Ratusan tahun telah berlalu dan kerajaan Midas masih menjadi kerajaan besar dan makmur, dengan raja ke enam belas mereka Raja Aldrich. Seorang keturunan dreamer, yaitu mereka yang di anugerahi dengan kemampuan melihat rahasia ruang dan waktu. Masa depan yang menjadi rahasia alam dan masa lalu yang menjadi pelajaran untuk semua makhluk.
Pagi itu para penduduk dikejutkan dengan berita yang menggemparkan. Sang Dreamer Agung yang telah menjaga Kerajaan Midas dari ancaman rahasia masa depan telah meninggal. Alexander adalah Dreamer terkuat yang pernah ada dan tak lain adalah paman dari Raja Aldrich. Ia telah hidup selama lebih dari seratus tahun dan menjadi dreamer terkuat di Kerajaan Midas. Semua yang ia ucapkan seakan menjadi vonis yang pasti diikuti oleh semua orang.
Dan berita kematian sang dreamer ini sungguh mengejutkan seluruh kerajaan Midas. Karena mereka percaya bahwa Alexander bahkan pernah lolos dari kematian melalui mimpinya, namun kali ini kenapa ia menyerah. Bahkan tak seorangpun tahu bagaimana Alexander sang Dreamer Agung meninggal.
Kerumunan orang tampak memenuhi aula istana kerajaan Midas. Para menteri kerajaan dan para pemimpin klan berkumpul diruangan itu untuk membahas masalah yang telah menjadi perbincangan rakyat kerajaan Midas. Bisikan dan dengungan mereka memenuhi ruangan luas dan megah itu.
Tak lama kemudian iringan pelayan kerajaan dan suara dentuman genderang sebagai pertanda kedatangan raja terdengar. Dengan balutan jubah berwarna coklat dihiasi sulaman indah dari benang emas. Baju berbahan sutra terbaik dan sebuah markota berlapis emas dan berlian atasnya membuat keagungan sang raja semakin terpancar. Langkah pelan dan pastinya memancarkan kekuatan dan wibawa yang besar. Sang Raja Kerajaan Midas, Aldrich Sebastian.
Genderang berhenti ditabuh saat sang raja duduk disinggasananya. Para menteri dan pemimpin klan yang hadir serta semua orang yang ada di aula menunduk sebagai tanda hormat pada sang raja. Raja Aldrich mengangguk sebagia tanda menerima hormat mereka.
"Katakan, apakah berita itu benar?" tanya sang raja dengan pelan namun tersirat ketegasan dalam suaranya.
Salah satu menteri maju untuk menjawab pertanyaan sang raja. Dia adalah menteri pertahanan sekaligus salah satu anggota klan Moonlight dan kerabat dari Dreamer Agung Alexander. "Benar, Yang Mulia. Dreamer Agung Alexander telah meninggal malam ini. Namun tak ada seorang pun yang tahu mengapa ia bisa meninggal. Dokter kerajaan dan klan Healing telah memeriksa Dreamer Agung dan tidak menemukan hal yang aneh dalam tubuh Sang Dreamer Agung." Jelasnya.
"Yang Mulia, Saya Aiden putra dari pimpinan klan Healing. Ijin berbicara." Seorang pria dengan jubah hijau ditubuhnya dan sebuah lencana dengan saphire hijau dibahunya maju kedepan. Hijau adalah warna untuk para klan Healing dan Saphire adalah simbol mereka. Disetap kaln akan ada simbol untuk tingkatan dan jabatan masing-masing. Dan untuk klan Healing, lencana batu Saphire menunjukkan bahwa dia adalah salah satu Healer yang kuat di dalam klan dan diakui oleh pimpinan klan.
Raja Aldrich memandang pria itu sejenak sebelum mengangguk. Ia bisa melihat aura tegas dari pria yang tampak masih cukup muda itu. "Katakan."
"Saya telah melihat jenasah dari Dreamer Agung bersama pimpinan klan Healing, kami tidak menemukan sesuatu yang janggal disana. Hanya sebuah kematian biasa." Jelas Aiden yang disambut dengungan diantara para hadirin yang ada diruangan itu. Mengabaikan reaksi mereka Aiden kembali melanjutkan. "Namun itu justru menjadi hal yang patut dicurigai, karena tuan Dreamer Agung tidak memiliki riwayat penyakit apapun." Dengungan semakin keras setelah Aiden menyampikan pendapatnya.
Raja Alddrich juga ikut berpikir dengan penjelasan Aiden. Seorang Dreamer Agung yang bisa melewati dua kali kematiannya yang hampir tidak akan bisa dilalui oleh siapapun namun ditemukan meninggal dirumahnya tanpa sebab. Sungguh hal yang mengejutkan.
Aiden melihat kebingungan diwajah sang Raja dan dia melanjutkan. "Yang Mulia dan Hadirin sekalian. Ada satu hal masuk akal yang menurut saya bisa menjadi titik terang disini." Ucap Aiden membuat perhatian smeua orang terarah padanya. Aiden mengeluarkan sebuah gulungan kertas dari pakaiannya. Ia menyerahkan gulungan itu kepada penasihat Raja untu diserahkan pada Raja Aldrich. Raja Aldrich menerima gulungan itu dengan tatapan bertanya.
"Itu adalah sebuah surat yang kami temukan di ruangan Sang Dreamer Agung. Dan saya rasa itu adalah surat terakhirnya." Ucap Aiden cukup mengejutkan seluruh hadirin di ruangan itu.
