Change

"Iya." Sahut mamah Maria mewakili.

Lalu mereka segera beranjak ke kamarnya masing-masing.

~New Chaps~

Keesokan harinya keluarga Pradipta dikejutkan oleh sifat manisnya dari seorang pria berkulit putih pucat itu, bagaimana tidak? Biasanya dia menunjukkan wajah datarnya sekarang lihatlah hari ini dia tersenyum lebar kepada seluruh penghuni rumah tersebut. Semuanya cengo karena sifat nya yang tiba-tiba manis begitu.

"Good morning everybody.. " Sapa Gibran masih tersenyum lebar.

" Mah, pah, Na kita tidak sedang mimpi kan? " Tanya John cengo setengah berbisik.

Pria berkulit putih pucat itu heran dengan keluarga nya yang masih cengo.

"Kenapa? Apa ada yang salah denganku? " Tanya Gibran heran.

"Tidak ada bang, hanya saja kita merasa seperti mimpi melihat mu tersenyum lebar seperti itu. " Sahut Anna jujur.

" Yakk Anna kenapa kau memberi tahunya? " Teriak John kesal karena dia takut sifat pria berkulit putih pucat itu kembali datar namun dugaannya salah Gibran justru tersenyum tipis.

" Hey kalian tidak sedang bermimpi, ini benar-benar aku. " Ujar pria berkulit putih pucat itu sambil tersenyum tipis.

" Akhirnya Sweet Gibran kita telah kembali. " Sorak kedua pasangan paruh baya itu sambil memeluk putra sulungnya dari samping.

Anna merasa bahagia melihat sifatnya pria berkulit putih pucat itu sudah berubah secara keseluruhan. Setelah acara peluk pelukan selesai mereka pun segera menyantap sarapan nya sampai habis setelah itu mereka berpamitan untuk berangkat kesekolah.

Seperti biasanya mereka pergi ke sekolah menggunakan kendaraan roda empat milik Gibran. Sesampainya disekolah mereka segera turun, pertama kali yang keluar adalah seorang pria berkulit putih susu disusul dua makhluk berbeda jenis kelamin yang diketahui sebagai orang terdekatnya.

Kini seluruh warga SMA 8 JAKARTA dikejutkan oleh sifatnya pria berkulit putih pucat tersebut seperti pada saat pertama kali dia menginjakkan kakinya di sekolah ternama tersebut yaitu Gibran yang ramah, murah senyum, namun juga terkadang savage.

"Lihatlah bang mereka bahkan tidak percaya dengan sifatmu yang sekarang." Ujar Anna sambil tersenyum lebar.

"Biarkan saja Anna, aku tidak peduli yang terpenting sekarang aku ingin kembali seperti dulu. " Sahut Gibran sambil tersenyum tipis lalu mengacak rambutnya gadis mungil itu sehingga membuat sang empunya mempoutkan bibirnya lucu.

"Benar Anna, bukankah itu yang selama ini kau inginkan?." Timpal John sambil ikut mengusak poninya Anna, membuat siapa saja yang melihatnya menjadi iri.

Bayangkan saja dekat dengan seorang pria setampan Gibran dan John itu terkenal cukup sulit tetapi gadis mungil itu bahkan yang notabene nya masih tergolong murid baru sudah melakukan kontak fisik dengan mereka.

"Bang John benar aku sangat menunggu sifatnya bang Gibran seperti ini. " Sahut gadis mungil itu sambil tersenyum bahagia. "Tapi bisakah kalian tidak mengacaukan rambut ku?." Sambungnya kesal.

"Maaf, tapi meskipun rambutmu sedikit kacau kau masih terlihat cantik kok. " Kata Gibran sambil tersenyum tipis.

"Hmm abang bisa saja. " Sahut gadis mungil itu malu-malu kucing.

John pura-pura terbatuk mendengar pujian dari mulut kakaknya tersebut.

"Kenapa bang?. "Tanya Anna.

"Tidak ada, oh iya btw kapan ke kelasnya? " Ujar John.

"Kau benar John." Sahut Gibran singkat. "Ayo kita masuk. " Sambungnya.

Kemudian mereka pun berjalan beriringan semua siswa siswi menatap kagum kepada pria berkulit putih pucat itu, dia bersikap dingin pun tetap terlihat tampan apalagi sekarang dia kembali bersifat manis yang membuatnya semakin terlihat tampan dimata kaum hawa yang diam-diam mengagumi nya.

Bisikan-bisikan netizen pun mulai terdengar.

