WebNovelCewekku!28.57%

Chapter 2

Keesokan harinya....

Seperti biasa, aku dan Niendya berangkat bersama ke sekolah. Selama di bis, Niendya terus bercerita tentang pengalamannya sejak pindah kesini. Aku sangat menikmati ceritanya karena dia pandai membuatnya menjadi menyenangkan.

"Hahaha, setelah itu....."

"Hm? Niendya, tunggu sebentar" ucapku sambil mengarahkan tanganku ke arahnya.

"Ya?"

Aku pun mengambil daun yang tersangkut di atas kepalanya.

"Ada daun di atas kepalamu. Lihat ini" ucapku sambil menunjukkannya.

*blush

"Hm? Kenapa mukamu memerah?" tanyaku.

"Eh? T-tidak apa-apa kok, hehe" jawabnya.

"Huh?"

*penumpang : "Itu karenamu!"

Beberapa saat kemudian, kami pun turun. Sampai kami tiba di sekolah, wajah Niendya masih memerah. Entah kenapa setiap kali kami bertatapan, dia langsung memalingkan muka.

"Oh! Lihat! Hasil ujiannya sudah keluar!! Ayo kita cek, Ryan!" ucapnya sambil lari menuju papan pengumuman.

Aku senang dia kembali ke dirinya yang biasa. Aku pun langsung bergegas mengikutinya. Papan pengumuman terbagi menjadi dua, papan di sebelah kiri adalah urutan dari 1 sampai 100, dan papan di sebelah kanan urutan dari 101 sampai 200.

"Namaku....namaku...namaku....!!!! Ah, urutan 101! Aku lolos!!!! Ryan! Kamu ada di urutan berapa?!" ucapnya dengan keras.

*siswa lain : "Kamu?"

"Namaku tidak ada di dekat namamu. Apa jangan-jangan aku tidak lolos ya? Tapi aku kan sudah mengerjakan dengan benar. Bagaimana ini?" ucapku dengan panik.

*(Berisik)

Sepertinya ada sesuatu yang menghebohkan sedang terjadi.

"Hei-hei, siapa itu yang ada di urutan pertama? Bagaimana dia bisa dapat nilai sempurna seperti itu? Kukira Tuan Putri Andinie yang akan ada di urutan pertama, ternyata orang lain" ucap siswa yang ada di papan sebelah kiri.

Aku baru ingat, aku belum mengecek papan di sebelah kiri. Aku pun langsung segera mengeceknya.

"Hei, siapa anak yang bernama Destryan ini? Hebat sekali dia bisa dapat urutan pertama" ucap salah satu siswa.

Mendengar itu, aku langsung mengecek nama yang ada di urutan pertama. Saat aku tahu siapa nama itu....

"Geh?!"

Kata yang langsung terucap secara instan.

Niendya menghampiriku dan melihat juga.

"Geh?!"

Kata yang langsung terucap secara instan(2).

*siswa lain : "Geh?"

Kami berdua terkejut, karena nama yang ada di urutan pertama adalah.....

"Urutan pertama, Destyran Anggara Putra, total poin.....400!?!?" teriakku.

....namaku.

"Hebat sekali kamu, Ryan!!! Kamu mendapat nilai sempurna!! Aku bangga denganmu!!" ucap Niendya sambil memelukku.

"Haha.....yang benar saja" ucapku dengan pasrah.

"Apa? Jadi dia anak yang mendapat urutan pertama? Biasa-biasa saja tuh?" kata salah satu siswa di belakang kami.

Setelah itu, banyak siswa-siswa lain yang mulai membicarakanku. Tentu saja mereka penasaran, bagaimana orang sepertiku bisa meraih nilai sempurna di ujian yang terkenal sulit ini.

"Diam kalian semua!!" ucap seorang perempuan.

*(langkah kaki)

Perempuan itu mulai mendekatiku dari belakang keramaian.

"Hei hei, itu kan?"

Semuanya mulai bisik-bisik tentang perempuan ini.

"Oh? Jadi kau yang berada di atasku? Cukup tampan juga" katanya.

"Eh? Ya, terima kasih. Maaf bila aku tidak sopan, tapi..siapa kau?" tanyaku.

"Apa?! Dia tidak mengenali Tuan Putri ? Bagaimana bisa?" ucap seorang siswa.

"Oh ya? Maaf atas ketidaksopananku. Aku Andinie Sofya Lapiz, keturunan langsung Keluarga Lapiz. Salam kenal" ucapnya.

"Eh?! Keluarga Lapiz?!" teriak Niendya.

Entah kenapa, tiba-tiba Niendya terkejut.

"Kamu mengenalnya, Niendya?"

"Tentu saja, bodoh!! Dia itu dari keluarga bangsawan yang memiliki hubungan dekat dengan presiden !!" ucapnya.

"Oh, benarkah?....kalau begitu, salam kenal" ucapku sambil mengajak berjabat tangan.

"Huh?"

Andinie nampak kebingungan.

"Ada apa?" tanyaku.

"Apa...yang ingin kau lakukan?" tanyanya kembali.

"Tentu saja berjabat tangan. Ah...maaf aku lupa, tentu saja kau tidak mau melakukannya dengan orang sepertiku, kan? Ayo kita ke tempat Qilla, Niendya" ucapku sambil pergi bersama Niendya.