Sang Raja segera membuka gulungan itu dan membacanya. Saat membaca gulungan itu ada berbagai ekspresi diwajah Raja Aldrich. Bingung, marah, ketakutan, putus asa, hingga kesedihan mucul disana. Raja Aldrich menatap Aiden dengan tatapan bertanya apakah ini benar. Aiden memahami tatapan sang Raja dan mengangguk. Seketika sang raja memejamkan matanya. Ia menghela nafasnya.
"Yang Mulia, boleh kami tau apa yang terjadi." Tanya menteri kenegaraan pelan karena takut menyinggung Raja Aldrich. Aiden yang tahu bahwa sang raja tak akan menjawab menyahuti pertanyaan tersebut.
"Sang Dreamer Agung telah melihat rahasia masa depan Kerajaan Midas dan menuliskannya di gulungan itu." Ucap Aiden. Suara terkesiap para hadirin tak dapat terelakkan. "Ada rahasia yang tidak bisa dibagikan dihadapan publik untuk saat ini dan akan lebih baik jika kita tidak terlalu fokus pada hal itu. Melainkan pada pemakaman Dreamer Agung." Lanjut Aiden.
Namun suara protes dari para menteri mulai terdengar. Mereka berbisik dan menganggap bahwa ini masalah yang cukup besar dan harus diketahui semua orang.
"Bagaiman mungkin masa depan Kerajaan Midas dianggap masalah sepele, ini adalah hal yang penting dan sepatutnya dibahas bersama di aula kerajaan." Ucap Menteri Keuangan dengan berkaak pinggang menolak ucapan Aiden.
"Kematian Dreamer Agung memang hal yang menyedihkan untuk Kerajaan Midas tapi masa depan Kerajaan Midas adalah hal yang paling penting. Yang Mulia mohon keputusannya." Ucap menteri Kenegaraan yang diikuti seluruh menteri dan pemimpin klan yang ada. Aiden dapat melihat sebagian besar dari mereka adalah klan besar dan terkenal dengan kekayaannya. Aiden melihat ke sisi lain dan menemukan beberapa orang yang diam tak menunduk sepertinya yang tak lebih dari lima orang.
Raja Aldrich melihat mereka semua dan berpikir. Ada satu hal yang ia pelajari dari sang Dreamer Agung semasa hidupnya, bahwa masa depan adalah yang yang sulit di pelajari dan keistimewaan itu sangatlah berbahaya. Karena saat jalan masa depan diketahui maka ada kemungkinan bahwa masa depan akan berubah. Namun diantara kemungkinan yang ada kita tetap tidak akan tahu mana yang akan terjadi. Lebih baik atau yang terburuk.
Raja Aldrich kembali membaca gulungan itu, meresapi setiap kata yang tertuang disana dan memahami maksud dari sang dreamer. Memahami setiapa kata yang sedang ia coba sembunyikan agar tak merubah takdir yang mungkin telah ia lihat. Raja Aldrich terus berpikir dan membiarkan para menteri dan pimpinan klan menunduk namun sepertinya mereka juga kukuh dengan keingintahuan mereka.
Hingga akhirnya Raja Aldrich berdiri dan meninggalkan aula kerajaan tanpa mengatakan apapun. Tanpa menghiraukan tatapan bertanya dari para menteri dan pimpinan klan lain yang penasaran. Dan membuat Aiden dan 3 pimpinan klan lain bernafas lega dan menatap satu sama lain.
Namun sepeninggal sang Raja, Menteri Perbendaharaan berseru, "Aiden putra pemimpin Klan Healing." Ia memanggil Aiden yang hendak meninggalkan aula kerajaan. Aiden perlahan berhenti dan berbalik menghadap Menteri Perbendaharaan.
Tubuh tinggi besar dengan perut yang sedikit buncit. Rambut abu-abu dan jenggot panjangnya serta beberapa perhiasan ditubuhnya tampak mencolok dibanding menteri yang lain. Aiden menunduk sebagai tanda hormat pada pejabat kerajaan.
"Katakan pada kami, apakah kau dan ayahmu membaca gulungan itu." Ucapnya dengan penuh penekanan.
Aiden tersenyum mendengar pertanyaan sang menteri yang telah ia tunggu sedari tadi. "Ada dua gulungan surat yang ditinggalkan oleh sang Dreamer Agung dan untungnya kami membuka gulungan yang tepat. Karena gulungan yang kami buka berisi peringatan untuk membuka gulungan kedua dan menyerahkan gulugan itu pada Yang Mulia Raja Midas." Aiden menyelesaikan kalimatnya dengan lancar lalu menunduk hormat sebelum meninggalkan ruangan itu meninggalkan para menteri yang semakin penasaran dengan apa yang terjadi.
Aiden bergegas meninggalkan aula kerajaan untuk menemui ayahnya yang tengah berada di kediaman Dreamer Agung. Ada hal yang sedari tadi menjadi pertanyaan di benak Aiden yang coba ia sembunyikan. Pertanyaan yang mungkin bisa membantu siapapun menyelesaikan misteri ini. Pertanyaan yang harus ia ajukan langsung pada sang ayah.
Tentang sesuatu yang tidak bisa Aiden yakini. Sesuatu yang seharusnya tidak mungkin namun itu yang terjadi. Karena jika hal ini benar maka Aiden takut hal itu akan berakhir tidak baik. Bayangan Kerajaan Midas yang berbeda dari apa yang ada sekarang. Midas yang jauh dari apa yang ada dan Midas yang lebih indah. Namun ada sejarah yang tidak bisa Aiden percayai dalam mimpinya. Dan sebelum memastikan semua itu, Aiden harus memastikan kebenaran penglihatannya. Apakah seorang Healer bisa memiliki kemampuan klan lain. Karena apa yang Aiden lihat jelas hanyalah sebuah mimpi. Mimpi yang indah untuk beberapa orang namun juga bisa jadi mimpi buruk untuk orang lain.