Bab 15

Anggi berdiri mematung dengan mulut yang terngaga serta matanya yang membulat.

Olivia dan Christian segera berjalan menghampiri Anggi.

"Emm... Anggi, gimana kalau kita ngobrol di kantin aja. " ucap Olivia sambil tersenyum getir.

Anggi memutar bola matanya. Dan berisyarat bahwa dia setuju.

*Di kantin rumah sakit*

"Darimana kamu mau mulai cerita Liv ? Kalo sebenarnya kamu pacaran sama Pak Christian ?" ucap Anggi dengan ketus.

"Hihihi... " Olivia kembali tersenyum getir.

"Kita kan udah lama temenan. Kok kamu tega sih Liv rahasiain seuatu dari aku... " desah Anggi memelas.

Dengan wajah lugunya Olivia memintal rambut panjangnya dengan telunjuknya.

"Sebenarnya sih, aku pengen bilang, tapi bingung mau jelasinnya kayak gimana... Btw, maafin aku ya... Please... "

Anggi tersenyum menatap Olivia, lalu menopang dagunya dengan kedua tangannya.

"Pantes aja... Akhir - akhir ini, kamu kelihatan tambah cantik Liv. " Anggi berbicara sambil melirik Christian.

Wajah Olivia memerah dan Christian tersenyum hambar, karena sudah pasti ia mengerti akan arti ucapan sahabat kekasihnya itu.

Ya ya ya... Ini semua perbuatanku...

Batin Christian.

"Dia memang cantik, dan akan tetap cantik. " ucap Christian sambil merangkul Olivia.

"Hellow ??? apakah aku dianggap tidak ada, disini !?" ujar Anggi sambil melambai - lambaikan telapak tangannya.

Christian tertawa dan malah mencium singkat pipi Oliva yang sedang tersenyum malu.

Anggi yang melihat itu hanya bisa menepok jidatnya sendiri.

Namun, seketika Anggi mengernyitkan dahinya melihat wajah Christian.

"Pak guru ? Kok hidung bapak berdarah... ?"

Olivia yang mendengar itu langsung menoleh dan mengelap darah yang mengalir dari hidung Christian itu dengan selembar tissue.

"Chris... Chris kau kenapa... ? Ayo kita periksa. Mumpung kita di rumah sakit sekarang..." ucap Olivia dengan penuh kekhawatiran.

Christian memegang kedua belah pipi Olivia.

"Mungkin aku hanya kelelahan, sayang. Jangan khawatir. "

"Seharusnya jangan terlalu memaksakan dirimu, Chris... "

"Baiklah. Aku janji tidak akan kelelahan lagi... "

Olivia mengangguk. Karena pada umumnya mimisan adalah penyebab dari kelelahan.

***

"Apa ?! Oliv nggak mau pindah keluar kota. Oliv mau kuliah disini aja tante. "

"Nggak bisa. Kamu lebih baik satu rumah sama tante. Jadi tante bisa sepenuhnya jagain kamu. Plus tante ga perlu lagi bolak balik antar kota untuk nemuin kamu." ujar Nia, tante Olivia.

"Belum tentu juga nilai Olivia diterima disana. "

"Jangan bohong. Tante hafal sama kamu. Setiap semester pasti kamu masuk tiga besar. "

"Tante, Olivia udah gede. Oliv bisa kok jaga diri. "

"Pokonya pindah. Titik. "

Olivia diam dan merajuk.

Mana mungkin aku sanggup untuk jauh dari Chris... Pokoknya aku harus berusaha agar tetap tinggal disini !

***

Olivia sedang melamun. Ia boring karena jarang bertemu kekasihnya, karena Chris sibuk dan sering lembur di sekolah. Saat ini pun Olivia sangat merindukan Christian.

'Ddddrrrrttt'

Olivia dengan malas mengambil ponselnya yang beegetar dari atas nakas.

To : Sweet Heart

Besok ada waktu sayang ?

To : My Sexy Chris

Ada. Memang kenapa ?

To : Sweet Heart

Mau kencan ke pekan raya kota sebelah bersamaku ?

Olivia tersenyum senang. Namun senyuman itu seketika menghilang.

To : My Sexy Chris

Nanti ada yang lihat kita gimana ?

To : Sweet Heart

Hahaha. Ngapain takut Liv. Toh, gak ada yang kenal kita disana.

Olivia menepok jidatnya sendiri. Ia sungguh merutuki kebodohannya.

Di sisi lain, Christian tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Olivia cantik, ia juga pintar di sekolah, tapi terkadang ia juga sering cerewet dan telat mikir. Dan saat itulah ia terlihat manis di mata Christian.

***

Olivia mengoreksi penampilannya di depan cermin. Ia memakai kaos ketat berwarna hitam dan berlengan panjang disertai celana pendek yang mengekspos kaki putihnya. Rambutnya dikuncir kuda dengan full make up natural.

'Tiinn... Tiiiiiinnnn'

Olivia tersenyum sumringah mendengar bunyi klakson itu. Ia segera menyambar tasnya lalu secepatnya menuruni anak tangga agar kekasihnya tidak lama menunggu.

Senyum Olivia semakin melebar melihat Christian sudah berdiri menyandar di mobilnya dengan seikat bunga mawar di tangannya. Setelan casual yang dipakai oleh Christian membuat Olivia berdesir. Demi Tuhan ia ingin menyambar bibir Christian saat itu juga.

Olivia berlari kecil menghampiri Christian sehingga payudaranya terombang ambing ke atas dan ke bawah. Hal itu tentu saja sukses membuat Christian salah fokus. Seketika sesuatu yang keras menonjol di resleting celananya.

Olivia kini sudah berada di depan christian. Namun ia heran mengapa Christian menjadi manyun. Setelah mengetahui apa yang sedang di perhatikan Christian, Olivia memutar bola matanya.

