Part 2

Sore harinya di satu cafe anak muda. Terlihat Riya tengah kumpul bersama teman-temannya.

"Gimana?? Mas Riyan bilang apa?"

"Mas Riyan bilang gak bisa" jawab Riya apa adanya dengan mencomot satu stik kentang kedalam mulutnya.

Sontak keempat temannya itu terkejut.

"Jiaaaah, gimana dong nasib magang kita??" seru Tami kecewa.

"Ya mau gimana lagi, kudu cari tempat lain" sahur Qiqi ketus.

"Lo sendiri kan adik  Mas Riyan juga tetap gak boleh??" tanya Fani  menatap Riya yang cuek.

"Enggak"

"Wah, sadis" sahut Qiqi  cepat.

Riya terlihat tidak senang mendengar ucapan Qiqi.

"Kata Mas Riyan, dia males sama kita-kita yang anak manja ini"

"Masa sih?? kita manja dari mana??" potong Dwi protes.

"Tau deh!!" sahut Riya pasrah.

"Terus nasib kita gimana dong? 3 minggu lagi loh, gila apa kalau kita berlima enggak magang berarti kita gak bisa buat laporan kerja untuk sidang dan kita bakal jadi letting tua kalau gak tamat dalam tahun ini" Seru Fani panik.

Sesaat Riya mengingat nama perusahaan Dewanta.

"Eh, tunggu deh, gue inget satu tempat yang mungkin aja bisa nerima kita ber5" seru Riya bersemangat.

Wajah ke 4 temannya seketika serius.

"Apa?"

"Perusahaan iklan Dewanta" seru Riya.

Sontak ke 4 temannya itu kaget.

"Dewanta??" seru mereka berbarengan dengan nada kaget.

Riya pun terheran.

"Iyaa, Dewanta.. kenapa??"

"Ogah.. gue ogah.." tolak Tami cepat.

"Gue lagi, ikh amit-amit" sela Qiqi menimpal takut.

"Kenapa?" seru Riya terbingung dengan respon penolakan teman-temannya.

Wajah ke 4 temannya pun menatap Riya dengan serius.

"Lo gak tau yaa? tiap anak magang yang kerja di sana nilai yang di kasih pas-pasan.." ujar Qiqi dengan nada seram.

"Mending pas-pasan, yang gue denger nie yaa bahkan ada mantan anak magang disana malah dapat nilai E, lo mau??" tanya Dwi dengan anda ketus.

Riya terdiam seribu kata. Ia sama sekali tidak tau jika ada cerita menyeramkan di seputar anak magang.

"Makanya cari perusahaan lain aja deh, jangan Dewanta.. perusahaan lain  kan banyak yaa walau kecil juga tetap perusahaan..yang ramah sama anak magang gak pelit nilai" ujar Tami.

Ke tiga teman yang lain reflek mengangguk kepala menyetujui ucapan Tami.

Riya hanya bisa diam tanpa mengeluarkan argumen apa pun.

***

Setelah kumpul sore yang mengejutkan.

Malam harinya, Riya yang berada di kamar terlihat aktif mengotak-ngatik Laptopnya.  Setelah mendengar ucapan Tami, Qiqi, Dwi tentang Dewanta.  Rasa penasaran Riya kian  besar untuk mencari info tentang perusahaan satu ini.

"Dewanta" ketika jemari Riya pada keyword laptop. Dan seketika terbuka segala info tentang perusahaan iklan tersebut.

Delik kedua bola mata Riya pun terlihat serius membaca tiap info mengenai Dewanta. Dan ia pun terkejut dengan kesuksesan perusahaan iklan itu yang ternyata memang sangat di akui kehebatannya.

Reflek Riya mengigit bibir bawahnya sembari berpikir.

"Apa gue coba aja kali yaa??" gumam batin Riya.

Sekilas ia mengingat ucapan  mas Riyan tadi pagi di kantor, jika saingan tander terkuat kakaknya itu adalah Dewanta.

Dan hal itu kian membuat Riya ingin magang ke perusahaan itu.

"Gue harus coba, mungkin aja bisa bantu Mas Riyan buat nyuri idenya mereka" bisik Riya dengan senyum licik.

Namun ketika ia tersenyum, tanpa sadar ia mengingat sesuatu dengan melihat pada dirinya sendiri.

Lalu ia pun beranjak turun dari tempat tidur dan menatap dirinya di hadapan sebuah cermin full body.

Riya merapikan rambut panjang nya lalu melihat wajahnya dengan seksama pada pantulan cermin.

"Gak mungkin kan gue ke Dewanta dengan kondisi begini?" tanya Riya pada dirinya sendiri.

Sesaat ia berpikir sembari menatap pantulan paras wajah cantiknya di kaca. Tubuh ramping, rambut panjang dan kulit putih.

"Gue harus nyamar" ucap Riya pada dirinya sendiri.

***

Ke esokan paginya.

Riya yang bersiap untuk memulai misinya terlihat keluar dari kamar dengan membawa tas rasel.

"Mama, Riya pergi dulu yaa?"

Mama melihat pada sang putri dengan wajah kaget.

"Ram-rambut kamu kenapa kriting begitu???" Mama terlihat kaget ketika melihat rambut sang putri yang awalnya lurus menjadi kriting kriwil.

" Ah, ini.. cuma ganti style aja mah, biar keren" jawab Riya beralasan.

Kening mama berkenyit.

"pergi dulu ya mah, doain bisa magang" 

"Iya, tapi apa gak sarapan dulu??"

"Hm, nanti aja mah, di jalan.. soalnya ini ketempat yang agak jauh" tolak Riya dengan meraih jemari sang ibu untuk bersalaman pamit.

"Oh, yaa udah hati-hati ya"  seru mama membekai pucuk kepala sang putri kecil.

"Oke, dah mama" seru Riya dengan berbalik badan meninggalkan sang mama.

Ketika Riya hendak menghidupkan mobil brionya. Jemarinya reflek menahan menekan tombol pembuka pintu.

Sejenak ia menimbang.

"Apa gue naik Ojol aja yaa???"

Lalu tanpa pikir panjang, Riya pun menyimpan kembali kunci mobilnya dan meraih handphone untuk memesan mas Ojol