"Eh? Tung-!"

Kami pun pergi meninggalkan Andinie menuju perpustakaan.

"Hee....laki-laki yang aneh. Tapi, kuakui, dia punya keberanian untuk berperilaku seperti itu terhadapku" ucap Andinie.

**

Sesampainya di perpustakaan, kami mendapati ruang Komite kosong tidak ada siapa-siapa.

"Dimana Qilla? Dia bilang untuk menemuinya di sini, tapi, ke mana dia?" ucap Niendya.

*brakk

Tiba-tiba ada suara barang terjatuh yang berasal dari ruang penyimpanan buku. Kami pun langsung menghampiri asal suara itu. Saat kami tiba, ternyata suara itu akibat tumpukan buku yang jatuh karena disenggol Qilla.

"Astaga, Qilla! Kamu tidak apa-apa?" ucap Niendya.

"Ara, aku tidak apa-apa" katanya.

Aku pun membantunya merapikan buku-buku yang jatuh.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanyaku.

"Hehe, aku sedang mencari buku-buku lama yang masih bagus, saat aku ingin keluar, aku tidak sengaja menyenggol tumpukan buku itu"

"Ya ampun, lain kali hati-hati ya" ucapku.

Setelah selesai merapihkan, kami memberikan kertas formulir kami untuk bergabung dalam Komite Perpustakaan. Meskipun namanya komite, sekolah menetapkan kalau perpustakaan juga sebuah klub. Lalu, Qilla membagikan posisi yang akan kami duduki. Kami langsung  mendapat posisi pengurus karena anggotanya hanya kami bertiga

"Baiklah, Ryan, kau telah ditunjuk sebagai Wakil Ketua, dan Niendya, kau sebagai Sekretaris. Bagaimana? Kalian keberatan?" tanyanya.

"Hm, aku tidak ada masalah. Kamu bagaimana? Apa kamu keberatan, Niendya?" kataku.

Jika soal mengurus berkas-berkas atau berdiskusi aku memang ahli, tapi aku tidak yakin dengan Niendya.

"Hmm.....mungkin akan sulit, tapi akan kucoba!!" ucapnya dengan penuh semangat.

Percuma saja aku mengkhawatirkannya, dia memang tidak berubah.

"Bagus, mulai pulang sekolah nanti, akan kutunggu kalian di sini. Selamat datang di SMA Indragiri!" ucapnya.

"Mohon bantuannya!" ucap kami.

Kami pun pergi ke kelas kami. Aku berada di kelas A, sedangkan Niendya di kelas B. Kelas di sekolah ini ditentukan melalui undian nomor. Memang aneh, tapi adil sehingga tidak menimbulkan sebuah diskriminasi.

Aku pun berpisah dengan Niendya di depan kelasnya. Lalu, aku langsung menuju kelasku. Saat aku masuk ke kelas, seisi kelas melihat ke arahku, meskipun begitu aku tidak merasakan ada yang mempunyai niat buruk kepadaku.

"Hei kau!" teriak salah satu siswa.

"Ya?"

"Kau....hebat sekali!!!! Bagaimana kau bisa mendapat nilai sempurna seperti itu!??!" ucapnya.

Ternyata, dia hanya kagum dengan nilaiku.

"Kalau kau bertanya....ya hanya belajar kuncinya" ucapku sambil berjalan ke arah kursiku yang sudah ditentukan di papan tulis.

"Wah curang! Tidak mau memberi tahu caranya!!" teriaknya.

Aku senang ternyata tidak ada yang berniat buruk terhadapku. Tempat dudukku hampir tepat di belakang kelas. Di belakang tempat dudukku ada seorang siswi yang sangat cantik seolah-olah ada bunga-bunga di sekitarnya.

*(Melihatku)

Dia melihat ke arahku.

"Ah...aku Destryan Anggara Putra, senang bertemu denganmu" ucapku sambil mengajak salaman.

"Hei! Percuma saja kau melakukan itu! Dia tidak akan mau!" ucap siswa tadi.

"Eh? Begitukah? Maaf kalau begitu"

Ketika aku baru saja ingin duduk, aku melihat buku yang sangat familiar denganku sehingga tanpa aku sadari aku langsung menanyakannya.

"....hm? Hei, itu novel XvX, kan?? Kau membacanya juga?!"

Dia tiba-tiba terkejut dengan apa yang aku katakan.

"Apa...katamu? Kau membaca ini juga? Kalau begitu kau adalah temanku!!!" ucapnya sambil menyalami tanganku.

"EEEEH?!??!??!!" ucap seisi kelas.

"P-Putri Tak Tersentuh menyalami anak itu?!? Dan dia bilang kalau anak itu adalah temannya ?! Bagaimana bisa?!?!"

"Eh..ah, kalau begitu, apa kau mau membicarakannya nanti?" tanyaku.

"Ya!!! Tentu saja!!! Oh iya, namaku Tiaraniya Sukma Candraka, panggil aku Tiara, salam kenal, Ryan!"

"Ah, um..salam kenal"

Nampaknya, aku bertemu dengan orang yang cukup menyenangkan.

To Be Continued...