Rein terkejut melihat levelnya tereset, ketika seseorang pertama kali mendapatkan class, levelnya tak akan tereset namun level Rein tereset.
Rein makin terkejut ketika membaca bahwa darkness Assassin telah ia jinakan.
'Apa?! Darkness Assassin telah dijinakkan?! Bukankah itu berarti darkness Assassin masih hidup?! Lagipula bagaimana bisa darkness Assassin ter jinakkan?!' Pikir Rein yang terkejut bercampur bingung.
'Aku harus melihat status!' Pikir Rein sebelum melibaskan tangannya ke kanan dan seketika panel-panel yang menumpuk menghilang.
'Status.' Panel berisi status Rein muncul.
NAMA : Rein Arther
LEVEL : 1
CLASS : Penjinak Legendaris
GELAR : Pembunuh Bandit
RAS : Unknown(butuh level yang lebih tinggi untuk melihat)
HP : 230
MP : 95
<======>
VIT : 36
STR : 27
DEX : 21
INT : 23
AGI : 28
SP : 41
[Familiar]
SKILL :
teknik berpedang UnKnoWN, Gerakan kilat(lV.4), Tapak Api, Blood Sword, Penglihatan malam, High Senses, Taming All Creature, Communications To The Tamed
Ada beberapa perubahan dalam status Rein salah satunya adalah munculnya sebuah tombol [Familiar].
Rein dengan penasaran menekan tombol itu dan seketika muncul daftar makhluk yang telah ia jinakkan. Hanya ada Darkness Assassin disana.
~Familiar~
[Nameless]
[Darkness Assassin]
'Huh? Nameless? Apakah itu artinya tanpa nama? Aku penasaran apakah aku bisa memberi nama kepada darkness Assassin ini.' Pikir Rein melihat kata nameless diatas kata darkness Assassin.
Rein seketika teringat dengan darkness Assassin, dia berdiri dan mencari-cari keberadaan darkness Assassin. Akhirnya dia menemukan darkness Assassin yang telah ia jinakkan masih terbaring ditanah.
Rein melibaskan tangannya dan panel status lenyap. Rein lalu berdiri untuk menghampiri darkness Assassin.
Setelah dilihat lebih dekat, tubuh darkness Assassin lebih kecil dari yang sebelumnya Rein lihat. Tetapi jubah dan sabit yang darkness Assassin pakai masih sama.
'Aku harus membalik badannya.' Rein memegang bagian dada dari darkness Assassin itu.
Begitu menyentuh dada, sesuatu yang empuk dan kenyal bersentuhan dengan tangan Rein.
'Hm..., apa yang empuk ini?'
Rein yang penasaran meremas nya, begitu meremas sekali dia baru sadar dan segera menjauhi darkness Assassin. Rein menjauh sambil beteriak terkejut.
"Hiii!!!"
'Aku sadar apa yang ku pegang itu! Aku sungguh sadar! Mengapa aku baru sadar?!' Perlahan wajah Rein memerah memikirkannya.
Tanpa sengaja ketika Rein menjauh tubuh darkness Assassin membalik. Tudung dari darkness Assassin pun ikut terbuka.
'Aku baru sadar kalau dia adalah seorang perempuan!!' Pikir Rein dengan perasaan aneh.
Begitu tudung terbuka, nampak wajah seorang gadis berusia 12 tahun dengan rambut hitam panjang nan indah yang matanya tertutup.
'Apakah anak ini benar-benar monster darkness Assassin? System tak memberitahu ku kalau bentuk dalam darkness Assassin itu adalah manusia.' Pikir Rein sambil melihat gadis di depannya.
'Oh! Aku hampir lupa tentang orang itu!" Rein baru teringat dan berdiri.
Rein memperhatikan ke sekitarnya dan berhenti ketika melihat seorang berjubah yang lain terbaring di tanah.
Rein segera berjalan ke arah orang itu, banyak darah menggenang disekitarnya.
Rein melihat tubuh dari orang tersebut, dia terkejut dengan tubuh orang itu. Tubuh orang itu menjadi kering dan pucat, Rein lalu menoleh ke sebuah belati yang menancap di jantung orang itu.
Aura hitam yang mengerikan terpancar dari belati tersebut, Rein kemudian mencabut belati itu lalu menatapnya.
