Chapter 4 : Awal Takdir

"Nona, mulai sekarang kau akan tinggal di istana ini."

Kamar Tatiana, Istana Winston, 9 Maret 1065

"Hah…."desah Tatiana

"Tidak kusangka istana di kerajaan akan membosankan seperti ini. Aku rindu rumah."

Tok tok tok….

"Permisi, nona."ucap seorang pelayan

"Iya, silahkan masuk."ujar Tatiana

Gadis kecil itu menoleh dan terkejur melihat orang yang mengunjunginya.

"Abigail??Kau disini?!"tanya Tatiana

"Salam ku untuk calon bulan Kerajaan Winston, Putri Tatiana Alice."ucap Abigal

"Duh,, Abigail. Kau terlalu berlebihan, kau sudah kuanggap sebagai kakak ku sendiri."ujar Tatiana

"Tidak bisa, nona. Anda akan menjadi bagian dari kerajaan ini nanti. Jadi aku harus belajar untuk beraptasi."jawab Abigail

"Hah, baiklah jika memang itu yang kau inginkan. Tapi, jika kita hanya berdua panggil saja aku 'nona' seperti biasa, mengerti?"ujar Tatiana

"Hihihi, Roger nona Tatiana!"balas Abigail

"Saya dikirim oleh tuan Carl kesini untuk tetap melayani anda. Bagaimana kabar anda, nona?"

"Aku rindu rumah, oh iya, bagaimana dengan kakak? Bagaimana kabar beliau?"tanya Tatiana

"Oh, Tuan Robert baik-baik saja. Dia di kediaman juga sangat mengkawatirkan anda. Dia berjanji akan mengirimi anda surat setiap harinya, nona."jawab Abigail

"Oh, begitukah? Syukurlah…."ujar Tatiana

"Memangnya ada apa, nona?"

"Ah, tidak apa-apa. Hanya saja aku teringat dengan perkataanya sebelum aku berangkat ke istana ini."ujar Tatiana

Flashback On

"Hyaa!."

Tang Tang…

Suara besi pedang beradu di halaman belakang keluarga Alice. Terlihat seorang laki-laki dan gadis kecil yang menjadi tokoh pertarungan tersebut. Tatiana dan kakaknya. Walaupun masih kecil, namun Tatiana sudah berlatih pedang. Jika gadis lain yang seumuran dengannya, pasti akan bermain boneka. Namun berbeda dengan gadis bangsawan. Tak hanya gadis, semua anak bangsawan kurang merasakan masa kecil yang menyenangkan. Karena sejak berumur 2 tahun, mereka sudah harus belajar etika kerajaan dan mengimbangi nya dengan belajar ilmu politik, matematika, sastra, musik, bela diri, dan masih banyak lagi.

Setelah pulang dari istana hari itu, Tatiana meminta berlatih pedang bersama kakaknya. Ada rasa terbesit dalam hatinya untuk menceritakan mimpi buruk yang dialaminya kepada sang kakak. Karena memikirkan hal itu, ia tidak fokus waktu berlatih, pedangnya terlempar, dan tubuhnya jatuh ke belakang.

Bruk…

"Tatiana, kau tidak apa-apa?"tanya sang kakak, Robert

"Ah, maafkan aku kak. Tatiana tidak fokus berlatih."jawab Tatiana

"Apakah kau mau beristirahat terlebih dahulu?"tanya Robert lagi

"Tidak perlu, kak. Istirahatnya nanti saja. Tatiana baik-baik saja."jawab Tatiana

"Hmmm..tidak biasanya adik kakak bersemangat latihan seperti ini. Pasti ada sesuatu, ya kan? Apakah masalah pertunangan mu dengan pangeran?"ujar Robert

"Eh? Bagaimana kakak bisa tahu?"tanya Tatiana

"Hah,,, itu sudah jelas terlihat di matamu, adikku. Mata yang menggambarkan kegalauan seorang wanita."ucap kakak berniat menggoda

"Ih, kakak. Apa-apaan sih. Lagipula, aku kan tidak menyukai pangeran. Mengenalnya saja belum."ujar Tatiana

"HAHAHA, lalu jika belum kenal mengapa kau bersedia bertunangan dengan dia, hum?"tanya Robert

"Demi ayah. "jawab Tatiana

"Eh?"

"Aku melakukan ini untuk menepati sumpah darah yang telah ayah ucapkan kepada sang raja, kak."

