Olivia terlihat gusar karena ponselnya hilang entah kemana.
"Aduh, kemana sih !" Olivia menggaruk kasar kepalanya yang tidak gatal hingga rambutnya acak - acakan. Tiba - tiba ia menepok jidatnya sendiri.
"Mengapa aku tidak misedcall memakai telepon rumah saja ya ?"
Olivia menekan nomor ponselnya. Dan... Tersambung !!! Olivia pun tersenyum lega. Tapi senyuman Olivia hilang setelah mendengar suara baritone yang mengangkat panggilannya. Mengapa ponsel nya bisa ada pada Pak Christian ???
"Halo ?"
Olivia terdiam.
"Halo ???"
Olivia masih terdiam.
"Baiklah, akan ku tutup."
"Ja... Jangan Pak... Ini aku."
"Oh, rupanya kau Sarah Olivia. Kau meninggalkan ponselmu di minimarket tadi. Dan aku yang menemukannya."
"Syukurlah. Terimakasih, Pak. Sebenarnya aku..." ucapan Olivia tertahan saat ia menyadari sesuatu yang ia takutkan. Apa Pak Christian membuka ponselnya ?!
"Olivia ? Kau disana ?"
"Ah... Ya, aku disini, Pak."
"Aku di depan pagar rumahmu."
Olivia yang masih memegang gagang telepon membulatkan mata sambil menutup mulutnya yang membentuk huruf o. Olivia langsung berlari ke jendela kamarnya untuk mengintip keluar sampai lupa menutup gagang teleponnya. Ya Tuhan, ternyata benar ! Pak Christian ada di bawah !!!
Olivia berlari menuruni tangga dan
'Brakk'
Pintu utama rumah dua lantai yang tidak terlalu besar itu terbuka. Olivia menatap sendu sosok pria itu... Pria yang membuatnya terpesona pada pandangan pertama itu sedang bersandar di pagar, membelakanginya sambil menempelkan ponsel milik Olivia ditelinganya.
Tuhan, andai bisa aku memeluk tubuh tinggi nan tegap itu dari belakang...
"Pak Guru..."
Pak Christian sedikit terkejut dan menoleh. Senyumannya yang amat disukai Olivia itu pun kembali muncul.
"Sebentar Pak, akan ku buka pagarnya." ucap Olivia sambil berusaha membuka gembok pagar itu.
Tindakan Olivia terhenti, karena ada tangan besar yang memegang lembut telapak tangannya nan mungil yang sedang berusaha membuka gembok pagar. Perlahan Olivia mendongakkan kepala untuk menatap sang pemilik dari tangan itu.
"Tidak perlu Olivia. Karena ini sudah malam."
Olivia langsung menarik tangannya yang masih dipegang oleh Pak Christian, walaupun dirinya sendiri menginginkan lebih lama dalam posisi itu.
"Ini ponselmu." ucap Pak Christian sambil memberikan ponsel milik Olivia.
"Terimakasih. Maaf merepotkan Pak Guru lagi..."
Guru itu pun tertawa kecil.
"Tak apa. Lagi pula apartemenku di dekat sini."
"Apa kau..."
"Heum?" ucapan Olivia yang menggantung membuat Pak Christian sedikit penasaran.
"Membuka.. ponselku?" tanya Olivia ragu.
"Ya." jawab Pak Christian dengan santai.
Olivia tertunduk malu. Apa dia melihat itu ??? Seketika, wajahnya memerah.
"Masuklah, ini sudah malam. Aku pulang dulu." Pak Christian mengacak rambut Olivia singkat sebelum meninggalkan tempat itu.
Apakah benar ia melihat Gallery ponsel ku ??? Mengapa ia bersikap biasa saja ?
Di lain pihak, Pak Christian berjalan dengan dua tangannya yang berada dalam saku celana, tersenyum sekilas mengingat isi Gallery di ponsel Olivia. Yang tak lain adalah foto dirinya ketika disekolah yang pastinya di ambil Olivia secara diam - diam. Namun Pak Christian masih menganggap bahwa itu hanyalah efek dari masa pubertas seorang remaja, yang sebagian besar jauh dari kata 'serius'.
***
Liburan kenaikan kelas tiba. Olivia memutuskan untuk tidak pergi kemanapun. Walaupun tantenya menawarkan berbagai macam liburan, entah mengapa Olivia malas untuk bepergian dan hanya memilih istirahat dirumah ataupun pergi ke pusat hiburan dan pusat perbelanjaan dalam kota.
Teman - teman Olivia sudah pergi liburan masing - masing. Olivia memutuskan untuk pergi sendirian ke pekan raya yang sedang diadakan. Karena entah mengapa dia merasa ingin sekali pergi kesana.
Olivia memakai kaos ketat berwarna cream serta levis pendek yang berwarna biru muda. Rambutnya yang tergerai ditambah lip tint pink membuatnya semakin cantik.