Rein mencari-cari barang apa yang ada di tubuh mayat itu tetapi dia tak menemukan apapun yang menurutnya berguna.
'Aku masih penasaran dengan orang ini, bagaimana bisa dia ada di sekumpulan goblin? Bahkan dia tak dibunuh oleh mereka, jika dugaanku benar maka orang inilah yang mengendalikan para goblin.
Tetapi untuk apa? Orang sepertinya tak mungkin hanya mencuri ternak.' Pikir Rein sambil menatap pantulan dirinya yang ada di belati.
'Ukh..., terlalu lama memikirkan nya membuatku pusing.' Tiba-tiba muncul pantulan lain di belati itu.
Pantulan itu adalah seorang gadis yang sebelumnya Rein lihat, dia sedang berdiri menatap Rein yang berjongkok.
Rein terkejut dan segera menjauh dari gadis itu. Gadis itu sendiri hanya menatap Rein dengan wajah datar.
Gadis itu menggerakkan kedua tangannya ke depan, Rein menjadi semakin waspada ketika melihat tangan gadis itu bergerak. Gadis itu berhenti bergerak ketika dia melebarkan tangannya seperti minta dipeluk.
Rein yang melihat itu merasa keheranan. 'Apa yang dilakukannya?! Apa dia bersiap menyerang?!'
"Apa mau mu?!" Ucap Rein dengan waspada.
"Peluk," Gadis itu mengeluarkan suara dengan nada yang kecil, walau begitu Rein bisa mendengar ucapan gadis itu.
"Pe..luk?" Rein merasa kebingungan.
Mendengar ucapan Rein gadis itu mengangguk pelan. Rein menjadi semakin bingung, sekarang dia merasa gadis itu sudah tidak berbahaya.
'Apakah kudekati saja? Lagipula seharusnya dia sekarang telah dijinakkan.' Rein akhirnya memutuskan untuk mendekati gadis itu dengan berjalan perlahan.
Begitu mereka hanya tinggal berjarak beberapa langkah, gadis itu langsung menuju ke Rein. Rein tak sempat bereaksi karena sangking cepatnya gadis itu.
Awalnya Rein ingin berkata 'celaka' namun begitu dia melihat kebawah, bukan pemandangan mengerikan yang ia lihat melainkan seorang gadis sedang memeluknya dengan erat.
'Eh?' Rein masih kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi.
Gadis itu mengangkat kepalanya lalu berbicara kepada Rein. "Apa kau master ku?" Ucap gadis itu.
Setelah mendengar ucapan anak itu Rein menjadi teringat bahwa sekarang gadis itu adalah familiar nya.
Rein mengatur nafas terlebih dahulu, sebelum menjawab. "Ya, aku adalah master mu." Ucap Rein dengan nada datar.
Ada alasan dibalik Rein melakukan itu, hanya ada satu alasan dibalik hal itu.
'Sial! Dia imut sekali! Kapan terakhir kali aku berbicara dengan seorang gadis?! Biasanya aku tak segugup ini! Apa karena gadis kecil ini?!
Tenang lah Rein! Tenangkan dirimu! Jangan terpana hanya karena gadis kecil! Kau bukanlah seorang lolicon!' Rein mencoba menahan wajah datarnya.
"Kalau begitu apa aku boleh memanggilmu master?" Tanya gadis kecil itu kepada Rein.
"Tidak apa, tidak ada yang melarang mu." Rein berbicara lagi dengan wajah dan nada yang datar.
"Apa yang harus aku lakukan untuk mu master?"
"Kalau begitu tumbangkan lah pohon itu." Rein menunjuk ke sebuah pohon yang tak jauh dari mereka.
Gadis itu melihat ke arah yang Rein tunjuk sebelum mengangguk dan melepaskan pelukan. Dia lalu pergi mengambil sebuah sabit sebelum pergi ke pohon yang Rein tunjuk.
Begitu dia berada dekat dengan pohon yang ditunjuk, ia mengayunkan sabit yang ia pegang. Dengan mudahnya pohon itu terbelah dan tumbang, bahkan bekas tebasan nya sangat halus.
Rein yang melihat itu kagum, walau dia pernah melawan darkness Assassin dia masih tak begitu percaya bahwa gadis kecil itu adalah darkness Assassin yang beberapa waktu lalu ia lawan.