"

"Enggak lah. Mana mungkin dia naksir kamu. Pertama, kamu bukan tipenya. Kedua, dia mau nikah sama kamu karena mau dijodohkan sama Mamanya,"

"Oh. Baguslah kalau begitu."

*****

Teman-teman sekampus Ayunda tidak ada yang mengetahui statusnya. Mereka hanya mengetahui kedekatan Ayunda dan Reza. Pasalnya, keduanya sering banget berduaan. Tak jarang, keduanya saling suap-suapan seperti orang lagi kasmaran.

"Za, mau nyobain nggak?" Tawar Ayunda.

"Boleh." Ayunda menyuapi Reza soto ayam miliknya.

"Enak, Ay. Coba mie ayamku dong!" Ayunda mengangguk dan membuka mulutnya.

"Iya, enak."

"Ehem..." Suara deheman seseorang mengejutkan mereka.

"Mas Tama, sini mas makan bareng!" Tawar Ayunda sambil menepuk bangku kosong di sampingnya. Tama pun segera duduk di samping Ayunda.

"Mas Tama ngapain ke sini?" Tanya Reza penasaran.

"Lagi main aja. Seharusnya aku yang tanya, kalian mesra banget. Kalian pacaran?"

"Enggak lah, aku nggak mungkin pacaran sama Reza. Mas Tama tahu sendiri kan kalau kami cuma bersahabat. Lagian mana mungkin kami saling cinta. Iya kan, Za?" Reza mengangguk pasrah, padahal dadanya terasa sesak. Begitu pun dengan Ayunda, dadanya terasa sakit bagai ditusuk belati. Dia terpaksa membohongi perasaannya di depan suaminya.

"Baguslah kalau begitu." Tama menatap Reza tajam.

"Mas Tama, mau makan apa? Biar aku pesankan."

"Aku mau disuapin soto punya kamu aja, Sayang." Ayunda melirik ke arah Reza memastikan semuanya akan baik-baik saja.

"Ini tinggal sedikit, Mas. Ayunda pesankan lagi aja ya?" Tama menggeleng. Ayunda pun menyuapi Tama hingga soto di mangkuknya tandas.

"Za, tolong pesankan soto ya!"

"Oke, Mas."

"Buat siapa, Mas?" Tanya Ayunda.

"Buat kamu, Sayang."

"Eh, nggak usah, Za! Aku udah kenyang kok."

"Jadi gimana nih, Mas?"

"Nggak usah deh. Setelah makan, kamu mau ke mana?"

"Kelas, Mas. Setelah ini masih ada matkul filsafat."

"Oke deh. Mas tunggu di rumah ya, Sayang" Tama sengaja mengecup kening Ayunda di depan Tama.

"Mas, balik dulu ya! Kamu jangan nakal, jangan mesra-mesraan sama Reza. Ingat, kamu itu milikku bukan Reza!" Tama melirik ke arah Reza sebagai tanda peringatan.

Usai kepergian Tama, Ayunda mulai mencari tahu tentang Tama.

"Mas Tama gitu ya orangnya? Kaku banget sih." Reza mengangguk

"Kamu ngerasa aneh nggak sih, Za? Dia udah tahu kita bersahabat tapi kok gitu sikapnya. Emangnya kita mesra-mesraan apa? Perasaan biasa aja kan? Biasanya juga kita kayak gini sebelum ketemu Mas Tama." Protes Ayunda. Reza hanya mengangguk sambil tersenyum ke arah Ayunda. Dia yakin Tama mulai jatuh hati pada Ayunda.

"Lagian lucu banget sih, mana mungkin kita saling cinta." Ayunda tertawa dalam kegetiran.

"Andai kamu tahu perasaanku, tapi lebih baik seperti ini asal aku bisa tetap dekat sama kamu." Batin Reza

"Aku mencintaimu, Za. Tapi, sayangnya cintaku bertepuk sebelah tangan. Biarkan seperti ini agar aku bisa tetap bersamamu." Batin Ayunda

"Yuk, kita pulang!" Ajak Reza memecah keheningan di antara mereka.

"Nggak ikut kelas?" Reza menggeleng.

"Sekali ini aja. Bolos matkul filsafat yang membosankan. Mending kita nonton, makan, belanja, pokonya menenangkan pikiran kita. Aku traktir deh" Ayunda pun setuju.