"Pak guru !" Olivia menepuk lengan Christian.

"Ah... Eh... Iya, ehm... Ini buat kamu. "

Olivia menerima seikat bunga dari Christian dan langsung memeluk kekasihnya itu.

Di lain pihak,  Christian semakin sesak dan semakin sakit di bawah sana akibat payudara Olivia yang menempel sempurna di tubuhnya karena pelukan Olivia begitu erat.

Christian melepaskan pelukan Olivia dan segera membukakan pintu mobilnya. Ia sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam mobil.

"Morning kiss babe, "

"Yeah... " Olivia mengalungkan tangannya di leher Christian.

Mereka saling melumat hingga saliva mereka berserakan di sekitar bibir. Menyalurkan kerinduan demi kerinduan melalui pangutan yang lembut namun tetap panas. Tangan Christian menarik ikat rambut Olivia sehingga kini rambut panjang itu telah tergerai bebas.

"Eh... Kenapa di buka Pak...?"

"Aku menyukai rambut panjangmu yang tergerai Olivia."

Christian yang sudah turn on sejak tadi menekan tuas kursi hingga posisi duduk Olivia menjadi setengah berbaring.

"Ah... Pak guruu... "

Olivia mendesah saat Christian menghisap dan menjilat leher Olivia sembari meremas lembut payudara Olivia bergantian.

"Aahh... Pak... Mmmphhh"

Olivia menggelinjang saat Christian menekan puting payudaranya yang sensitif dari luar kaosnya. Dalam hitungan detik Olivia sudah basah di bawah sana.

Christian makin buas menciumi dan menghisap leher Olivia sedangkan tangannya menelusup ke dalam kaos ketat itu dan memainkan puting payudara Olivia.

"Eemmhh Pak Guru... Ja, di,  pergi... Nggak... ? Aaahh... "

Christian menghentikan aksinya. Lalu membenarkan kursi Olivia. Kemudian mengecup lama kening kekasinya itu.

"Maaf ya Liv. Soalnya kamu cantik banget hari ini."

Wajah Olivia memerah.

"Ah... Pak guru... "

Christian memajukan bibirnya.

"Apakah sekarang kita sedang berada di sekolah ?"

Olivia tertawa dan langsung memeluk tubuh bidang dan tegap itu.

"I love u Chris... "

***

Mereka bersenang - senang, berjalan beriringan bersama tanpa ada seorang pun yang mengenal mereka di pekan raya itu. Tanpa terasa hari pun mulai gelap.

"Olivia... Mari ikut bersamaku... "

"Iya. Tapi mau kemana Chris...? "

"Rahasia. " ucap Christian sambil mengedipkan sebelah matanya.

Olivia pun menjadi penasaran.

***

Mereka telah sampai di sebuah tempat rekreasi yang sama sekali belum pernah dikunjungi Olivia.

"Eh.... "

Olivia sedikit terkejut saat Christian mengikat sehelai kain untuk menutupi matanya. Dan ia di bimbing berjalan oleh Christian menuju ke suatu tempat.

Mereka berhenti berjalan.

"Ready babe ?"

"Yeah... "

"Ini untukmu Olivia... "ucap Christian sambil membuka penutup mata Olivia.

Olivia menjerit tertahan, bagaimana tidak,  di depan matanya ia melihat suasana makan malam yang begitu romantis.

Christian memeluk Olivia dari belakang.

"Maaf jika ini tidak terlalu mewah sayang... "

Olivia berbalik dan memeluk erat Christian.

"Aku sangat bahagia bersamamu... Terimakasih... Aku mencintaimu Chris..." air mata Olivia menetes.

"Aku sangat mencintaimu Olivia... "

***

Dini hari, Christian telah mengantar Olivia pulang. Karena jika mereka menginap di hotel, Christian tidak yakin bisa memulangkan Olivia dalam keadaan utuh.

Mobil Christian berlalu saat Olivia sudah memasuki pagar rumahnya.

Saat Olivia hendak berusaha menggembok pagarnya, ia melihat wanita yang berjalan tergesa - gesa sambil menggendong seorang bayi.

Sepertinya wanita itu tidak asing bagiku ? Tapi ah,  sudahlah. Lagipula aku trauma berinteraksi dengan orang asing tengah malam begini.

Olivia membalikkan tubuhnya dan hendak berjalan menuju pintu utama rumahnya.

"Permisi... ??? Boleh aku bertanya sebentar ???"

Olivia menghentikan langkahnya dan menoleh pada wanita itu.

"Aku ingin bertanya apakah kamu mengenal Christian ? Ia tinggal di daerah sini. "

Olivia mengernyitkan dahinya.

Apa  ? Christian  ???

Olivia jadi penasaran, hingga dengan hati - hati mendekati wanita yang tengah berdiri di depan pagar rumahnya itu.

Kemudian wanita itu mengambil ponsel dari dalam sakunya.

"Ini fotonya."

Olivia terkejut saat melihat foto yang sama persis seperti yang dilihatnya di atas nakas Christian waktu itu. Ya. Olivia ingat sekarang.

"Percayalah padaku. Mobilku barusan di rampok. Dan untung saja aku berhasil melarikan diri."

Ucap wanita itu sambil memelas.

"Kau siapanya Christian  ?" Olivia baru berani bersuara.

"Aku istrinya. Dan ini adalah anaknya. Apakah kau mengenalnya ???"

Seketika Olivia seperti baru tersambar petir yang menggelegar tepat di atas kepalanya.

Beberapa jam yang lalu Christian berkata bahwa ia sangat mencintai Olivia. Dan sekarang ada wanita yang mengaku sebagai istrinya dan... Membawa anaknya ???