Saat ingin menyebrang di persimpangan lampu merah, tiba - tiba sebuah mobil terios hitam berhenti di depannya. Kaca mobil itu pun perlahan terbuka.
"Pak Guru...?"
Olivia sempat terpukau melihat Pak Christian memakai pakaian biasa, walau hanya kaos berwarna kuning yang dilapisi blezer, ia sama sekali seperti tidak kelihatan seperti pria berumur 36 tahun.
"Hey Olivia, mau kemana ? Masuklah, aku akan mengantarmu."
"Tapi..."
"Ayolah... Apa kau masih sungkan padaku ?"
Mendengar itu, Olivia merasa tidak enak dan naik ke mobil Pak Christian.
"Pakai sabuk pengamanmu."
Olivia kelihatan kesulitan memakai sabuk pengaman, Pak Christian yang melihatnya memajukan tubuhnya untuk membantu Olivia memasangkannya hingga jarak mereka sekarang hanya 3 cm saja. Olivia terpejam karena menghirup aroma tubuh Pak Christian yang bisa membius wanita manapun yang ada di dekatnya.
Tanpa disengaja, pandangan mereka bertemu. Sorot mata keduanya saling menusuk satu sama lain. Perlahan - lahan, Pak Christian memajukan wajahnya...
'Tin...Tiiiiiiiinn !!!'
Keduanya tersentak karena dikejutkan oleh banyak bunyi klakson. Rupanya sudah lampu hijau. Pak Christian pun langsung melajukan mobilnya.
***
Olivia melihat keluar kaca mobil sambil memikirkan...
Apakah tadi Pak Christian mencoba menciumku ?
"Olivia ?"
"Ah... Y... Ya ? Ada apa, Pak ?" panggilan Pak Christian membuyarkan lamunannya.
"Rencanamu tadi mau pergi kemana ?" ucap Christian sambil menoleh sekilas lalu pandangannya kembali ke jalanan.
"Aku mau ke pekan raya, Pak."
"Sendirian ?"
"Ya."
"Serius ?"
Olivia memutar bola matanya. Ternyata rupanya pria ini lumayan pencicilan juga.
"Pak guru, apa aku sedang kelihatan main - main ?"
"Ya, kupikir kau mau pergi dengan pacarmu."
"Pak Guru mau ngejek atau gimana sih ?"
"Maksud kamu ?"
"Aku ga pernah punya pacar, Pak."
Pak Christian tersenyum lebar.
"Kenapa Pak guru senyum - senyum ?"
"Kebetulan aku juga ingin kesana. Bagaimana kalau kita pergi sama - sama ?"
"Hah ?! Nanti kalau ada murid yang lihat gimana ? Nanti kalau kata orang aku simpanan om - om ? Gimana ? Nanti juga ada yang mengira aku pelakor ? Gimana ? Nanti kalau ada murid sekolah perempuan yang merupakan fans - fans kamu ? Gimana ? terus nanti kalau..."
"Udah... Udah cukup ngomongnya..."
"Aaww sakiittt Pak..." Olivia meringis karena pipi kanannya dicubit gemas oleh Guru tampan yang sedang mengemudi itu.
Olivia memajukan mulutnya sambil menggosok pipinya yang memerah karena cubitan tadi.
"Ternyata kamu orangnya cerewet juga, ya ?"
"Hah ? Pak Guru juga pencicilan, kok." Olivia memajukan bibirnya.
"Jangan khawatir. Toh, memang diantara kita tidak ada apapun kan?"
"Ah... Iya."
Keduanya tersenyum dan bersenda gurau sepanjang jalan. Tanpa disadari hubungan keduanya pun semakin dekat.
***
Sesampainya di pusat hiburan, keduanya terlihat tertawa dan bahagia satu sama lain. Terutama ketika mereka berdua menaiki satu persatu wahana permainan yang amat mengasyikkan.
Entah siapa yang memulai tapi kini keduanya bergandengan tangan bahkan saling merangkul. Sama sekali tidak ada perasaan canggung seperti telah kenal lama satu sama lain.
Mereka berlarian dan berkejaran bersama, bahkan saling mencicipi es krim masing - masing. Kembali Christian mengusap bibir Olivia yang celemotan sedikit es krim. Tapi kali ini Olivia tidaklah canggung. Melainkan ia malah tersenyum dan sudah berani menatap mata guru bp nya itu.
Banyak orang yang keheranan menatap mereka berdua. Dikarenakan Prianya begitu matang sedangkan wanitanya masih sangatlah muda.
Orang juga bingung apa hubungan yang mengikat mereka. Saudara ? Pacaran ? Atau teman ? Bahkan tak sedikit juga perempuan dewasa melihat Olivia dengan tatapan sinis karena iri bisa bersama dengan pria matang dan tampan seperti Christian.