"Kakak, apakah kau tidak berfikir bahwa pertunangan ini tidak masuk akal? Bagaimana mungkin sebuah hubungan bisa diciptakan karena sebuah ramalan?"tanya Tatiana

"Apakah ada yang menganggumu?"tanya Robert

"Kakak, jikalau kakak mau mendengarkan ceritaku, bersediakah kakak berjanji untuk percaya padaku?"ujar Tatiana

"Kau adalah adikku, semua yang kau katakan pasti adalah kebenaran. Lagipula, ibu selalu mengajarkan kepada kita untuk saling percaya, bukan?"ujar Robert

Tatiana pun menceritakan mimpi panjangnya itu, mulai dari munculnya seorang putri, posisinya digantikan menjadi selir, sikap kasar pangeran mahkota, hingga kakaknya yang mati terbunuh.

"Sekarang apa kakak percaya padaku?"tanya Tatiana

Kakak beradik itu terdiam sesaat. Hingga sang kakak membuka mulutnya.

"Tatiana, kakak mengetahui bahwa mimpi adalah bunga tidur. Tapi kakak juga meyakini bahwa jika mimpi itu diceritakan maka tidak akan menjadi kenyataan. Jadi, kau tak perlu khawatir."

"Kakak akan selalu menjagamu, kau harus kuat. ini adalah keputusan yang kau buat, apapun derita dan penyesalannya, kau harus tetap berjalan. Kakak akan selalu mendukungmu. Setelah mendengar ceritamu itu, entah kenapa untuk pertama kalinya kakak memiliki sebuah ketakutan. Tapi kakak yakin itu semua tidak akan terjadi, jadilah ibunda yang hebat bagi negeri ini nantinya, Tatiana."ujar Robert.

"Kakak!!"

Tatiana berlari dalam pelukan kakaknya dan menangis disana. Kakaknya berusaha menenangkan dirinya dengan mengelus-elus kepalanya.

"Menangislah! Lalu berhentilah! Kau harus menjadi ratu yang kuat, Tatiana."

"Kakak akan selalu berada di sisimu. Lagipula, kita masih berada di langit yang sama, kan? Kau bisa memegang janji kakak, bahwa apapun yang terjadi bahkan walaupun harus mempertaruhkan nyawa sekalipun, kakak akan selalu melindungimu, mengerti?"

"Hum,, baik kakak."

Flashback Off

Ruang Belajar Pangeran, Istana Winston, 9 Maret 1605

"Salam untukmu, Yang Mulia. Matahari Masa Depan Kerajaan Winston. Saya mohon kerjasamanya."ucap Tatiana

"Kau tidak perlu repot-repot kesini. Menggangu pekerjaanku saja."ujar pangeran Philip

"Tapi, Yang Mulia. Saya disini diperintahkan untuk bertemu dengan anda."ujar Tatiana

"Memangnya perihal apa?"tanya pangeran

"Lusa adalah peresmian pertunangan kita di hadapan para bangsawan. Bukankah kita akan berdansa bersama? Masalahnya saya masih belum bisa menari dengan sempurna. Jadi, bisakah saya mengajak anda untuk berlatih dengan saya?"ujar Tatiana

"Jika kau memang tidak bisa, biarkan seperti itu saja. Kita tak perlu berdansa."ucap pangeran sambil masih berkutat dengan dokumen kerajaan

"Tapi, pangeran…."

"Aku tidak punya waktu untuk berlatih bersamamu, kau bisa berlatih dengan pelayan atau menyewa guru dansa manapun. Kenapa harus aku? Apa kau tak lihat tumpukan dokumen ini???"ujar Pangeran

"Maafkan saya, Yang Mulia. Saya telah lancang menganggu pekerjaan anda."ujar Tatiana

Pangeran hanya diam dan tak mau merespon perkataan Tatiana. Baginya, dokumen di depannya lebih penting daripada gadis di depan yang merupakan tunangannya.

"Kalau begitu, saya pamit undur diri dari hadapan anda, Yang Mulia."pamit Tatiana

"Menyebalkan sekali, perempuan mana yang ingin berhubungan dengan lelaki seperti itu."batin Tatiana

"Nona Tatiana, bukankah seharusnya anda berlatih sekarang bersama pangeran?"tanya pelayannya Abigail

Tatiana hanya menggelengkan kepala.

"Jadi begitu, ya? Lalu, apa yang akan anda lakukan nona?"tanya Abigail

"Aku tidak punya pilihan lain selain berlatih sendiri, Abigail."jawab Tatiana

"Tapi, nona. Walaupun begitu, anda butuh partner untuk belatih bersama anda."ujar Abigail

"Kalau begitu, bagaimana jika berlatih denganku, Putri Tatiana?"ucap seseorang

"Eh, siapakah anda?"tanya Tatiana

Seorang pemuda dengan mata emerald datang menemui Tatiana, pemuda itu terlihat sebaya dengan pangeran mahkota.

"Salam untukmu, bulan masa depan Kerajaan Winston. Perkenalkan nama saya Charles Peter, putra dari perdana menteri Albert Peter."