"" ๐˜–๐˜ฉ ๐˜”๐˜บ ๐˜Ž๐˜ฐ๐˜ฅ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ช ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜Ž๐˜ช๐˜ฃ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ถ๐˜ฎ. "

"๐˜š๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜จ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ข. "

"๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ช๐˜ด๐˜ช ๐˜จ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ด ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ. "

"๐˜‰๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ, ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜จ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฃ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข. "

"๐˜’๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ฉ ๐˜จ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ-๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข-๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข. "

"๐˜๐˜บ๐˜ข, ๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ด๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ข๐˜ซ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ช๐˜ง๐˜ข๐˜ต ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ๐˜ช ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ "

"๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ๐˜ช ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ซ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ด ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜จ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ด ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ "

" ๐˜‰๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ, ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ญ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข. "

Dan begitulah komentar yang keluar dari mulut netizen.

Mereka sudah biasa mendengar suara suara seperti itu maka tak heran mereka memilih acuh. Sesampainya didepan kelas XI A Anna dan John pamit kepada Gibran.

"Bang, kita masuk dulu ya. " Pamit gadis mungil itu mewakili.

"Iya, belajar yang benar, jangan memikirkan kejadian kemarin. " Ujar Gibran sambil mengusak poninya gadis mungil itu yang sepertinya akan menjadi hobi barunya.

"Iya bang. " Jawab Anna singkat sambil tersenyum.

" Yaudah kalau begitu aku ke kelas dulu ya. " Ucap Gibran.

Kedua makhluk berbeda jenis kelamin itu menganggukkan kepalanya saja, kemudian mereka pun masuk kedalam kelas. Baru saja gadis mungil itu masuk kelas dirinya sudah dikejutkan oleh Bilqis yang tiba-tiba memeluk nya, sedangkan John hanya menggelengkan kepalanya saja sambil tersenyum, sangat konyol pikirnya.

Hugh!

"Congrats Na, sekarang hubunganmu dengan kak Gibran sudah membaik sepenuhnya, hari ini aku melihatnya banyak tersenyum kepada mu bahkan sampai mengusap rambutmu." Cerocos Bilqis yang masih memeluk nya erat yang membuat gadis mungil itu sesak nafas.

" Yakk Bilqis lepaskan pelukanmu dulu, kau membuatku sesak nafas. " Teriak Anna dengan nafas tersengal.

"Hehehe maaf, aku terlalu bahagia Anna karena akhirnya do'amu dikabulkan oleh Tuhan. " Sahut Bilqis cengengesan.

Gadis mungil itu mengatur nafasnya terlebih dahulu setelah itu dia menjawab semua perkataan dari sahabatnya tersebut.

"Terima kasih Bil, kau sudah ikut bahagia karena ku, namun dia bersifat seperti itu hanya kepadaku saja. " Ujar Anna dengan gummy smilenya.

"Tak masalah bagiku, yang paling penting dia tidak bersikap dingin kepadamu dan itu membuatku ikut merasa bahagia." Tutur Bilqis.

Setelah itu mereka memutuskan untuk duduk, gadis mungil itu terlihat sangat bahagia karena sudah diakui keberadaannya oleh Gibran, namun senyuman itu luntur ketika pria berkulit tan mendekat kearahnya.

"Hy Na, semakin hari semakin cantik saja. " Sapa Evans disertai gombalan recehnya.

"Hy Vans. " Sahut gadis mungil itu singkat.

"Maaf gombalanmu tidak berlaku untuknya sebaiknya kau harus mengucapkannya kepada kekasihmu yang disana." Sambar John yang tiba-tiba sudah berada disamping sepupunya.

Dilain sisi pria berbahu lebar itu merasa bahagia karena akhirnya Gibran berubah total, ya walaupun hanya kepada orang-orang terdekatnya saja.

"Gib, aku benar-benar masih tak percaya melihat semua ini, bahkan kau sudah berani melakukan kontak fisik dengan lawan jenis. " Ujar Adnan.

"Tapi ini memang kenyataan Nan, aku harus kembali kepada diriku yang dulu, hanya saja bedanya sekarang aku tidak akan bodoh waktu satu tahun yang lalu. Dan masalah kontak fisik aku hanya berani melakukannya dengan Anna saja, Nan." Jelas Gibran panjang lebar.

"Ya aku faham Gib, semoga kau tidak mengalami yang kedua kalinya. " Sahut Jin. " Hmm kalau dipikir pikir kau juga cocok jika berkencan dengan Anna. " Lanjutnya dengan senyum watadosnya.

" Hey Nan apa kau gila mana mungkin aku mengencani sepupu dari adikku sendiri? " Teriak pria berkulit putih pucat itu kesal.

"Tapi apa salahnya kan, aku tidak mau sahabatku salah dalam memilih wanita yang kedua kalinya. " Sahut Adnan serius.

"Kenapa tidak kau saja yang mengencani Anna? " Tanya Gibran heran.

"Tidak, dihatiku sudah ada orang lain. " Ujar Adnan mantap sambil membayangkan wajah tembamnya Bilqis yang menurutnya sangat imut apalagi suaranya hal itu membuat Adnan tersenyum sendiri sedangkan pria berkulit putih pucat itu bergidik ngeri melihat kelakuan sahabatnya yang aneh tersebut.